Ceritakan kasus ham kerusuhan anti cina di solo selama tiga hari!
muhammaddiansy
Kerusuhan ini diawali oleh krisis financial yang terjadi di Asia dan dipicu oleh tragedy trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan dan diamuk oleh massa, terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Surakarta. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Terutama di Surakarta, pembasmian Tionghoa sangat merajalela, bahkan di jalanan pun setiap mobil disisir oleh massa untuk menangkap dan membasmi para Tionghoa. Kebakaran pun terjadi dimana-mana di daerah Surakarta, kebakaran terjadi pada toko-toko milik para Tionghoa. Amukan massa ini membuat para pemilik toko di kota Surakarta tersebut ketakutan dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi". Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun terhadap nama-nama besar yang dianggap provokator kerusuhan Mei 1998. Bahkan pemerintah mengeluarkan pernyataan berkontradiksi dengan fakta yang sebenarnya yang terjadi dengan mengatakan sama sekali tidak ada pemerkosaan massal terhadap wanita keturunan Tionghoa disebabkan tidak ada bukti-bukti konkret tentang pemerkosaan tersebut. Menurut ayah, hal ini benar-benar menunjukkan ketakutan pemerintah untuk membuka kebenaran dan fakta mengenai kejadian-kejadian yang terjadi selama kerusuhan mei ini berlangung. Namun kata ayah, sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Ayah juga bercerita, disaat kerusuhan tersebut sedang terjadi di Surakarta suatu hari ayah sedang dalam perjalanan menuju rumah bersama supir. Namun di tengah jalan terjadi penyisiran terhadap Tionghoa, ayah yang kesal awalnya berusaha sabar. Sampai tiba-tiba seseorang memukul-mukul atap mobil milik ayah. Hal ini otomatis memancing emosi ayah saya sehingga ayah saya langsung keluar mobil dan tanpa pikir panjang memukuli orang tersebut. Lucunya, karena teman-teman orang tersebut mulai datang untuk membalas ayah saya, ayah saya langsung dengan segera berlari meninggalkan mobil dan supir saya. Untungnya supir dan mobil saya kembali dengan selamat, saya juga bingung bagaimana bisa. Ada juga cerita dari ibu saya dulu. Ibu saya mempunyai seorang teman dekat sewaktu di Surakarta. Teman ibu saya ini bukanlah Tionghoa namun kulitnya sangat putih sehingga seringkali orang-orang mengira teman ibu saya ini adalah seorang Tionghoa. Pada suatu hari ketika sedang berjalan-jalan dengan mengendarai mobil bersama ibu saya, terjadi penyisiran untuk menyisir orang Tionghoa. Ibu dan teman ibu saya ini sudah sangat panik, dan ketika disuruh turun nyaris saja teman ibu saya ini dikira Tionghoa sampai akhirnya teman ibu saya mengeluarkan ktp dan dengan segenap keberanian menjelaskan bahwa dirinya bukanlah Tionghoa. Ayah saya juga bercerita pada tanggal 14 Mei tahun 1998 terjadi bentrokkan di Surakarta. Ribuan mahasiswa UMS menggelar demo keprihatinan atas tewasnya Mozes dan Tragedi Trisakti. Kekacauan terjadi setelah ada batu melayang ke arah demonstran, disusul terjadi hujan batu. Ribuan demonstran akhirnya berlari mundur ke Kampus UMS. Sementara, lainnya membalas lontaran gas air mata aparat dengan batu. Puncak kemarahan massa terjadi saat insiden aparat menginjak-injak seorang demonstran yang tergeletak tak berdaya di tengah jalan. Massa berteriak mengecam tindakan itu. Sebuah show room dealer resmi mobil bermerk Timor pun sempat menjadi korban. Massa melempari dengan batu hingga seluruh kaca showroom yang tak terlihat ada mobilnya itu sangat berantakan. Showroom Bimantara di timur diler Timor pun sempat jadi sasaran pula. Pelemparan batu meningkat setelah massa lepas dari Perempatan Gendengan. Restoran Akuarius, Kentucky Fried Chicken adalah sasaran pertama pelemparan. Sembari bergerak, massa terus melempari hampir semua pertokoan maupun gedung perkantoran di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Namun, saat itu seingat ayah saya yang beliau lihat di berita belum ada pembakaran. Insiden pembakaran menurut ayah saya meletus kali pertama saat pergerakan massa sampai di sebuah kantor bank, yaitu kantor bank BCA. Sebuah mobil yang diparkir di halaman, dibakar massa. Setelah itu, giliran mobil di Bank Danamon, dan di Bank Indonesia. Massa sempat menyerbu Kantor PT Telkom dan Balaikota. Ketika ribuan orang hendak menyerbu Balaikota. massa mulai terpecah, sebagian menuju kompleks pertokoan Matahari Beteng. .
Ayah juga bercerita, disaat kerusuhan tersebut sedang terjadi di Surakarta suatu hari ayah sedang dalam perjalanan menuju rumah bersama supir. Namun di tengah jalan terjadi penyisiran terhadap Tionghoa, ayah yang kesal awalnya berusaha sabar. Sampai tiba-tiba seseorang memukul-mukul atap mobil milik ayah. Hal ini otomatis memancing emosi ayah saya sehingga ayah saya langsung keluar mobil dan tanpa pikir panjang memukuli orang tersebut. Lucunya, karena teman-teman orang tersebut mulai datang untuk membalas ayah saya, ayah saya langsung dengan segera berlari meninggalkan mobil dan supir saya. Untungnya supir dan mobil saya kembali dengan selamat, saya juga bingung bagaimana bisa.
Ada juga cerita dari ibu saya dulu. Ibu saya mempunyai seorang teman dekat sewaktu di Surakarta. Teman ibu saya ini bukanlah Tionghoa namun kulitnya sangat putih sehingga seringkali orang-orang mengira teman ibu saya ini adalah seorang Tionghoa. Pada suatu hari ketika sedang berjalan-jalan dengan mengendarai mobil bersama ibu saya, terjadi penyisiran untuk menyisir orang Tionghoa. Ibu dan teman ibu saya ini sudah sangat panik, dan ketika disuruh turun nyaris saja teman ibu saya ini dikira Tionghoa sampai akhirnya teman ibu saya mengeluarkan ktp dan dengan segenap keberanian menjelaskan bahwa dirinya bukanlah Tionghoa.
Ayah saya juga bercerita pada tanggal 14 Mei tahun 1998 terjadi bentrokkan di Surakarta. Ribuan mahasiswa UMS menggelar demo keprihatinan atas tewasnya Mozes dan Tragedi Trisakti. Kekacauan terjadi setelah ada batu melayang ke arah demonstran, disusul terjadi hujan batu. Ribuan demonstran akhirnya berlari mundur ke Kampus UMS. Sementara, lainnya membalas lontaran gas air mata aparat dengan batu. Puncak kemarahan massa terjadi saat insiden aparat menginjak-injak seorang demonstran yang tergeletak tak berdaya di tengah jalan. Massa berteriak mengecam tindakan itu. Sebuah show room dealer resmi mobil bermerk Timor pun sempat menjadi korban. Massa melempari dengan batu hingga seluruh kaca showroom yang tak terlihat ada mobilnya itu sangat berantakan. Showroom Bimantara di timur diler Timor pun sempat jadi sasaran pula. Pelemparan batu meningkat setelah massa lepas dari Perempatan Gendengan. Restoran Akuarius, Kentucky Fried Chicken adalah sasaran pertama pelemparan. Sembari bergerak, massa terus melempari hampir semua pertokoan maupun gedung perkantoran di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Namun, saat itu seingat ayah saya yang beliau lihat di berita belum ada pembakaran. Insiden pembakaran menurut ayah saya meletus kali pertama saat pergerakan massa sampai di sebuah kantor bank, yaitu kantor bank BCA. Sebuah mobil yang diparkir di halaman, dibakar massa. Setelah itu, giliran mobil di Bank Danamon, dan di Bank Indonesia. Massa sempat menyerbu Kantor PT Telkom dan Balaikota. Ketika ribuan orang hendak menyerbu Balaikota. massa mulai terpecah, sebagian menuju kompleks pertokoan Matahari Beteng.
.