BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN A. Waktu Dilaksanakan pada: Hari : Minggu Tanggal: 09 Februari 2014 Jam : 09.00 WIB B. Obyek a. Gua Jepang b. Gua Belanda c. Curug Omas C. Biaya Biaya untuk melakukan perjalan wisata ini sebesar Rp. 30.000 / orang, dengan rincian sebagai berikut: - Tiket masuk Rp. 10.000,- - Parkir Motor Rp.5000,- - Menyewa Senter Rp. 5000,- D. Perjalanan dan Hasil Kegiatan
Tepat pada pukul 08.00 WIB kami berkumpul di sekolah. Sebelum kami berangkat, kami berkumpul untuk berdiskusi tempat apa saja yang akan kami kunjungi. Lalu setelah selesai berdiskusi kami berbondong-bondong menuju tempat tujuan. Kami pergi ke tempat tujuan dengan menggunakan kendaraan motor. Saat diperjalanan, kami sembari merekam perjalanan yang kami lakukan. Kami sangat menikmati perjalanan kami, karena disepanjang perjalanan kami dapat melihat pemandangan yang indah. Akhirnya tanpa terasa menikmati perjalan kami sampai di tempat tujuan yaitu Dago Pakar. Pada saat kami sampai di tempat tujuan kami langsung menaruh kendaraan kami di parkiran dan kami langsung didatangi oleh salah seorang calo tiket. Calo tersebut langsung meminta kepada kami untuk membayar harga tiket masuk sebesar Rp.10.000 per orang. Kami pun membayar tiket masuk itu lalu masuk mengelilingi Dago Pakar. Tempat wisata Dago Pakar atau biasa juga disebut Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di Kota Bandung, Indonesia. Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar sampai Maribaya. Letak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Di atas tanahnya yang subur terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species. Pada tahun 1965 luas taman hutan raya baru sekitar 10 ha saja, namun saat ini sudah mencapai 590 ha membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya. Saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Kehutanan Pemda Provinsi Jawa Barat (sebelumnya berada di bawah naungan Perum Perhutani). Pintu Masuk Dago Pakar ( Taman Ir. H. Djuanda)
Jalan Menuju Gua Jepang dan Gua Belanda v Gua Jepang
Pintu Masuk Gua Jepang Gua Jepang ini dibuat pada tahun 1942 oleh balatentara pendudukan Jepang dengan bantuan para pekerja paksa romusha. Gua Jepang tidak pernah terselesaikan dan kabarnya belum pernah direnovasi sejak saat itu. Gua Jepang di Bandung adalah salah satu dari gua bersejarah yang terserak di selruh negeri yang dibuat selama Perang Dunia II, dan telah menjadi bagian sejarah panjang dari republik ini. Ukuran Gua Jepang cukup besar yang membuat orang dengan mudah bisa melangkah sepanjang lorong gua dan tidak ada kesulitan bagi pengunjung untuk bernafas di dalamnya. Setelah Jepang masuk ke Indonesia, tentara Jepang kemudian mengambil alih tempat ini dan membangun gua lainnya sebagai basis pertahanan mereka tidak jauh dari gua Belanda. Jepang menggunakan tenaga kerja paksa sehingga konon tidak sedikit korban yang berjatuhan selama pembuatan gua ini. Saat Jepang menyerah terhadap tentara sekutu, tempat ini adalah pertahanan terakhir bagi tentara Jepang yang ada di Bandung. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, gua inipun terlantar, tertutup oleh semak belukar dan hutan. Sampai kemudian ditemukan kembali pada sekitar tahun 1965, konon pada waktu itu masih banyak ditemukan sisa-sisa peninggalan tentara Jepang seperti senjata dan amunisi di dalamnya.
v Gua Belanda
Gerbang Gua Belanda Pintu Masuk Gua Belanda Keadaan Dalam Gua Belanda Gua peninggalan Belanda dibangun pada awal tahun 1941 di Dago Bandung. Perbukitan di Dago Pakar menarik perhatian Hindia Belanda tempo dulu untuk menjadikannya sebagai salah satu gudang senjata. Gua Belanda, adalah salah satu objek wisata yang ada di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, Dago, Kota Bandung, Jawa Barat. Gua Belanda, memiliki ukurannya lebih besar dan dibangun lebih dulu dibanding Gua Jepang. Gua ini dibangun pada masa penjajahan Belanda. Awalnya dibangun untuk dijadikan terowongan PLTA Bangkok. Tetapi, pada saat Perang Dunia II, Gua Belanda berubah fungsi menjadi Pusat Stasiun Radio Telekomunikasi Militer Hindia Belanda. Dan setelah kemerdekaan, gua yang satu ini dijadikan sebagai tempat gudang penyimpanan senjata dan gudang amunisi. Di Gua Belanda terdapat sekitar 15 lorong dan beberapa ruangan seperti rang kamar untuk tempat istirahat atau tidur para tentara Belanda, ruang interogasi untuk para tahanan, penjara atau ruang tahanan. Di atap gua, terlihat seperti ada bekas penerangan lampu. Di dalam gua, juga terlihat seperti bekas rel roli, semacam pengangkutan barang atau sejenisnya. Di dinding-dindingnya terlihat bekas semen, sepertinya Gua Belanda ini telah mengalami renovasi.
v Curug Omas
Jalan Menuju Curug Omas Curug Omas berada di dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda di lokasi wisata Maribaya. Curug ini memiliki ketinggian terjunan air sekitar 30 meter dengan kedalaman 10 m yang berada di aliran sungai Cikawari. Di atas air terjun ini terdapat jembatan yang dapat digunakan untuk melintas dan melihat air terjun dari posisi atas. Dari atas jembatan ini akan terlihat bentangan dasar sungai yang merupakan pertemuan dua aliran sungai Cikawari dan Cigulun yang nantinya menjadi daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu. Aliran ini mengalir dan berbelok membelah kawasan Tahura tersebut. Selain Curug Omas di aliran sungai ini terdapat pula Curug Cigulung, Curug Cikoleang dan Curug Cikawari yang masing-masing berketinggian sekitar 15 m, 16 m dan 14 m. Ketiga curug ini dikenal dengan sebutan Curug Maribaya. Di kawasan ini juga ada curug lain yaitu Curug Lalay yang lokasinya tak jauh dari Curug Oma
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu
Dilaksanakan pada: Hari : Minggu Tanggal: 09 Februari 2014 Jam : 09.00 WIB
B. Obyek
a. Gua Jepang b. Gua Belanda c. Curug Omas
C. Biaya
Biaya untuk melakukan perjalan wisata ini sebesar Rp. 30.000 / orang, dengan rincian sebagai berikut: - Tiket masuk Rp. 10.000,- - Parkir Motor Rp.5000,- - Menyewa Senter Rp. 5000,-
D. Perjalanan dan Hasil Kegiatan
Tepat pada pukul 08.00 WIB kami berkumpul di sekolah. Sebelum kami berangkat, kami berkumpul untuk berdiskusi tempat apa saja yang akan kami kunjungi. Lalu setelah selesai berdiskusi kami berbondong-bondong menuju tempat tujuan. Kami pergi ke tempat tujuan dengan menggunakan kendaraan motor. Saat diperjalanan, kami sembari merekam perjalanan yang kami lakukan. Kami sangat menikmati perjalanan kami, karena disepanjang perjalanan kami dapat melihat pemandangan yang indah. Akhirnya tanpa terasa menikmati perjalan kami sampai di tempat tujuan yaitu Dago Pakar. Pada saat kami sampai di tempat tujuan kami langsung menaruh kendaraan kami di parkiran dan kami langsung didatangi oleh salah seorang calo tiket. Calo tersebut langsung meminta kepada kami untuk membayar harga tiket masuk sebesar Rp.10.000 per orang. Kami pun membayar tiket masuk itu lalu masuk mengelilingi Dago Pakar. Tempat wisata Dago Pakar atau biasa juga disebut Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di Kota Bandung, Indonesia. Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar sampai Maribaya. Letak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Di atas tanahnya yang subur terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species. Pada tahun 1965 luas taman hutan raya baru sekitar 10 ha saja, namun saat ini sudah mencapai 590 ha membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya. Saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Kehutanan Pemda Provinsi Jawa Barat (sebelumnya berada di bawah naungan Perum Perhutani). Pintu Masuk Dago Pakar ( Taman Ir. H. Djuanda)
Jalan Menuju Gua Jepang dan Gua Belanda v Gua Jepang
Pintu Masuk Gua Jepang
Gua Jepang ini dibuat pada tahun 1942 oleh balatentara pendudukan Jepang dengan bantuan para pekerja paksa romusha. Gua Jepang tidak pernah terselesaikan dan kabarnya belum pernah direnovasi sejak saat itu.
Gua Jepang di Bandung adalah salah satu dari gua bersejarah yang terserak di selruh negeri yang dibuat selama Perang Dunia II, dan telah menjadi bagian sejarah panjang dari republik ini.
Ukuran Gua Jepang cukup besar yang membuat orang dengan mudah bisa melangkah sepanjang lorong gua dan tidak ada kesulitan bagi pengunjung untuk bernafas di dalamnya. Setelah Jepang masuk ke Indonesia, tentara Jepang kemudian mengambil alih tempat ini dan membangun gua lainnya sebagai basis pertahanan mereka tidak jauh dari gua Belanda. Jepang menggunakan tenaga kerja paksa sehingga konon tidak sedikit korban yang berjatuhan selama pembuatan gua ini. Saat Jepang menyerah terhadap tentara sekutu, tempat ini adalah pertahanan terakhir bagi tentara Jepang yang ada di Bandung. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, gua inipun terlantar, tertutup oleh semak belukar dan hutan. Sampai kemudian ditemukan kembali pada sekitar tahun 1965, konon pada waktu itu masih banyak ditemukan sisa-sisa peninggalan tentara Jepang seperti senjata dan amunisi di dalamnya.
v Gua Belanda
Gerbang Gua Belanda
Pintu Masuk Gua Belanda
Keadaan Dalam Gua Belanda Gua peninggalan Belanda dibangun pada awal tahun 1941 di Dago Bandung. Perbukitan di Dago Pakar menarik perhatian Hindia Belanda tempo dulu untuk menjadikannya sebagai salah satu gudang senjata. Gua Belanda, adalah salah satu objek wisata yang ada di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, Dago, Kota Bandung, Jawa Barat. Gua Belanda, memiliki ukurannya lebih besar dan dibangun lebih dulu dibanding Gua Jepang. Gua ini dibangun pada masa penjajahan Belanda. Awalnya dibangun untuk dijadikan terowongan PLTA Bangkok. Tetapi, pada saat Perang Dunia II, Gua Belanda berubah fungsi menjadi Pusat Stasiun Radio Telekomunikasi Militer Hindia Belanda. Dan setelah kemerdekaan, gua yang satu ini dijadikan sebagai tempat gudang penyimpanan senjata dan gudang amunisi. Di Gua Belanda terdapat sekitar 15 lorong dan beberapa ruangan seperti rang kamar untuk tempat istirahat atau tidur para tentara Belanda, ruang interogasi untuk para tahanan, penjara atau ruang tahanan. Di atap gua, terlihat seperti ada bekas penerangan lampu. Di dalam gua, juga terlihat seperti bekas rel roli, semacam pengangkutan barang atau sejenisnya. Di dinding-dindingnya terlihat bekas semen, sepertinya Gua Belanda ini telah mengalami renovasi.
v Curug Omas
Jalan Menuju Curug Omas Curug Omas berada di dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda di lokasi wisata Maribaya. Curug ini memiliki ketinggian terjunan air sekitar 30 meter dengan kedalaman 10 m yang berada di aliran sungai Cikawari. Di atas air terjun ini terdapat jembatan yang dapat digunakan untuk melintas dan melihat air terjun dari posisi atas. Dari atas jembatan ini akan terlihat bentangan dasar sungai yang merupakan pertemuan dua aliran sungai Cikawari dan Cigulun yang nantinya menjadi daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu. Aliran ini mengalir dan berbelok membelah kawasan Tahura tersebut. Selain Curug Omas di aliran sungai ini terdapat pula Curug Cigulung, Curug Cikoleang dan Curug Cikawari yang masing-masing berketinggian sekitar 15 m, 16 m dan 14 m. Ketiga curug ini dikenal dengan sebutan Curug Maribaya. Di kawasan ini juga ada curug lain yaitu Curug Lalay yang lokasinya tak jauh dari Curug Oma