Aku mengayuh pedal sepedaku semakin pelan. Bunyi kicauan burung bunga sakura terdengar riang bersahutan menyambut pagi musim semi. Semua orang tampak bahagia pagi ini. Orang-orang berjalan bergandengan tangan, tertawa bersama. Bunga-bunga sakura tampak begitu cantik sengiasi pinggiran jalan kota dengan ragam warnanya yang begitu indahnya. Matahari tampak antusias menyambut dunia dengan sinarnya yang hangat. Namun dunia yang hangat tidak membuatku senang atau bahagia.
Ternyata aku sampai di toko buku langgananku. “kriiing” aku membuka pintu seketika terdengar bunyi lonceng. “selamat pagi, Yuki-chan?” sapa bibi. “selamat pagi juga Bi.” Sahutku agak lesu. “bibi apa aku boleh minum susu di sini?” “hmm… boleh asalkan kau minum dengan benar dan pastikan mejaku tidak kotor ya!” Aku duduk di depan jendela kaca menghadap kearah jalan raya yang ramai. Orang yang berlalu lalang di jalan trotoar. Kupandangi setiap orang yang berjalan melintasi toko buku.
“tidak seperti biasanya, apa tidak terlalu sepi untuk pagi yang cerah seperti ini?” gumamku dalam hati.
Lonceng kembali berbunyi. Seseorang telah datang. Seorang pria masuk ke dalam toko dengan setelan mantel hitam kuno lengkap dengan topi dan boots. Sesekali aku meliriknya dan bergumam “orang yang aneh”. Bagaimana tidak, bukankah sekarang musim semi? Apakah tidak terlalu panas untuk busana musim semi.
“tap.. tap.. tap…”suara hentakan kaki yang sepertinya berasal dari boots orang aneh itu. Suara itu semakin mendekat, perlahan lebih dekat. Benar saja, orang itu tampak mengahampiri mejaku. Apa aku harus lari, atau berteriak. Aku beranikan untuk bersikap cuek. Diam dan menikmati secangkir susu di tanganku. Aku memandangnya sejenak untuk memastikan keberadaan orang aneh itu. Perasaanku terasa tidak enak, aku mulai mengerutkan kening. Orang aneh itu sudah berada di depanku, wajahnya tertutup oleh topi kunonya. Aku penasaran sekaligus takut.
“Apa kau Inoyuki Keiko?” tanya orang aneh itu dengan nada datar. “iiya aku sendiri. Apa kau mengenalku?” jawabku penasaran. “ya. Tentu aku mengenalmu bahkan aku lebih mengenalmu lebih dari kau mengenal dirimu sendiri.” Jawaban orang itu yang membuatku lebih penasaran dari sebelumnya.
Namaku Inoyuki Keiko, aku lahir saat musim salju dan karena itu aku diberi nama Yuki oleh orangtuaku begitu kata nenekku. Aku tinggal di sebuah kota kecil dengan kehidupan yang sangat ramai, Dimana orang berlarian mengejar waktu untuk bekerja. Aku hidup seorang diri. Orangtuaku meninggal karena kecelakaan mobil sebelum aku dewasa dan sampai saat ini aku tidak tahu bagaimana wajah dari orangtuaku. Tidak ada foto atau buku yang menujukan gambaran dari orangtuaku, hanya beberapa cerita aneh nenekku. Nenekku meninggal ketika aku berumur 12 tahun. Aku mengabiskan hari-hariku dengan bekerja di sebuah toko roti milik paman Yamato. Beberapa hari setelah aku bertemu orang aneh pada pagi itu, pikiranku selalu terngiang-ngiang oleh orang itu. Hari demi hari telah berlalu. Bayangan orang itu selalu muncul di otakku. Aku semakin heran. Mengapa orang itu tahu namaku? Sebelumnya aku tidak pernah mengenal orang seperti dia.Akhirnya hari yang lelah ini telah berakhir.
Yuki Chan
Aku mengayuh pedal sepedaku semakin pelan. Bunyi kicauan burung bunga sakura terdengar riang bersahutan menyambut pagi musim semi. Semua orang tampak bahagia pagi ini. Orang-orang berjalan bergandengan tangan, tertawa bersama. Bunga-bunga sakura tampak begitu cantik sengiasi pinggiran jalan kota dengan ragam warnanya yang begitu indahnya. Matahari tampak antusias menyambut dunia dengan sinarnya yang hangat. Namun dunia yang hangat tidak membuatku senang atau bahagia.
Ternyata aku sampai di toko buku langgananku. “kriiing” aku membuka pintu seketika terdengar bunyi lonceng.
“selamat pagi, Yuki-chan?” sapa bibi.
“selamat pagi juga Bi.” Sahutku agak lesu.
“bibi apa aku boleh minum susu di sini?”
“hmm… boleh asalkan kau minum dengan benar dan pastikan mejaku tidak kotor ya!”
Aku duduk di depan jendela kaca menghadap kearah jalan raya yang ramai. Orang yang berlalu lalang di jalan trotoar. Kupandangi setiap orang yang berjalan melintasi toko buku.
“tidak seperti biasanya, apa tidak terlalu sepi untuk pagi yang cerah seperti ini?” gumamku dalam hati.
Lonceng kembali berbunyi. Seseorang telah datang. Seorang pria masuk ke dalam toko dengan setelan mantel hitam kuno lengkap dengan topi dan boots. Sesekali aku meliriknya dan bergumam “orang yang aneh”. Bagaimana tidak, bukankah sekarang musim semi? Apakah tidak terlalu panas untuk busana musim semi.
“tap.. tap.. tap…”suara hentakan kaki yang sepertinya berasal dari boots orang aneh itu. Suara itu semakin mendekat, perlahan lebih dekat. Benar saja, orang itu tampak mengahampiri mejaku. Apa aku harus lari, atau berteriak. Aku beranikan untuk bersikap cuek. Diam dan menikmati secangkir susu di tanganku. Aku memandangnya sejenak untuk memastikan keberadaan orang aneh itu. Perasaanku terasa tidak enak, aku mulai mengerutkan kening. Orang aneh itu sudah berada di depanku, wajahnya tertutup oleh topi kunonya. Aku penasaran sekaligus takut.
“Apa kau Inoyuki Keiko?” tanya orang aneh itu dengan nada datar.
“iiya aku sendiri. Apa kau mengenalku?” jawabku penasaran.
“ya. Tentu aku mengenalmu bahkan aku lebih mengenalmu lebih dari kau mengenal dirimu sendiri.” Jawaban orang itu yang membuatku lebih penasaran dari sebelumnya.
Namaku Inoyuki Keiko, aku lahir saat musim salju dan karena itu aku diberi nama Yuki oleh orangtuaku begitu kata nenekku. Aku tinggal di sebuah kota kecil dengan kehidupan yang sangat ramai, Dimana orang berlarian mengejar waktu untuk bekerja. Aku hidup seorang diri. Orangtuaku meninggal karena kecelakaan mobil sebelum aku dewasa dan sampai saat ini aku tidak tahu bagaimana wajah dari orangtuaku. Tidak ada foto atau buku yang menujukan gambaran dari orangtuaku, hanya beberapa cerita aneh nenekku. Nenekku meninggal ketika aku berumur 12 tahun. Aku mengabiskan hari-hariku dengan bekerja di sebuah toko roti milik paman Yamato. Beberapa hari setelah aku bertemu orang aneh pada pagi itu, pikiranku selalu terngiang-ngiang oleh orang itu. Hari demi hari telah berlalu. Bayangan orang itu selalu muncul di otakku. Aku semakin heran. Mengapa orang itu tahu namaku? Sebelumnya aku tidak pernah mengenal orang seperti dia.Akhirnya hari yang lelah ini telah berakhir.