Ambiguitas fonetik adalah keambiguan yang terjadi akibat dari kesamaan bunyi – bunyi yang diucapkan dan biasanya banyak terjadi dalam dialog atau percakapan sehari – hari.
Contoh:
Dia datang kemari memberi tahu. Kalimat diatas menimbulkan keambiguan kareana memiliki banyak tafsir, yaitu: Apakah dia datang memberi tahu yang terbuat dari kacang kedelai, atau Apakah dia datang memberi suatu informasi. Untuk mengetahui arti atau makna kalimat tersebut secara keseluruhan, maka harus mendengarkan pembicaraan secara utuh.
2. Ambiguitas Gramatikal
Ambiguitas gramatikal terjadi karena proses pembentukan suatu ketatabahasaan baik pembentukan kata, prasa, maupun kalimat. Kata – kata atau frasa yang memiliki keambiguitasan jenis ini akan hilang jika dimasukan ke dalam konteks kalimat.
Contoh:
Orang tua
Kata tersebut memiliki dua makna yaitu ibu dan bapak atau orang yang sudah tua. Oleh sebab itu untuk mengetahui makna yang sebenarnya perlu disatukan ke dalam satu kalimat.
a. Orang tua Deni tidak bisa hadir hari ini. b. Aku bertemu dengan orang tua yang kemarin tersesat di jalanan.
3. Ambiguitas Leksikal
Keambiguan jenis ini terjadi karena faktor kata itu sendiri. Pada dasarnya setiap kata memiliki makna lebih dari satu tergantung dari kalimat yang menyertainya.
Contoh:
Kata “lari” memiliki makna yang berbeda yaitu mengerjar sesuatu atau menjauh dari sesuatu. Dia berlari mengejar bus sekolahnya. Aku lari dari kenyataan.
Faktor – faktor penyebab keambiguan:
1. Faktor Morfologi
Keambiguan yang terjadi akibat dari pembentukan kata itu sendiri:
Contoh:
Permen itu tertelan olehku.
a. Permen itu sengaja tertelan, atau b. Permen itu akhirnya dapat ditelan.
2. Faktor Sintaksis
Faktor ini terjadi karena susunan kata di dalam kalimat yang kurang jelas.
Contoh:
Gigit jari
Ani hanya bisa gigit jari melihat barang yang diinginkan tak bisa didapat. Ani menggigit jarinya hingga berdarah. Kata gigit jari di atas memiliki dua makna yaitu putus asa atau benar-benar menggigit jarinya.
Ambiguitas fonetik adalah keambiguan yang terjadi akibat dari kesamaan bunyi – bunyi yang diucapkan dan biasanya banyak terjadi dalam dialog atau percakapan sehari – hari.
Contoh:
Dia datang kemari memberi tahu.
Kalimat diatas menimbulkan keambiguan kareana memiliki banyak tafsir, yaitu:
Apakah dia datang memberi tahu yang terbuat dari kacang kedelai, atau
Apakah dia datang memberi suatu informasi.
Untuk mengetahui arti atau makna kalimat tersebut secara keseluruhan, maka harus mendengarkan pembicaraan secara utuh.
2. Ambiguitas Gramatikal
Ambiguitas gramatikal terjadi karena proses pembentukan suatu ketatabahasaan baik pembentukan kata, prasa, maupun kalimat. Kata – kata atau frasa yang memiliki keambiguitasan jenis ini akan hilang jika dimasukan ke dalam konteks kalimat.
Contoh:
Orang tua
Kata tersebut memiliki dua makna yaitu ibu dan bapak atau orang yang sudah tua. Oleh sebab itu untuk mengetahui makna yang sebenarnya perlu disatukan ke dalam satu kalimat.
a. Orang tua Deni tidak bisa hadir hari ini.
b. Aku bertemu dengan orang tua yang kemarin tersesat di jalanan.
3. Ambiguitas Leksikal
Keambiguan jenis ini terjadi karena faktor kata itu sendiri. Pada dasarnya setiap kata memiliki makna lebih dari satu tergantung dari kalimat yang menyertainya.
Contoh:
Kata “lari” memiliki makna yang berbeda yaitu mengerjar sesuatu atau menjauh dari sesuatu.
Dia berlari mengejar bus sekolahnya.
Aku lari dari kenyataan.
Faktor – faktor penyebab keambiguan:
1. Faktor Morfologi
Keambiguan yang terjadi akibat dari pembentukan kata itu sendiri:
Contoh:
Permen itu tertelan olehku.
a. Permen itu sengaja tertelan, atau
b. Permen itu akhirnya dapat ditelan.
2. Faktor Sintaksis
Faktor ini terjadi karena susunan kata di dalam kalimat yang kurang jelas.
Contoh:
Gigit jari
Ani hanya bisa gigit jari melihat barang yang diinginkan tak bisa didapat.
Ani menggigit jarinya hingga berdarah.
Kata gigit jari di atas memiliki dua makna yaitu putus asa atau benar-benar menggigit jarinya.