Liburan sekolah tahun tahun lalu, Aku, bersama ayah, ibu dan adik saya pergi ke Kota Bandung. Kami mengunjungi rumah paman yang bertempat tinggal di sana sekaligus liburan bersama suadara sepupuku, Shinta dan Jojo.
Perjalanan dari kotaku memakan waktu kurang lebih 2 jam dengan menggunakan pesawat. Setelah sampai di sana, sepupuku mengajak aku dan adikku untuk berkeliling kota. Kami mengunjungi Banyak sekali tempat – tempat unik dan menarik yang merupakan ciri khas Kota Bandung. Tempat pertama yang kami datangi adalah Trans Studio Bandung. Tempat ini adalah wahana permainan indoor terbesar yang ada di Asia. Di sana kami bermain dengan riang dan gembira mencoba menaiki beberapa wahana seru, seperti roller coster, dan lain – lain.
Tidak terasa dua jam sudah kami menghabiskan waktu di dalam trans studio Bandung. Setelah puas, kami pun mencari tempat untuk makan siang dan kemudian begegas pulang karena hari sudah sore.
Kala itu mentari belum bangun dari peraduannya, ayam-ayam jago pun belum melakukan tugasnya. Namun, Pak Raden telah keluar dari rumahnya. Kulitnya yang keriput dan tipis seolah-olah tidak mempan oleh hembusan angin yang sedari tadi berusaha untuk membekukannya. Tangannya yang kekar memikul sebuah pancul di tangan kanannya sedangkan di tangan kirinya memegang sebuah bingkisan besar.
Pada saat Pak Raden melangkahkan kakinya menuju sawahnya, langkahnya terhenti oleh tangisan anak bayi yang memecah keheningan pagi itu. Dengan sangat ketakutan Pak Raden mencari sumber datangnya suara itu. Betapa terkejutnya Pak Raden melihat seorang bayi yang mungil tergeletak di bawah pohon beringin besar itu. “Bayi siapa ini? Haruskah aku membawanya?” Pak Raden bimbang.
Ketika dia ingin mengangkat bayi itu, tiba-tiba seekor harimau yang cukup besar menyerangnya, tetapi dengan sigap Pak Raden mengelak terkaman harimau itu. Ternyata suara tangis bayi itu, turut memancing seekor harimau. Tampaknya harimau tersebut sedang kalaparan dia memandangi bayi yang tergeletak tersebut dengan tatapan yang mengerikan.
Melihat harimau tersebut pak Raden menggunakan cangkulnya untuk menjauhkan harimau itu. Tetapi harimau itu melawan, dia berbalik dan menyerang Pak Raden. Terkaman harimau itu berhasil melukai Pak Raden. Dia jatuh di tanah dan terdesak, saat harimau tersebut hendak menerkamnya kembali, Pak Raden mengambil cangkul yang berada di sampingnya dan mengarahkan kepada hariamu itu. Lalu tembuslah cangkul itu di perut harimau, kemudian harimau itu pun mati.
Setelah berhasil membunuh harimau itu, Pak Raden mengangkat bayi itu dan membawanya pulang bersamanya untuk diurus dan diangkat menjadi anaknya.
Berkunjung ke Rumah Paman
Liburan sekolah tahun tahun lalu, Aku, bersama ayah, ibu dan adik saya pergi ke Kota Bandung. Kami mengunjungi rumah paman yang bertempat tinggal di sana sekaligus liburan bersama suadara sepupuku, Shinta dan Jojo.
Perjalanan dari kotaku memakan waktu kurang lebih 2 jam dengan menggunakan pesawat. Setelah sampai di sana, sepupuku mengajak aku dan adikku untuk berkeliling kota. Kami mengunjungi Banyak sekali tempat – tempat unik dan menarik yang merupakan ciri khas Kota Bandung. Tempat pertama yang kami datangi adalah Trans Studio Bandung. Tempat ini adalah wahana permainan indoor terbesar yang ada di Asia. Di sana kami bermain dengan riang dan gembira mencoba menaiki beberapa wahana seru, seperti roller coster, dan lain – lain.
Tidak terasa dua jam sudah kami menghabiskan waktu di dalam trans studio Bandung. Setelah puas, kami pun mencari tempat untuk makan siang dan kemudian begegas pulang karena hari sudah sore.
Kala itu mentari belum bangun dari peraduannya, ayam-ayam jago pun belum melakukan tugasnya. Namun, Pak Raden telah keluar dari rumahnya. Kulitnya yang keriput dan tipis seolah-olah tidak mempan oleh hembusan angin yang sedari tadi berusaha untuk membekukannya. Tangannya yang kekar memikul sebuah pancul di tangan kanannya sedangkan di tangan kirinya memegang sebuah bingkisan besar.
Pada saat Pak Raden melangkahkan kakinya menuju sawahnya, langkahnya terhenti oleh tangisan anak bayi yang memecah keheningan pagi itu. Dengan sangat ketakutan Pak Raden mencari sumber datangnya suara itu. Betapa terkejutnya Pak Raden melihat seorang bayi yang mungil tergeletak di bawah pohon beringin besar itu. “Bayi siapa ini? Haruskah aku membawanya?” Pak Raden bimbang.
Ketika dia ingin mengangkat bayi itu, tiba-tiba seekor harimau yang cukup besar menyerangnya, tetapi dengan sigap Pak Raden mengelak terkaman harimau itu. Ternyata suara tangis bayi itu, turut memancing seekor harimau. Tampaknya harimau tersebut sedang kalaparan dia memandangi bayi yang tergeletak tersebut dengan tatapan yang mengerikan.
Melihat harimau tersebut pak Raden menggunakan cangkulnya untuk menjauhkan harimau itu. Tetapi harimau itu melawan, dia berbalik dan menyerang Pak Raden. Terkaman harimau itu berhasil melukai Pak Raden. Dia jatuh di tanah dan terdesak, saat harimau tersebut hendak menerkamnya kembali, Pak Raden mengambil cangkul yang berada di sampingnya dan mengarahkan kepada hariamu itu. Lalu tembuslah cangkul itu di perut harimau, kemudian harimau itu pun mati.
Setelah berhasil membunuh harimau itu, Pak Raden mengangkat bayi itu dan membawanya pulang bersamanya untuk diurus dan diangkat menjadi anaknya.