NS: Dan telah hadir di studio Mata Najwa asisten Presiden bidang Politik dan keamanan Indria Samego, dan Umar Juoro untuk bidang Ekonomi dan Keuangan. Selamat malam Pak Indria dan Pak Umar. Terima kasih sudah hadir. Saya ingin ke Anda dulu Pak Indria. 512 hari Presiden Habibie memimpin negeri. Itu masa-masa politik paling bergolak, masa transisi.
IS: Paling panas.
NS: Menjadi orang dekat Presiden pada saat itu, tidak enak ya?
IS: Ada tantangan. Jadi tantangan pertama karena ini masa reformasi, saya kira siapapun yang memipin RI pada saat itu akan dihadapkan pada berbagai macam pergolakan, pro kontra, apalagi Pak Habibie karena seolah-olah memiliki stigma sebagai kelanjutan dari Seoharto. Pak Habibie selalu mengatakatan, itu Profesor politik saya, jadi seolah-olah Pak Habibie sulit dipisahkan dari Presiden Soeharto. Jadi trust publik pada pak Habibie itu harus diimbangi dengan berbagai macam reformasi. Makan muncullah bermacam reformasi, mulai dari pers, kemudian tapol-tapol dibebaskan. Kemudian, sampai ke yang paling kontroversial soal Timor Timur.
NS: Oke, kita akan masuk kesana. Sebelumnya saya akan ke Pak Umar Juoro. Anda ada kesulitan tersendiri ketika kemudian akhirnya menjadi orang dekat, pembantu utama di bidang ekonomi, ketika itu kurs rupiah sempat menggila, phk dimana-mana, salah satu masa ekonomi kita yang paling sulit ketika itu.
UJ: Saya stress nya luar biasa pada waktu itu mbak Najwa
NS: Stress? Kalau pak Indria nggak mau ngaku stress, kalau Anda ngaku stress ya.
UJ: Bayangkan, semua teman saya pada waktu perdebatan di Metro pada waktu itu Sri Mulyani, Anggito, semua nyerang saya, dengan kata-kata yang saya tidak duga begitu kerasnya kepada pak Habibie.
NS: Dan Anda harus membela?
UJ: Tidak hanya membela, tetapi harus juga menjelaskan.
Atas Nama Istana
Najwa Shihab: NS
Indria Samego: IS
Umar Juoro: UJ
NS: Dan telah hadir di studio Mata Najwa asisten Presiden bidang Politik dan keamanan Indria Samego, dan Umar Juoro untuk bidang Ekonomi dan Keuangan. Selamat malam Pak Indria dan Pak Umar. Terima kasih sudah hadir. Saya ingin ke Anda dulu Pak Indria. 512 hari Presiden Habibie memimpin negeri. Itu masa-masa politik paling bergolak, masa transisi.
IS: Paling panas.
NS: Menjadi orang dekat Presiden pada saat itu, tidak enak ya?
IS: Ada tantangan. Jadi tantangan pertama karena ini masa reformasi, saya kira siapapun yang memipin RI pada saat itu akan dihadapkan pada berbagai macam pergolakan, pro kontra, apalagi Pak Habibie karena seolah-olah memiliki stigma sebagai kelanjutan dari Seoharto. Pak Habibie selalu mengatakatan, itu Profesor politik saya, jadi seolah-olah Pak Habibie sulit dipisahkan dari Presiden Soeharto. Jadi trust publik pada pak Habibie itu harus diimbangi dengan berbagai macam reformasi. Makan muncullah bermacam reformasi, mulai dari pers, kemudian tapol-tapol dibebaskan. Kemudian, sampai ke yang paling kontroversial soal Timor Timur.
NS: Oke, kita akan masuk kesana. Sebelumnya saya akan ke Pak Umar Juoro. Anda ada kesulitan tersendiri ketika kemudian akhirnya menjadi orang dekat, pembantu utama di bidang ekonomi, ketika itu kurs rupiah sempat menggila, phk dimana-mana, salah satu masa ekonomi kita yang paling sulit ketika itu.
UJ: Saya stress nya luar biasa pada waktu itu mbak Najwa
NS: Stress? Kalau pak Indria nggak mau ngaku stress, kalau Anda ngaku stress ya.
UJ: Bayangkan, semua teman saya pada waktu perdebatan di Metro pada waktu itu Sri Mulyani, Anggito, semua nyerang saya, dengan kata-kata yang saya tidak duga begitu kerasnya kepada pak Habibie.
NS: Dan Anda harus membela?
UJ: Tidak hanya membela, tetapi harus juga menjelaskan.