Cerita pendek tema bebas, minimal 4 paragraf maksimal 5 paragraf.
Minjidwi
Kisah Seorang Penjual Koran Di ufuk timur, matahari belum tampak. Udara pada pagi hari terasa dingin. Alam pun masih diselimuti embun pagi. Seorang anak mengayuh sepedanya di tengah jalan yang masih lengang. Siapakah gerangan anak itu? Ia adalah seorang penjual Koran, yang bernama Doni. Menjelang pukul lima pagi, ia telah sampai di tempat agen koran dari beberapa penerbit. “Ambil berapa Doni?” tanya Bang Karno. “Biasa saja.”jawab Doni. Bang Karno mengambil sejumlah koran dan majalah yang biasa dibawa Doni untuk langganannya. Setelah selesai, ia pun berangkat. Ia mendatangi pelanggan-pelanggan setianya. Dari satu rumah ke rumah lainnya. Begitulah pekerjaan Doni setiap harinya. Menyampaikan koran kepada para pelanggannya. Semua itu dikerjakannya dengan gembira, ikhlas dan rasa penuh tanggung jawab. Ketika Doni sedang mengacu sepedanya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah benda. Benda tersebut adalah sebuah bungkusan plastik berwarna hitam. Doni jadi gemetaran. Benda apakah itu? Ia ragu-ragu dan merasa ketakutan karena akhir-akhir ini sering terjadi peledakan bom dimana-mana. Doni khawatir benda itu adalah bungkusan bom. Namun pada akhirnya, ia mencoba membuka bungkusan tersebut. Tampak di dalam bungkusan itu terdapat sebuah kardus. “Wah, apa isinya ini?’’tanyanya dalam hati. Doni segera membuka bungkusan dengan hati-hati. Alangkah terkejutnya ia, karena di dalamnya terdapat kalung emas dan perhiasan lainnya. “Wah apa ini?”tanyanya dalam hati. “Milik siapa, ya?” Doni membolak-balik cincin dan kalung yang ada di dalam kardus. Ia makin terperanjat lagi karena ada kartu kredit di dalamnya. “Lho,…ini kan milik Pak Alif. Kasihan sekali Pak Alif , rupanya ia telah kecurian.”gumamnya dalam hati. Apa yang diperkirakan Doni itu memamg benar. Rumah Pak Alif telah kemasukan maling tadi malam. Karena pencuri tersebut terburu-buru, bungkusan perhiasan yang telah dikumpulkannya terjatuh. Doni dengan segera memberitahukan Pak Alif. Ia menceritakan apa yang terjadi dan ia temukan. Betapa senangnya Pak Alif karena perhiasan milik istrinya telah kembali. Ia sangat bersyukur, perhiasan itu jatuh ke tangan orang yang jujur. Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Alif memberikan modal kepada Doni untuk membuka kios di rumahnya. Kini Doni tidak lagi harus mengayuh sepedanya untuk menjajakan koran. Ia cukup menunggu pembeli datang untuk berbelanja. Sedangkan untuk mengirim koran dan majalah kepada pelanggannya, Doni digantikan oleh saudaranya yang kebetulan belum mempunyai pekerjaan. Itulah akhir dari sebuah kejujuran yang akan mendatangkan kebahagiaan di kehidupan kelak.
trynoviaputri Kenangan Sahabat Aku menangis saat membaca suratnya. Dia baik sekali. Tak pandang bulu. Kenapa harus begini!? Aku sayang dia. Aku sadar, sahabatku yang terbaik. Ya, Myra sahabatku. Dia memberiku kalung perak berbandul hati yang berwarna pink bertuliskan BFF. Dia tau kalau aku menginginkannnya. Biar kuceritakan. Dulu… “Huks… Rie… kita akan berpisah ya?” Tangis Myra. “Ya, kamu jangan sedih ya… kita bakal ketemu lagi, kok,” ucapku. “Iya, selamat tinggal… ingat aku ya…” serunya. Namaku Rie Hikaru. Baru 3 tahun lalu aku pindah ke indonesia. Ya, aku orang jepang. Aku sudah bersahabat sama Myra Saveria. Dia baik sekali. Kini, aku dijemput oleh orangtuaku dari jepang. Sebenarnya aku tak mau. Tapi… “Rie, lupakan dia, ya. Dia kan, orang miskin. Orang disini kan, miskin,” kata mama. Mamaku bernama Akira Hikaru. “Ma, tapi dia baik. Biar miskin, tapi kan, hatinya baik. Nggak usah merendahkan gitu,” protesku sebal. Kurasa, ini akan lebih baik jika aku tak melupakannya. Sampai, 1 tahun berlalu, aku mendapat surat darinya.Dear, Rie-chan. Kapan ya, kita ketemu. Aku rindu sama kamu. Ini kenangan buatmu. Jaga yang baik ya. Raba aja surat ini. Aku merabanya, dan hadiahnya, seperti yang di bait pertama kuberitahu. Aku menangis sedih. Kita akan bertemu lagi, kok, batinku. Cerpen Karangan: Rizka Keyla Facebook: Rizka Keyla
Aku menangis saat membaca suratnya. Dia baik sekali. Tak pandang bulu. Kenapa harus begini!? Aku sayang dia. Aku sadar, sahabatku yang terbaik. Ya, Myra sahabatku. Dia memberiku kalung perak berbandul hati yang berwarna pink bertuliskan BFF. Dia tau kalau aku menginginkannnya. Biar kuceritakan. Dulu…
“Huks… Rie… kita akan berpisah ya?” Tangis Myra.
“Ya, kamu jangan sedih ya… kita bakal ketemu lagi, kok,” ucapku.
“Iya, selamat tinggal… ingat aku ya…” serunya. Namaku Rie Hikaru. Baru 3 tahun lalu aku pindah ke indonesia. Ya, aku orang jepang. Aku sudah bersahabat sama Myra Saveria. Dia baik sekali. Kini, aku dijemput oleh orangtuaku dari jepang. Sebenarnya aku tak mau. Tapi… “Rie, lupakan dia, ya. Dia kan, orang miskin. Orang disini kan, miskin,” kata mama. Mamaku bernama Akira Hikaru.
“Ma, tapi dia baik. Biar miskin, tapi kan, hatinya baik. Nggak usah merendahkan gitu,” protesku sebal. Kurasa, ini akan lebih baik jika aku tak melupakannya. Sampai, 1 tahun berlalu, aku mendapat surat darinya.Dear, Rie-chan.
Kapan ya, kita ketemu. Aku rindu sama kamu. Ini kenangan buatmu.
Jaga yang baik ya. Raba aja surat ini. Aku merabanya, dan hadiahnya, seperti yang di bait pertama kuberitahu. Aku menangis sedih. Kita akan bertemu lagi, kok, batinku. Cerpen Karangan: Rizka Keyla
Facebook: Rizka Keyla