Kumpulan cerpen Hujan Kepagian terdiri dari 6 cerita, cerpen ini merupakan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Tidak banyak karya sastra yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi itu, yang dialami sendiri oleh pengarangnya. Hal itu membuat kumpulan cerpen ini sangat penting. Perang di sini tidak hanya dilihat dari sudut peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya, namun dilihat dari isinya yang lebih manusiawi. Pengarangnya sendiri terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan itu sebagai anggota tentara pelajar. Cerita pertama misalnya, yang berjudul “Senyum”, mengenai ketetapan diri untuk maju ke medan pertempuran, sekalipun orang tuanya lebih menyukai dia melanjutkan pelajaran, karena umurnya masih 14 tahun, selama ia berada di medan pertempuran ia selalu ingat akan bangku sekolah. Ia juga terkenang kepada ayahnya yang ditinggalkan tanpa minta izin. Di bukit ia bertemu dengan bocah kecil yang mengingatkannya pada adiknya yang telah bersekolah. Pengalaman selama revolusi saat menarik untuk di baca. Ini terbukti dengan si John temannya yang gugur dalam medan pertempuran, dimana wajahnya tersenyum, padahal biasanya mayat para pejuang yang ditemukan kebanyakan wajahnya menyeringai atau matanya terbelalak, karena kesakitan. Ini menunjukkan bahwa perjuangan si John untuk membela negara ini dengan hati yang suci. Cerpen kedua yang berjudul “Konyol”, menceritakan tentang takhayul yang baik, yaitu “untuk berjuang harus secara suci dan selama berjuang tidak boleh berbuat mesum, dan harus mampu menahan nafsu seksual. Barangsiapa yang tidak suci perjuangannya, ia akan mati konyol.Misalnya dalam cerita ini ada pejuang yang memerkosa akhirnya dia mati konyol. Padahal hal itu sudah dinasihati oleh Pak Godek. Cerpen ketiga, yang berjudul “Pembalasan Dendam” menceritakan tentang anak kembar yang bernama Jon dan Con, mereka berdua ikut berperang, mereka sangat berani dan kompak dalam berjuang. Di tengah medan perang, Jon gugur. Atas gugurnya si Jon, si Con membalas dendam terhadap semua musuh, seperti si Belanda. Con tidak memberi ampun kepada si Belanda walaupun telah berteriak-teriak minta ampun.Cerpen keempat, yang berjudul “Perawan di Garis Depan”, adalah cerpen yang sangat menarik sekali, karena seorang perawan ikut berjuang. Si perawan atau si gadis itu berperangai seperti laki-laki, baik pakaiannya ataupun cara pandangnya. Semua laki-laki seperjuangannya saat segan kepadanya. Si perempuan itu ikut berjuang karena kesengsaraan hidup yang dialaminya, yaitu saudaranya meninggal karena perang, ibunya meninggal karena dibakar, dan diapun kehilangan kesuciannya karena diperkosa oleh Belanda. Oelh karena itu, setiap berperang dia selalu yang paling berani.Cerpen kelima, yang berjudul “Bayi”, cerpen ini sangat unik sekali, dimana disaat perang 2 orang yang bermusuhan bisa berdamai, bisa melakukan suatu kebaikan, sama-sama menyelamatkan seorang ibu yang melahirkan seorang bayi.Cerpen keenam, yang berjudul “Eksekusi”, adalah cerpen yang sangat sadis, dimana telah terjadi eksekusi terhadap seorang perampok/pembunuh bangsa sendiri. Mengapa perampok/pembunuh tersebut harus dieksekusi? Perampok/pembunuh itu dieksekusi karena dia merampok rakyat yang sudah menderita, dan sudah ditimpa perang. Perampok/pembunuh itu lalu ditangkap dan dieksekusi karena ulahnya telah mengganggu pertahanan tentara dalam berjuang melawan Belanda. Pengalaman-pengalaman selama revolusi ini sangat mwnarik untuk dibaca. Pengarang memaparkannya dengan sederhana, tapi memikat. Hal yang perlu kita petik dan kita renungkan, dari kumpulan cerpen ini adalah hendaklah kita berjuang dengan hati yang suci untuk mempertahankan kehidupan kita, bernegara dan berbangsa.
1 votes Thanks 1
dinosumbawa
isinya saya cari
itu mah kata pengantarnya
Pengarang : Nugroho Notosusanto
Penerbit : Balai Pustaka
Tebal : 67 halaman
Kumpulan cerpen Hujan Kepagian terdiri dari 6 cerita, cerpen ini merupakan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Tidak banyak karya sastra yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi itu, yang dialami sendiri oleh pengarangnya. Hal itu membuat kumpulan cerpen ini sangat penting. Perang di sini tidak hanya dilihat dari sudut peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya, namun dilihat dari isinya yang lebih manusiawi. Pengarangnya sendiri terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan itu sebagai anggota tentara pelajar. Cerita pertama misalnya, yang berjudul “Senyum”, mengenai ketetapan diri untuk maju ke medan pertempuran, sekalipun orang tuanya lebih menyukai dia melanjutkan pelajaran, karena umurnya masih 14 tahun, selama ia berada di medan pertempuran ia selalu ingat akan bangku sekolah. Ia juga terkenang kepada ayahnya yang ditinggalkan tanpa minta izin. Di bukit ia bertemu dengan bocah kecil yang mengingatkannya pada adiknya yang telah bersekolah. Pengalaman selama revolusi saat menarik untuk di baca. Ini terbukti dengan si John temannya yang gugur dalam medan pertempuran, dimana wajahnya tersenyum, padahal biasanya mayat para pejuang yang ditemukan kebanyakan wajahnya menyeringai atau matanya terbelalak, karena kesakitan. Ini menunjukkan bahwa perjuangan si John untuk membela negara ini dengan hati yang suci.
Cerpen kedua yang berjudul “Konyol”, menceritakan tentang takhayul yang baik, yaitu “untuk berjuang harus secara suci dan selama berjuang tidak boleh berbuat mesum, dan harus mampu menahan nafsu seksual. Barangsiapa yang tidak suci perjuangannya, ia akan mati konyol.Misalnya dalam cerita ini ada pejuang yang memerkosa akhirnya dia mati konyol. Padahal hal itu sudah dinasihati oleh Pak Godek.
Cerpen ketiga, yang berjudul “Pembalasan Dendam” menceritakan tentang anak kembar yang bernama Jon dan Con, mereka berdua ikut berperang, mereka sangat berani dan kompak dalam berjuang. Di tengah medan perang, Jon gugur. Atas gugurnya si Jon, si Con membalas dendam terhadap semua musuh, seperti si Belanda. Con tidak memberi ampun kepada si Belanda walaupun telah berteriak-teriak minta ampun.Cerpen keempat, yang berjudul “Perawan di Garis Depan”, adalah cerpen yang sangat menarik sekali, karena seorang perawan ikut berjuang. Si perawan atau si gadis itu berperangai seperti laki-laki, baik pakaiannya ataupun cara pandangnya. Semua laki-laki seperjuangannya saat segan kepadanya. Si perempuan itu ikut berjuang karena kesengsaraan hidup yang dialaminya, yaitu saudaranya meninggal karena perang, ibunya meninggal karena dibakar, dan diapun kehilangan kesuciannya karena diperkosa oleh Belanda. Oelh karena itu, setiap berperang dia selalu yang paling berani.Cerpen kelima, yang berjudul “Bayi”, cerpen ini sangat unik sekali, dimana disaat perang 2 orang yang bermusuhan bisa berdamai, bisa melakukan suatu kebaikan, sama-sama menyelamatkan seorang ibu yang melahirkan seorang bayi.Cerpen keenam, yang berjudul “Eksekusi”, adalah cerpen yang sangat sadis, dimana telah terjadi eksekusi terhadap seorang perampok/pembunuh bangsa sendiri. Mengapa perampok/pembunuh tersebut harus dieksekusi? Perampok/pembunuh itu dieksekusi karena dia merampok rakyat yang sudah menderita, dan sudah ditimpa perang. Perampok/pembunuh itu lalu ditangkap dan dieksekusi karena ulahnya telah mengganggu pertahanan tentara dalam berjuang melawan Belanda. Pengalaman-pengalaman selama revolusi ini sangat mwnarik untuk dibaca. Pengarang memaparkannya dengan sederhana, tapi memikat. Hal yang perlu kita petik dan kita renungkan, dari kumpulan cerpen ini adalah hendaklah kita berjuang dengan hati yang suci untuk mempertahankan kehidupan kita, bernegara dan berbangsa.