tiaraa33
Dikisahkan Sampo Toalang dan anak buahnya berlayar dari China menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Di tengah perjalanan, kapal yang mereka tumpangi oleng akibat diterjang ombak yang begitu besar. Hal yang sungguh mengherankan, mengingat cuaca sedang cerah . Namun, keheranan Sampo Toalang beserta anak buahnya terjawab, tatkala muncul seekor naga menghadang laju kapal. Rupanya, gelombang ombak yang terjadi disebabkan oleh naga laut itu. Sampo Toalang tak tinggal diam. Dia maju menghunuskan pedangnya. Pertarungan dua makhluk beda habitat itu segera berlangsung seru, dan dimenangkan oleh Sampo Toalang di akhir pertarungan. Anak buah Sampo Toalang pun bersorak gembira karena tak ada lagi yang menghalangi mereka. Karena itu, laju kapal Sampo Toalang tak terbedung lagi untuk segera sampai ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Ketika mendekati Pelabuhan Sunda Kelapa, mendadak Sampo Tualang memerintahkan anak buahnya untuk berhenti di Ancol. "Saudara-saudara, kita berlabuh di Ancol. Sunda Kelapa sedang dilanda banjir. Selama didarat kalian semua kerjakan tugas masing-masing dengan baik." Dalam cerita rakyat Indonesia disebutkan jikapara anak buah Sampo Toalang menyebar, mengerjakan tugas masing-masing. Di antara para anak buah Sampo Toalang itu, ada seorang juru masak bernama Ming . Tugasnya selama berlabuh di Ancol adalah membeli bahan makanan sebagai bekal perjalanan di laut. Namun, bukannya mengerjakan tugasnya dengan benar, Ming justru kepincut gadis lokal saat dia tengah sibuk berbelanja. "Siapakah gerangan gadis itu?" tanya Ming dalam hati. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Ming segera menghampiri gadis yang dilihatnya itu dan menyapanya tanpa sungkan. "Salam. Namaku, Ming. Boleh aku berkenalan dengan Anda, Nona?" Gadis itu tersenyum. Dengan ramah, dia juga memperkenalkan dirinya. "Salam. Namaku, Siti. Lengkapnya Siti Wati." Begitu berkenalan dengan Siti Wati, Ming memutuskan untuk menetap di Ancol. Diamengundurkan diri sebagai juru masak di kapal Sampo Tualang. Sampo Tualang sih tak masalah dengan keputusan Ming. Singkat cerita, Ming dan Siti Wati akhirnya menikah. Di Ancol, Ming terkenal sebagaijuru masak yang piawai meracik masakan dan memperkenalkan resep warisan leluhur yang diketahuinya kepada masyarakat Ancol. Setelah bertahun-tahun tinggal di Ancol, Ming dan Siti Wati sakit keras dan meninggal dunia. Masyarakat Ancol pun membangun sebuah kelenteng demi mengenang kebaikan mereka berdua. Kelenteng itu dinamai Kelenteng Ancol.
mengherankan, mengingat cuaca sedang cerah .
Namun, keheranan Sampo Toalang beserta anak buahnya terjawab, tatkala muncul seekor naga menghadang laju kapal. Rupanya, gelombang ombak yang terjadi disebabkan oleh naga laut itu.
Sampo Toalang tak tinggal diam. Dia maju menghunuskan pedangnya. Pertarungan dua makhluk beda habitat itu segera berlangsung seru, dan dimenangkan oleh Sampo Toalang
di akhir pertarungan. Anak buah Sampo
Toalang pun bersorak gembira karena tak ada lagi yang menghalangi mereka. Karena itu, laju kapal Sampo Toalang tak terbedung lagi untuk segera sampai ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Ketika mendekati Pelabuhan Sunda Kelapa, mendadak Sampo Tualang memerintahkan anak buahnya untuk berhenti di Ancol. "Saudara-saudara, kita berlabuh di Ancol. Sunda Kelapa sedang dilanda banjir. Selama didarat kalian semua kerjakan tugas masing-masing dengan baik."
Dalam cerita rakyat Indonesia disebutkan jikapara anak buah Sampo Toalang menyebar, mengerjakan tugas masing-masing. Di antara para anak buah Sampo Toalang itu, ada seorang juru masak bernama Ming . Tugasnya selama berlabuh di Ancol adalah membeli bahan makanan sebagai bekal
perjalanan di laut.
Namun, bukannya mengerjakan tugasnya dengan benar, Ming justru kepincut gadis lokal saat dia tengah sibuk berbelanja. "Siapakah gerangan gadis itu?" tanya Ming dalam hati. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Ming segera menghampiri gadis yang dilihatnya itu dan menyapanya tanpa
sungkan.
"Salam. Namaku, Ming. Boleh aku berkenalan dengan Anda, Nona?"
Gadis itu tersenyum. Dengan ramah, dia juga memperkenalkan dirinya. "Salam. Namaku, Siti. Lengkapnya Siti Wati."
Begitu berkenalan dengan Siti Wati, Ming
memutuskan untuk menetap di Ancol. Diamengundurkan diri sebagai juru masak di kapal Sampo Tualang. Sampo Tualang sih tak masalah dengan keputusan Ming.
Singkat cerita, Ming dan Siti Wati akhirnya menikah. Di Ancol, Ming terkenal sebagaijuru masak yang piawai meracik masakan dan memperkenalkan resep warisan leluhur yang diketahuinya kepada masyarakat Ancol.
Setelah bertahun-tahun tinggal di Ancol,
Ming dan Siti Wati sakit keras dan meninggal dunia. Masyarakat Ancol pun
membangun sebuah kelenteng demi
mengenang kebaikan mereka berdua.
Kelenteng itu dinamai Kelenteng Ancol.