Tidak jarang orang melakukan kecerobohan kerja. Saya percaya tidak seorang pun terbebas dari kecerobohan. Walau misalnya ada yang disebut program zero defect namun tetap saja ada kesalahan proses dan produk cacat yang dihasilkan. Dengan kata lain ada penyimpangan proses dan produk kerja dari standar semestinya. Mengapa demikian? Karena potensi manusia tidak semuanya berujud kekuatan tetapi juga kelemahan. Ambil contoh saja seorang sekertaris pernah ceroboh dalam mengetik surat. Apakah ceroboh itu dalam bentuk tidak mencantumkan tanggal dan lokasi ataukah pencantuman nama pengirim yang salah. Kemudian bisa jadi dalam hal kekurangan satu atau beberapa huruf dalam suatu kalimat. Bahkan ceroboh tidak mencatat ada telepon penting untuk atasannya yang isi pesannya tentang rapat di Jakarta. Sekertaris tidak mencatat bahkan tidak bertanya tentang topik rapat, kapan, dan dimana. Akibatnya bisa jadi peluang bisnis menjadi hilang.
Dalam hal proses bimbingan, kecerobohan terjadi pula pada mahasiswa bimbingan dan pembimbing itu sendiri. Kalau di kalangan mahasiswa, hal itu bisa dalam wujud kesalahan penggunaan bahasa atau kalimat ataukah dalam penggunaan teori dan metodologi serta daftar pustaka. Hal demikian tidak jarang ditemukan ketika proses bimbingan dan bahkan baru diketahui ketika dalam ujian karya ilmiah. Kecerobohan itu tentu saja bukan semata-mata kesalahan mahasiswa tetapi juga pembimbingnya yang dalam proses bimbingannya tidak berjalan semestinya. Akibatnya kelulusan sang mahasiswa bisa tertunda atau malah fatal yakni gagal. Sementara kredibilitas pembimbing menjadi rendah.
Masih banyak contoh kecerobohan lainnya. Mulai dari yang berakibat pada kecelakaan ringan sampai berat. Masih ingatkah akan peristiwa kesalahan perhitungan suara pilkada dan pemilu lalu timbul konflik sosial, tewas akibat peluru nyasar, kebakaran rumah akibat nyala lilin kecil, robohnya jembatan dan gedung tua akibat salah perhitungan teknik sipil, jatuhnya alat gandole karena alat sudah tua, sampai meledaknya pesawat akibatnya bocor kecil di salah satu badan pesawat; yang semuanya karena kesalahan manusia?. Berikut ini uraian artikel hanya dibatasi pada kecerobohan di dunia kerja secara umum di kalangan karyawan. Dan apa saja yang perlu dilakukan pihak manajer untuk mengatasinya.
Langkah pertama yang hendaknya dilakukan manajer adalah mengamati faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan kecerobohan dan seberapa seringnya hal itu terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain bisa dalam bentuk kekurang-tahuan karyawan akan prosedur kerja yang lengkap, lupa akan sesuatu, bekerja secara cepat tanpa koreksi, kekurang-telitian pada hal-hal yang kelihatannya kecil, tidak melakukan konsultasi pada atasan kalau perintah atasan kurang dipahami, pengalaman dan ketrampilan kerja yang memang rendah. Selain itu perlu diketahui frekuensinya; apakah kecerobohan yang dilakukan sangat jarang atau bahkan sampai sangat sering. Kalau kecerobohan sangat sering dilakukan maka hal itu cenderung sudah sebagai habit. Proses pengamatan bisa dilakukan secara langsung di hadapan karyawan sambil wawancara dan bisa juga tersembunyi.
Tidak jarang orang melakukan kecerobohan kerja. Saya percaya tidak seorang pun terbebas dari kecerobohan. Walau misalnya ada yang disebut program zero defect namun tetap saja ada kesalahan proses dan produk cacat yang dihasilkan. Dengan kata lain ada penyimpangan proses dan produk kerja dari standar semestinya. Mengapa demikian? Karena potensi manusia tidak semuanya berujud kekuatan tetapi juga kelemahan. Ambil contoh saja seorang sekertaris pernah ceroboh dalam mengetik surat. Apakah ceroboh itu dalam bentuk tidak mencantumkan tanggal dan lokasi ataukah pencantuman nama pengirim yang salah. Kemudian bisa jadi dalam hal kekurangan satu atau beberapa huruf dalam suatu kalimat. Bahkan ceroboh tidak mencatat ada telepon penting untuk atasannya yang isi pesannya tentang rapat di Jakarta. Sekertaris tidak mencatat bahkan tidak bertanya tentang topik rapat, kapan, dan dimana. Akibatnya bisa jadi peluang bisnis menjadi hilang.
Dalam hal proses bimbingan, kecerobohan terjadi pula pada mahasiswa bimbingan dan pembimbing itu sendiri. Kalau di kalangan mahasiswa, hal itu bisa dalam wujud kesalahan penggunaan bahasa atau kalimat ataukah dalam penggunaan teori dan metodologi serta daftar pustaka. Hal demikian tidak jarang ditemukan ketika proses bimbingan dan bahkan baru diketahui ketika dalam ujian karya ilmiah. Kecerobohan itu tentu saja bukan semata-mata kesalahan mahasiswa tetapi juga pembimbingnya yang dalam proses bimbingannya tidak berjalan semestinya. Akibatnya kelulusan sang mahasiswa bisa tertunda atau malah fatal yakni gagal. Sementara kredibilitas pembimbing menjadi rendah.
Masih banyak contoh kecerobohan lainnya. Mulai dari yang berakibat pada kecelakaan ringan sampai berat. Masih ingatkah akan peristiwa kesalahan perhitungan suara pilkada dan pemilu lalu timbul konflik sosial, tewas akibat peluru nyasar, kebakaran rumah akibat nyala lilin kecil, robohnya jembatan dan gedung tua akibat salah perhitungan teknik sipil, jatuhnya alat gandole karena alat sudah tua, sampai meledaknya pesawat akibatnya bocor kecil di salah satu badan pesawat; yang semuanya karena kesalahan manusia?. Berikut ini uraian artikel hanya dibatasi pada kecerobohan di dunia kerja secara umum di kalangan karyawan. Dan apa saja yang perlu dilakukan pihak manajer untuk mengatasinya.
Langkah pertama yang hendaknya dilakukan manajer adalah mengamati faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan kecerobohan dan seberapa seringnya hal itu terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain bisa dalam bentuk kekurang-tahuan karyawan akan prosedur kerja yang lengkap, lupa akan sesuatu, bekerja secara cepat tanpa koreksi, kekurang-telitian pada hal-hal yang kelihatannya kecil, tidak melakukan konsultasi pada atasan kalau perintah atasan kurang dipahami, pengalaman dan ketrampilan kerja yang memang rendah. Selain itu perlu diketahui frekuensinya; apakah kecerobohan yang dilakukan sangat jarang atau bahkan sampai sangat sering. Kalau kecerobohan sangat sering dilakukan maka hal itu cenderung sudah sebagai habit. Proses pengamatan bisa dilakukan secara langsung di hadapan karyawan sambil wawancara dan bisa juga tersembunyi.
KALOK SALAH MAAF