ladychan63
Puluhan rumah milik warga di sekitar Desa Bojong Bata, Pemalang, Jawa Tengah rusak parah setelah diterjang angin puting beliung. Angin yang disertai hujan deras itu melanda Kabupaten Pemalang pada Sabtu (3/11) sore hingga malam hari. Sampai Minggu (4/11) siang ini ratusan warga melakukan kerja bakti membersihkan sisa puing-puing dan memperbaiki kondisi rumah mereka. Hujan angin juga membuat salah satu tower pemancar radio lokal yang letaknya di tengah permukiman warga jatuh. Selain merusak rumah dan menjatuhkan tower, beberapa pohon yang berada di pinggir jalan juga tak luput dari terjangan hujan angin. Bahkan, sebuah papan reklame berukuran besar pun tumbang di terjang angin kencang. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun kerugian akibat kejadian ini diperkirakan mencapai ratusan juta. Menurut salah satu warga, Nurotin (45), angin kencang datang secara tiba-tiba disertai hujan deras. "Angin datang diiringi suara gemuruh dari arah barat menuju ke timur. Kemudian langsung menerjang rumah-rumah penduduk," ujarnya.
Sampai saat ini, Pemkab Pemalang masih melakukan pendataan terhadap kerusakan baik rumah maupun infrastruktur yang lainnya.
38 votes Thanks 72
putri6111
maaf ini ada di mana ya, apa ada di liputan petang apa di mana
godeliva 'Gunung' sampah meletus, pemerintah rugi Rp 200 miliar
Merdeka.com - Akses daur ulang yang sulit di daerah Kanada Utara memaksa penduduknya mengalami kejadian alam aneh. Salah satu 'gunung' sampah di daerahnya meletus dan mencemari kota mereka. 'Gunung' sampah atau yang biasa disebut 'dumpcano' sejatinya adalah fasilitas pembuangan sampah akhir mirip TPA Bantar Gebang di Jakarta. Namun, tumpukan sampah yang terus meninggi dan keegoisan warga sekitar membuat 'dumpcano' meletus dan menghantui warga kota Iqaluit. Gunung 'berapi' sampah biasanya muncul akibat menumpuknya sampah organik yang terus mengeluarkan panas dan gas metan selama mengalami proses pembusukan penguraian. Ironisnya, banyak warga Iqaluit yang tidak memilah sampah-sampah yang dibuang. Sehingga, sampah elektronik seperti baterai bisa secara tidak sengaja terbuang jadi satu. Dampaknya pun bisa sangat fatal. Bahan-bahan elektronik itu bisa mengalami konsleting yang pada akhirnya memicu timbulnya api. Api merupakan hal yang 'diharamkan' untuk daerah pembuangan sampah yang dipenuhi oleh gas metan, karena bisa menimbulkan ledakan. Kebiasaan salah membuang sampah warga Iqaluit juga diperburuk komplain warganya terhadap pembakaran sampah oleh pihak pengelola pembuangan sampah. Alasannya pun sepele, mereka merasa terganggu akibat bau pembakaran sampah yang ditimbulkan. Sayangnya, sampah terus tertimbun tinggi hingga akhirnya meledak dan mengeluarkan kobaran api dan bau busuk yang cepat merambat keseluruh tempat pembuangan dan kota Iqaluit. Pemadam kebakaran pun tidak bisa berbuat apa-apa sebab kontur tanah pembuangan yang tidak stabil dan masih membara dianggap sangat berbahaya untuk mereka. Akhirnya dewan kota mengambil langkah tegas dengan menganggarkan Rp 200 miliar lebih dana untuk 'membasahi' seluruh sampah di tempat penampungan itu dengan air. Untuk melakukan hal tersebut, para pemadam kebakaran harus mempertaruhkan nyawa mereka selama 12 jam sehari selama seminggu penuh, Gizmodo (08/08).
Sampai Minggu (4/11) siang ini ratusan warga melakukan kerja bakti membersihkan sisa puing-puing dan memperbaiki kondisi rumah mereka.
Hujan angin juga membuat salah satu tower pemancar radio lokal yang letaknya di tengah permukiman warga jatuh.
Selain merusak rumah dan menjatuhkan tower, beberapa pohon yang berada di pinggir jalan juga tak luput dari terjangan hujan angin. Bahkan, sebuah papan reklame berukuran besar pun tumbang di terjang angin kencang.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun kerugian akibat kejadian ini diperkirakan mencapai ratusan juta.
Menurut salah satu warga, Nurotin (45), angin kencang datang secara tiba-tiba disertai hujan deras. "Angin datang diiringi suara gemuruh dari arah barat menuju ke timur. Kemudian langsung menerjang rumah-rumah penduduk," ujarnya.
Sampai saat ini, Pemkab Pemalang masih melakukan pendataan terhadap kerusakan baik rumah maupun infrastruktur yang lainnya.
'Gunung' sampah meletus, pemerintah rugi Rp 200 miliar
Merdeka.com - Akses daur ulang yang sulit di daerah Kanada Utara memaksa penduduknya mengalami kejadian alam aneh. Salah satu 'gunung' sampah di daerahnya meletus dan mencemari kota mereka. 'Gunung' sampah atau yang biasa disebut 'dumpcano' sejatinya adalah fasilitas pembuangan sampah akhir mirip TPA Bantar Gebang di Jakarta. Namun, tumpukan sampah yang terus meninggi dan keegoisan warga sekitar membuat 'dumpcano' meletus dan menghantui warga kota Iqaluit. Gunung 'berapi' sampah biasanya muncul akibat menumpuknya sampah organik yang terus mengeluarkan panas dan gas metan selama mengalami proses pembusukan penguraian. Ironisnya, banyak warga Iqaluit yang tidak memilah sampah-sampah yang dibuang. Sehingga, sampah elektronik seperti baterai bisa secara tidak sengaja terbuang jadi satu. Dampaknya pun bisa sangat fatal. Bahan-bahan elektronik itu bisa mengalami konsleting yang pada akhirnya memicu timbulnya api. Api merupakan hal yang 'diharamkan' untuk daerah pembuangan sampah yang dipenuhi oleh gas metan, karena bisa menimbulkan ledakan. Kebiasaan salah membuang sampah warga Iqaluit juga diperburuk komplain warganya terhadap pembakaran sampah oleh pihak pengelola pembuangan sampah. Alasannya pun sepele, mereka merasa terganggu akibat bau pembakaran sampah yang ditimbulkan. Sayangnya, sampah terus tertimbun tinggi hingga akhirnya meledak dan mengeluarkan kobaran api dan bau busuk yang cepat merambat keseluruh tempat pembuangan dan kota Iqaluit. Pemadam kebakaran pun tidak bisa berbuat apa-apa sebab kontur tanah pembuangan yang tidak stabil dan masih membara dianggap sangat berbahaya untuk mereka. Akhirnya dewan kota mengambil langkah tegas dengan menganggarkan Rp 200 miliar lebih dana untuk 'membasahi' seluruh sampah di tempat penampungan itu dengan air. Untuk melakukan hal tersebut, para pemadam kebakaran harus mempertaruhkan nyawa mereka selama 12 jam sehari selama seminggu penuh, Gizmodo (08/08).
jadikan jawaban paling benar ya