"Ternyata anakku sampun gede, duh Gusti. Sampun ketemu jodoh. Le, kenalke marang Mamak. Tak delok kongopo to pilihanmu kui."
Lah... jika tadi Mamak yang nangis, sekarang aku yang membanjiri pipiku dengan air mata. Usiaku tadi pagi sudah kepala 3 dan setiap pulang, tetangga selalu menanyaiku, "Mana istrimu, Jang?", "Lah namanya aja Bujang, yo meh nikah tetep wae Bujang", "Bujangan... Bujangaannnn!!!" Tetapi aku tidak terlalu peduli, toh Mamak tak pernah mempermasalahkannya. Hingga tadi pagi, ketika kulihat raut kecewa di wajah keriput Mamak, seketika aku sadar, Mamak tak pernah menanyaiku karena takut membebaniku.
Dengan hati-hati, kukatakan pada Mamak, "Mak, Bujang di kota kagungan kanca. Terus ngajak Bujang ndaftar kuliah. Insya Allah gratis, nek Bujang saget nggarap tes. Wau, Bujang badhe nyuwun pangestu ben saget iolos."
Raut kecewa pada wajah Mamak terbiaskan oleh senyum lebarnya. Mamak mengangguk-angguk tak tahu paham atau tidak. Yang kutahu Mamak setidaknya masih menyimpan keinginan anak bujangnya ini tidak lagi meninggalkan dirinya di desa sendirian dan segera punya teman hidup. Pasalnya, teman sepantaranku bahkan ada yang punya anak 3. Lah aku???
Berikanlah penilaian terhadap kutipan cerpen di atas
Kutipan cerpen di atas menggambarkan interaksi antara seorang anak (naratif pertama) dengan ibunya (Mamak). Cerita ini menunjukkan perasaan anak yang merasa terbebani oleh pertanyaan tetangga tentang status pernikahannya, tetapi tidak terlalu mempermasalahkannya. Namun, ketika anak melihat raut kecewa di wajah Mamak, dia menyadari bahwa Mamak sebenarnya khawatir dan tidak pernah menanyakan hal itu agar tidak membebaninya.
Anak tersebut kemudian dengan hati-hati memberi tahu Mamak bahwa dia telah bertemu dengan seseorang dan diajak untuk mendaftar kuliah. Anak tersebut berharap dapat lulus tes dan mendapatkan kesempatan untuk kuliah. Mamak menunjukkan senyum lebar dan mengangguk-angguk, menunjukkan bahwa dia mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang dikatakan anaknya, tetapi dia setidaknya masih memiliki harapan bahwa anaknya tidak akan meninggalkannya sendirian di desa dan segera menemukan pasangan hidup.
Penilaian terhadap kutipan cerpen ini adalah bahwa cerita ini menggambarkan hubungan yang hangat antara seorang anak dan ibunya. Cerita ini juga menyoroti perasaan anak yang merasa terbebani oleh harapan dan pertanyaan dari lingkungan sekitarnya, tetapi juga menunjukkan bahwa Mamak peduli dan menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Jawaban:
Kutipan cerpen di atas menggambarkan interaksi antara seorang anak (naratif pertama) dengan ibunya (Mamak). Cerita ini menunjukkan perasaan anak yang merasa terbebani oleh pertanyaan tetangga tentang status pernikahannya, tetapi tidak terlalu mempermasalahkannya. Namun, ketika anak melihat raut kecewa di wajah Mamak, dia menyadari bahwa Mamak sebenarnya khawatir dan tidak pernah menanyakan hal itu agar tidak membebaninya.
Anak tersebut kemudian dengan hati-hati memberi tahu Mamak bahwa dia telah bertemu dengan seseorang dan diajak untuk mendaftar kuliah. Anak tersebut berharap dapat lulus tes dan mendapatkan kesempatan untuk kuliah. Mamak menunjukkan senyum lebar dan mengangguk-angguk, menunjukkan bahwa dia mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang dikatakan anaknya, tetapi dia setidaknya masih memiliki harapan bahwa anaknya tidak akan meninggalkannya sendirian di desa dan segera menemukan pasangan hidup.
Penilaian terhadap kutipan cerpen ini adalah bahwa cerita ini menggambarkan hubungan yang hangat antara seorang anak dan ibunya. Cerita ini juga menyoroti perasaan anak yang merasa terbebani oleh harapan dan pertanyaan dari lingkungan sekitarnya, tetapi juga menunjukkan bahwa Mamak peduli dan menginginkan yang terbaik untuk anaknya.