Contoh cerpen singkat tentang kehidupan sehari-hari.
malanirmala
Angin berhembus kencang dan terdengar suara gelombang-gelombang air kecil disertai kicau-kicau burung. itulah yang aku rasakan setiap pergi memancing ke waduk wonogiri pada hari libur bersama temanku. Sesampainya kami dilokasi yang cukup nyaman untuk kami,setelah itu kami mempersiapkan alat-alat pancingnya. “Gung,klamu menyiapkan umpan,dan alat-alat pancingnya bagianku.”Ucapku untuk membagi tugas kami. “Baiklah.”Balas Agung. Setelah semuanya beres,kami bergegas untuk mulai mencari ikan. “Gung,ayo lomba banyak-banyakan mendapat ikan,siapa yang menang nanti akan membawa pulang ikannya.”Ajakku.“Baiklah,siapa takut.”Balasnya.Dan cukup lama kami memancing, kedudukannya pun juga baru 1-1, karena kami belum profesianal. Lalu saetelah Agung bosan karena dia belum mendapat ikan lagi maka dia mengeluarkan jurusnya,yaitu asal-asalan.“Gung,apa yang kamu lakukan ?”Tanyaku.“Ah,berisik! Diam dan lihatlah sang master beraksi!” Balasnya. Lalu dia membuat sebuah gumpalan umpan ikan yang cukup besar,setelah selesai membuatnya segeralah dia melelparkannya dengan sekuat tenaga hingga mampu hampir mencapai tengah waduk. Sudah cukup lama dia menanti dan aku sudah mendapat satu lagi ikan. Setelah lama menunggu akhirnya ujung pancingnya bergerak, dan segera mungkun dia menariknya. “Ah,berat sekali sepertinya ikan besar.”Ujarnya. Lalu dia membiarkan dulu ikan itu berenang kesana-kesini karenamenunggu ikan itu menyerah dan takut jika senarnya putus. Tapi bukannya lelah, ikan itau malah berenang menuju senar-senar pancing milik bapak-bapak yang sedang memancing juga. Dan akhirnya,”Byur.. Byur.. Byur..” Suara pancing-pancing yang tercebur ke air, karena ikut terseret senar Agung yang ditarik ikan itu. Lalu ikan itu pun akhirnya juga terlepas. Agung pun kecewa dan minta maaf kepada bapak-bapak yang pancing-pancingnya sudah tercebur, dan setelah itu mengajakku pulang. Sumber (http://blog-wandi.blogspot.com/2012/04/contoh-cerpen-pengalaman-pribadi.html) Contoh Cerpen PersahabatanDIA BERUBAH Aku mempunyai seorang teman di kelasku yang baru. Pertama-tama dia yang mulai mendekatiku. Aku sangat senang mempunyai seorang teman baru. Dia sangat pintar. Selain itu, dia juga lucu dan enak diajak bicara. Sejak saat itu dia selalu ber sama-sama denganku ke mana saja, bagaikan sampul lengket dengan prangko. Hari demi hari kujalani kehidupanku di kelas dengan sangat bahagia bersama temanku itu. Tetapi hari berganti hari, penderitaanku yang me nyakitkan hati akan di mulai. Setelah lama bersama dengan dia, aku menyadari nya kalau dia ter golong anak yang egois. Dia telah berubah. Dia benar-benar berubah. Dulu dia baik, tetapi sekarang dia mulai terlihat sifat buruknya. Memang kuakui kalau dia lebih pintar daripada aku dan aku bukan tandingannya dalam belajar. Suatu ketika, guruku sedang menerang kan pelajaran. Temanku itu tidak mengerti pelajaran yang diikutinya dan aku pun tidak mema hami nya. Dia bertanya padaku dan aku men jawab tidak tahu jawabannya karena memang aku tidak tahu. Akan tetapi, betapa ter kejutnya diriku karena begitu aku menjawab tidak tahu, kata-kata pedas mulai menyakiti diriku ini. Aku dicaci maki. Aku sudah tidak tahan akan sikapnya. Ia selalu mengatakan kalau aku ini tidak bisa apa-apa. Dengan keberanian ku, aku berbicara jujur dan terbuka dengan dia. Aku juga bilang kalau aku tidak suka dengan kata-katanya yang menyakitkan dan sifatnya itu. Aku katakan kalau dia tidak berubah, dia tidak akan mempunyai banyak teman. Namun, dia malah marah dan meng ejek aku dan temanku yang lain. Besoknya, dia tidak masuk sekolah. Betapa berbahagianya aku ini karena dia tidak masuk sekolah. Hari demi hari telah terlewati, tidak terasa sudah tiga minggu dia tidak masuk ke sekolah. Aku mulai khawatir juga. Walau pun aku sedang marah padanya, tetapi aku juga perlu mendoakan nya agar dia tidak tertimpa apa-apa. Besoknya, aku mendengar kabar kalau dia sudah pindah sekolah. Aku pun terkejut. Ketika pulang sekolah, aku menerima surat dan satu paket bingkisan. Ternyata peng irimnya adalah temanku itu. Kemudian, aku membaca surat nya. Isi suratnya, dia minta maaf atas per lakuan nya itu. Aku bersyukur kepada Tuhan karena dia telah berubah dari perbuatannya itu. Aku pun me maafkan meskipun sampai saat ini aku belum bertemu dia lagi. Aku berharap suatu hari nanti kita akan menjalin persahabatan lagi. Sumber (http://blog.codingwear.com/bacaan-333-Contoh-Cerita-Pengalaman-Pribadi.html)
“Gung,ayo lomba banyak-banyakan mendapat ikan,siapa yang menang nanti akan membawa pulang ikannya.”Ajakku.“Baiklah,siapa takut.”Balasnya.Dan cukup lama kami memancing, kedudukannya pun juga baru 1-1, karena kami belum profesianal. Lalu saetelah Agung bosan karena dia belum mendapat ikan lagi maka dia mengeluarkan jurusnya,yaitu asal-asalan.“Gung,apa yang kamu lakukan ?”Tanyaku.“Ah,berisik! Diam dan lihatlah sang master beraksi!” Balasnya. Lalu dia membuat sebuah gumpalan umpan ikan yang cukup besar,setelah selesai membuatnya segeralah dia melelparkannya dengan sekuat tenaga hingga mampu hampir mencapai tengah waduk. Sudah cukup lama dia menanti dan aku sudah mendapat satu lagi ikan. Setelah lama menunggu akhirnya ujung pancingnya bergerak, dan segera mungkun dia menariknya. “Ah,berat sekali sepertinya ikan besar.”Ujarnya. Lalu dia membiarkan dulu ikan itu berenang kesana-kesini karenamenunggu ikan itu menyerah dan takut jika senarnya putus. Tapi bukannya lelah, ikan itau malah berenang menuju senar-senar pancing milik bapak-bapak yang sedang memancing juga. Dan akhirnya,”Byur.. Byur.. Byur..” Suara pancing-pancing yang tercebur ke air, karena ikut terseret senar Agung yang ditarik ikan itu. Lalu ikan itu pun akhirnya juga terlepas. Agung pun kecewa dan minta maaf kepada bapak-bapak yang pancing-pancingnya sudah tercebur, dan setelah itu mengajakku pulang.
Sumber (http://blog-wandi.blogspot.com/2012/04/contoh-cerpen-pengalaman-pribadi.html)
Contoh Cerpen PersahabatanDIA BERUBAH
Aku mempunyai seorang teman di kelasku yang baru. Pertama-tama dia yang mulai mendekatiku. Aku sangat senang mempunyai seorang teman baru. Dia sangat pintar. Selain itu, dia juga lucu dan enak diajak bicara. Sejak saat itu dia selalu ber sama-sama denganku ke mana saja, bagaikan sampul lengket dengan prangko.
Hari demi hari kujalani kehidupanku di kelas dengan sangat bahagia bersama temanku itu. Tetapi hari berganti hari, penderitaanku yang me nyakitkan hati akan di mulai.
Setelah lama bersama dengan dia, aku menyadari nya kalau dia ter golong anak yang egois. Dia telah berubah. Dia benar-benar berubah. Dulu dia baik, tetapi sekarang dia mulai terlihat sifat buruknya. Memang kuakui kalau dia lebih pintar daripada aku dan aku bukan tandingannya dalam belajar.
Suatu ketika, guruku sedang menerang kan pelajaran. Temanku itu tidak mengerti pelajaran yang diikutinya dan aku pun tidak mema hami nya. Dia bertanya padaku dan aku men jawab tidak tahu jawabannya karena memang aku tidak tahu. Akan tetapi, betapa ter kejutnya diriku karena begitu aku menjawab tidak tahu, kata-kata pedas mulai menyakiti diriku ini. Aku dicaci maki. Aku sudah tidak tahan akan sikapnya.
Ia selalu mengatakan kalau aku ini tidak bisa apa-apa. Dengan keberanian ku, aku berbicara jujur dan terbuka dengan dia. Aku juga bilang kalau aku tidak suka dengan kata-katanya yang menyakitkan dan sifatnya itu. Aku katakan kalau dia tidak berubah, dia tidak akan mempunyai banyak teman. Namun, dia malah marah dan meng ejek aku dan temanku yang lain.
Besoknya, dia tidak masuk sekolah. Betapa berbahagianya aku ini karena dia tidak masuk sekolah. Hari demi hari telah terlewati, tidak terasa sudah tiga minggu dia tidak masuk ke sekolah. Aku mulai khawatir juga. Walau pun aku sedang marah padanya, tetapi aku juga perlu mendoakan nya agar dia tidak tertimpa apa-apa.
Besoknya, aku mendengar kabar kalau dia sudah pindah sekolah. Aku pun terkejut. Ketika pulang sekolah, aku menerima surat dan satu paket bingkisan. Ternyata peng irimnya adalah temanku itu. Kemudian, aku membaca surat nya. Isi suratnya, dia minta maaf atas per lakuan nya itu. Aku bersyukur kepada Tuhan karena dia telah berubah dari perbuatannya itu. Aku pun me maafkan meskipun sampai saat ini aku belum bertemu dia lagi. Aku berharap suatu hari nanti kita akan menjalin persahabatan lagi.
Sumber (http://blog.codingwear.com/bacaan-333-Contoh-Cerita-Pengalaman-Pribadi.html)