DenmazEvan
TERIMA KASIH GURUKU Cerpen Karya: Imelva Febriyanti Saat duduk di bangku kelas 6 SD . Ada seseorang Guru yang sangat baik, yang banyak dikagumi oleh murid-muridnya. Namanya Pak Ramli. Akupun yang menjadi muridnya kagum kepada Beliau karena, Beliau Guru yang penuh sabar dan tulus dalam mengajar. Namun, waktu berputar begitu cepat. Kami lulus dan meninggalkan kenangan kami ketika SD dulu, tetapi bagi kami tak akan melupakan jasa Guru kami yang berharga. Beberapa tahun kemudian kami semua sudah tidak saling bersama sudah menjadi seseorang yang sukses dan berguna. Tepat pada bulan Agustus , Sheila bertemu dengan Isteri Pak ramli dan Sheila bertanya : “Halo Ibu, senang sekali Saya dapat berjumpa dengan ibu(sambil bersalaman dengan isteri Pak Ramli). Bagaimana, Bu dengan Pak Ramli apa Beliau baik- baik saja?” Bu Ramli menjawab : “Maaf ya Nak, Ibu tak memberitahukannya kepadamu bahwa, suami Ibu sedang dirawat di Rumah Sakit dan sudah 3 bulan di Rumah Sakit.” “ Ya, ampun .. Mengapa Ibu tak memberitahukannya kepadaku? Pak Ramli itu sudah Saya anggap sendiri sebagai Ayah saya, Bu.”(sheila menangis) “Iya, maafkan Ibu, Nak.”(Bu Ramli dengan perasaan menyesal) “Ya,sudah Bu. Saya akan memberitahukannya kepada teman – teman Saya dulu untuk bersama pergi menjenguk Beliau.” Selesai percakapan , Sheilapun langsung menelepon beberapa temannya yang sayang kepada Beliau, salah satu teman yang ia telephone ialah Satria. Kata Sheila sambil menelepon : “Halo, Sat. Ini aku Sheila, besok bisa tidak kamu datang ke rumahku dengan teman – teman lain untuk menjenguk Pak Ramli?” Jawab Satria dengan kebingungan :”Menjenguk Pak Ramli? Memangnya Beliau kenapa?”(dengan perasaan cemas) “Ya, itulah ceritanya panjang, lebih baik kita besok bersama – sama menjenguk Guru kita.” ‘Baiklah, nanti ‘ku sampaikan kepada teman- teman yang lain.” Selesai menelepon teman- temannya. Besok harinya telah berkumpul teman – temannya ke rumah Sheila.Tiba di Rumah Sakit mereka semuapun semakin khawatir dengan keadaan Beliau. Setibanya di depan kamar Pak Ramli mereka hanya dapat menunggu karena, tidak di perbolehkan masuk ke dalam ruangan. Sebab, Pak Ramli belum sadarkan diri. Di dalam kamar Pak Ramli sudah ada Deni murid kesayangan Pak Ramli dulu ketika SD . Yang kini Deni sudah menjadi seseorang Dokter. Deni keluar dari kamar Pak Ramli dan berkata kepada kami semua : “Teman-teman kondisi Guru kita belum membaik.” (dengan menunduk dan bersedih mengatakan itu) Jawab Sheila(Guru) : “Ya, Tuhan. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Beliau ?” Brian(Pilot) : “Husstt... Tidak boleh berbicara seperti itu! Kita lebih baik berdoa bersama untuk meminta kesembuhan kepada Tuhan YME.” Satria(Polisi) : “Ide yang bagus. Mari teman- teman kita berdoa menurut kepercayaan kita masing-masing. Berdoa mulai..” Kamipun berdoa dengan khusyuk, selesai berdoa tiba- tiba kami mendengarkan bunyi musik pianika yang sedang menadakan lagu “Terima Kasih Guruku”. Mendengar lagu itu pun kami bernyanyi dengan alunan musik yang lembut. T’rima kasihku.. ku ucapkan.. Pada Guruku yang tulus.. Ilmu yang berguna .. s’lalu dilimpahkan.. Untuk bekalku nanti.... Setiap hariku dibimbingnya.. Agar tumbuhlah bakatku... Kan ‘ku ingat slalu nasehat Guruku.. T’rima kasihku ucapkan... Selesai menyanyi Isteri Pak Ramli keluar dan menemui kami dan berkata : “Anak- anak kalian boleh masuk Guru kalian sudah sadarkan diri.” Dengan perasaan senangpun kami segera menemui Guru kami. Sheila yang tak kuat melihat kondisi Pak Ramlipun ia meneteskan air mata. Kata Pak Ramli : “Murid-muridku, kalian semua masih ingat kepada bapak?” (dengan tersenyum) Jawab Dana (sopir) : “ Masihlah, Pak. Pak Ramli itu kan Guru kesayangan kami. Masa kami melupakan jasa Bapak yang begitu berarti bagi kami.” (dengan membuat Pak Ramli tersenyum) Kata Pak Ramli dengan tertawa : “Bisa saja kamu Dan.” Pak Ramli berkata kepada Satria : “Satria, dulu kamu murid Bapak yang paling kuat dan gagah patut sekarang kamu menjadi seorang Polisi.” Jawab Satria : “Haha.. Bapak bisa saja, kan yang membuat Saya menjadi gagah dan berani seperti ini karena bapak yang selalu bersikap tegas dan gagah seperti ini.” Dengan tersenyum Pak Ramli berkata kepada seluruh murid – muridnya : “Sheila, Dini, Nita, Reta, Aya, Cika, Bayu, Satria, Deni, Dana, dan Brian. Bapak bangga sekali menjadi Guru kalian , sekarang kalian sudah menjadi orang yang sukses . Mungkin inilah akhir dari segalanya, Bapak telah melihat kalian dengan penuh kebanggaan. Bapak mohon pertahankan ini semua dan jangan pernah kalian sombong terhadap kesuksesan kalian ini.” Selesai mengucapkan amanat kepada kami, Pak Ramli menghembuskan nafas terakhirnya dan kamipun murid – muridnya telah merelakan kepergian Beliau sebab, Beliau telah menjadi Pahlawan diantara kami. Dan Beliau telah menjalankan tugasnya di dunia ini dengan baik menjadi seorang Guru yang berjasa bagi murid – muridnya.
Cerpen Karya: Imelva Febriyanti
Saat duduk di bangku kelas 6 SD . Ada seseorang Guru yang sangat baik, yang banyak dikagumi oleh murid-muridnya. Namanya Pak Ramli. Akupun yang menjadi muridnya kagum kepada Beliau karena, Beliau Guru yang penuh sabar dan tulus dalam mengajar. Namun, waktu berputar begitu cepat.
Kami lulus dan meninggalkan kenangan kami ketika SD dulu, tetapi bagi kami tak akan melupakan jasa Guru kami yang berharga. Beberapa tahun kemudian kami semua sudah tidak saling bersama sudah menjadi seseorang yang sukses dan berguna.
Tepat pada bulan Agustus , Sheila bertemu dengan Isteri Pak ramli dan Sheila bertanya : “Halo Ibu, senang sekali Saya dapat berjumpa dengan ibu(sambil bersalaman dengan isteri Pak Ramli). Bagaimana, Bu dengan Pak Ramli apa Beliau baik- baik saja?”
Bu Ramli menjawab : “Maaf ya Nak, Ibu tak memberitahukannya kepadamu bahwa, suami Ibu sedang dirawat di Rumah Sakit dan sudah 3 bulan di Rumah Sakit.”
“ Ya, ampun .. Mengapa Ibu tak memberitahukannya kepadaku? Pak Ramli itu sudah Saya anggap sendiri sebagai Ayah saya, Bu.”(sheila menangis)
“Iya, maafkan Ibu, Nak.”(Bu Ramli dengan perasaan menyesal)
“Ya,sudah Bu. Saya akan memberitahukannya kepada teman – teman Saya dulu untuk bersama pergi menjenguk Beliau.”
Selesai percakapan , Sheilapun langsung menelepon beberapa temannya yang sayang kepada Beliau, salah satu teman yang ia telephone ialah Satria.
Kata Sheila sambil menelepon : “Halo, Sat. Ini aku Sheila, besok bisa tidak kamu datang ke rumahku dengan teman – teman lain untuk menjenguk Pak Ramli?”
Jawab Satria dengan kebingungan :”Menjenguk Pak Ramli? Memangnya Beliau kenapa?”(dengan perasaan cemas)
“Ya, itulah ceritanya panjang, lebih baik kita besok bersama – sama menjenguk Guru kita.”
‘Baiklah, nanti ‘ku sampaikan kepada teman- teman yang lain.”
Selesai menelepon teman- temannya. Besok harinya telah berkumpul teman – temannya ke rumah Sheila.Tiba di Rumah Sakit mereka semuapun semakin khawatir dengan keadaan Beliau. Setibanya di depan kamar Pak Ramli mereka hanya dapat menunggu karena, tidak di perbolehkan masuk ke dalam ruangan. Sebab, Pak Ramli belum sadarkan diri. Di dalam kamar Pak Ramli sudah ada Deni murid kesayangan Pak Ramli dulu ketika SD . Yang kini Deni sudah menjadi seseorang Dokter.
Deni keluar dari kamar Pak Ramli dan berkata kepada kami semua :
“Teman-teman kondisi Guru kita belum membaik.” (dengan menunduk dan bersedih mengatakan itu)
Jawab Sheila(Guru) : “Ya, Tuhan. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Beliau ?”
Brian(Pilot) : “Husstt... Tidak boleh berbicara seperti itu! Kita lebih baik berdoa bersama untuk meminta kesembuhan kepada Tuhan YME.”
Satria(Polisi) : “Ide yang bagus. Mari teman- teman kita berdoa menurut kepercayaan kita masing-masing. Berdoa mulai..”
Kamipun berdoa dengan khusyuk, selesai berdoa tiba- tiba kami mendengarkan bunyi musik pianika yang sedang menadakan lagu “Terima Kasih Guruku”. Mendengar lagu itu pun kami bernyanyi dengan alunan musik yang lembut.
T’rima kasihku.. ku ucapkan..
Pada Guruku yang tulus..
Ilmu yang berguna .. s’lalu dilimpahkan..
Untuk bekalku nanti....
Setiap hariku dibimbingnya..
Agar tumbuhlah bakatku...
Kan ‘ku ingat slalu nasehat Guruku..
T’rima kasihku ucapkan...
Selesai menyanyi Isteri Pak Ramli keluar dan menemui kami dan berkata : “Anak- anak kalian boleh masuk Guru kalian sudah sadarkan diri.” Dengan perasaan senangpun kami segera menemui Guru kami. Sheila yang tak kuat melihat kondisi Pak Ramlipun ia meneteskan air mata.
Kata Pak Ramli : “Murid-muridku, kalian semua masih ingat kepada bapak?” (dengan tersenyum)
Jawab Dana (sopir) : “ Masihlah, Pak. Pak Ramli itu kan Guru kesayangan kami. Masa kami melupakan jasa Bapak yang begitu berarti bagi kami.” (dengan membuat Pak Ramli tersenyum)
Kata Pak Ramli dengan tertawa : “Bisa saja kamu Dan.”
Pak Ramli berkata kepada Satria : “Satria, dulu kamu murid Bapak yang paling kuat dan gagah patut sekarang kamu menjadi seorang Polisi.”
Jawab Satria : “Haha.. Bapak bisa saja, kan yang membuat Saya menjadi gagah dan berani seperti ini karena bapak yang selalu bersikap tegas dan gagah seperti ini.”
Dengan tersenyum Pak Ramli berkata kepada seluruh murid – muridnya : “Sheila, Dini, Nita, Reta, Aya, Cika, Bayu, Satria, Deni, Dana, dan Brian. Bapak bangga sekali menjadi Guru kalian , sekarang kalian sudah menjadi orang yang sukses . Mungkin inilah akhir dari segalanya, Bapak telah melihat kalian dengan penuh kebanggaan. Bapak mohon pertahankan ini semua dan jangan pernah kalian sombong terhadap kesuksesan kalian ini.”
Selesai mengucapkan amanat kepada kami, Pak Ramli menghembuskan nafas terakhirnya dan kamipun murid – muridnya telah merelakan kepergian Beliau sebab, Beliau telah menjadi Pahlawan diantara kami. Dan Beliau telah menjalankan tugasnya di dunia ini dengan baik menjadi seorang Guru yang berjasa bagi murid – muridnya.