Kisah Nabi Muhammad SAW dengan seorang laki-laki muda bernama Anas bin Malik
Anas bin Malik adalah seorang anak yatim piatu yang diangkat oleh Nabi Muhammad sebagai pelayan dan pembantu pribadinya.
Ketika Nabi Muhammad tiba di Madinah setelah hijrah dari Makkah, Anas masih sangat muda. Nabi mengambilnya di bawah sayapnya, memberikan tempat tinggal dan memberikan kasih sayang yang tulus kepadanya. Nabi Muhammad membimbing dan melindunginya seperti seorang ayah terhadap anaknya sendiri.
Suatu hari, Anas mengisahkan bahwa ketika mereka berjalan bersama, Nabi melihat sekelompok anak-anak sedang bermain. Nabi dengan ramah dan lembut mengundang Anas untuk bermain bersama mereka, menunjukkan sikap kasih sayangnya yang penuh perhatian kepada anak yatim tersebut. Nabi tidak memandang rendah Anas meskipun hanya sebagai seorang pelayan, tetapi ia menghargainya sebagai individu yang memiliki hak-haknya sendiri.
Hikmah
Dari kisah ini adalah pentingnya kasih sayang dan perhatian terhadap anak yatim atau orang yang membutuhkan. Nabi Muhammad SAW menunjukkan betapa pentingnya peduli dan memperhatikan kebutuhan mereka, memberikan cinta dan perhatian yang layak seperti yang diberikan kepada anak-anak lain. Kasih sayang dan perhatian ini tidak hanya berlaku bagi anak yatim, tetapi juga berlaku bagi semua orang yang kurang beruntung dan membutuhkan dukungan.
Kisah kasih sayang Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati dan mengangkat martabat orang lain, terlepas dari status sosial mereka. Anas bin Malik, meskipun seorang anak yatim dan pelayan, diperlakukan dengan kasih sayang dan hormat oleh Nabi. Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak memandang rendah atau meremehkan orang lain berdasarkan latar belakang atau posisi mereka.
Dari cerita ini, kita diajak untuk mengikuti teladan kasih sayang Nabi Muhammad SAW terhadap sesama dengan memberikan perhatian, cinta, dan penghargaan kepada orang-orang di sekitar kita, terutama mereka yang membutuhkan. Dengan berbuat baik dan mengasihi sesama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih penuh cinta, pengertian, dan kebaikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ketika di tengah perjalanan melihat Husain sedang bermain bersama kawan-kawannya, Rasulullah Saw pun segera mendahului para sahabat sambil membentangkan kedua tangannya.
Mengetahui keberadaan kakeknya, Husain malah berlarian ke sana ke mari hingga membuat Nabi Saw tertawa.
Meskipun demikian, Rasulullah Saw berhasil menangkap dan menggendong Husain. Beliau lalu meletakkan salah satu tangannya di bawah dagu Husain dan satu tangan lagi ditempatkan di atas kepala cucu kecilnya itu.
Nabi pun menciumnya seraya berkata, "Husain adalah bagian dariku dan aku bagian darinya. Allah akan mencintai orang yang mencintai Husain. Husain adalah umat dari beberapa umat." (HR. Ibnu Majah)
Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan bahwa Ummu Sulaim dan Abu Thalhah memiliki putra yang dikenal dengan nama Abu Umair.
Putra kecil yang baru disapih ini senang sekali bermain dengan burung pipit. Apabila Rasulullah Saw bertemu dengan Abu Umair, beliau akan bertanya, “Hai Abu Umair, bagaimana kabar si nughair (burung pipit)?
Nabi Muhammad Saw juga tak marah dan terganggu apabila dijahili cucu-cucunya. Pernah suatu hari, Hasan bin Ali datang saat Rasulullah sedang salat. Melihat posisi kakeknya yang sedang sujud, putra Fatimah ini segera naik ke punggung Nabi Saw.
Bukannya menurunkan cucunya ini, beliau justru memperpanjang sujudnya dan tak juga bangun hingga Hasan puas dan turun sendiri.
Pada kesempatan lain, Hasan kecil juga pernah menghampiri Nabi Saw saat beliau sedang ruku. Dengan polosnya putra Ali ini bermain-main di kaki Nabi.
Rasulullah Saw sama sekali tidak menghindari cucunya ini, beliau malah merenggangkan kedua kakinya hingga Hasan bisa lewat dan keluar dari sisi lainnya.
Kecintaan Rasulullah Saw kepada anak-anak ini sungguh menjadi teladan bagi para sahabat. Nabi Saw pernah mencium Hasan bin Ali saat al-Aqra bin Habis at-Tamimi sedang duduk di samping beliau. Melihat perlakuan sang baginda kepada cucunya ini, Al-Aqra terheran-heran seraya berkata:
“Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium mereka sekali pun.”
Rasulullah Saw memandangnya dan bersabda, "Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi." (HR. Bukhari)
Kecintaan Rasulullah Saw kepada anak-anak ini ditiru oleh sahabat kepercayaannya, Abu Bakar.
Penjelasan tambahan: saya ambil kisahnya dr Google, tp sy ambil hikmah nya sendiri.
Hikmah:
1. Siapa yg tidak mengasihi, maka dia tidak akan dikasihi juga.
2. Saling mengasihi dpt mencipkatakan persatuan.
3. Saling mengasihi terhadap sesama juga dpt mendatangkan banyak teman.
Semoga membantu ( ꈍᴗꈍ)
Semangat! (. ❛ ᴗ ❛.)
[tex]{ \boxed{ \boxed{ \colorbox{blue}{ \blue{answered \: by \: andynakiarra28}}}}}[/tex]
Kisah Nabi Muhammad SAW dengan seorang laki-laki muda bernama Anas bin Malik
Anas bin Malik adalah seorang anak yatim piatu yang diangkat oleh Nabi Muhammad sebagai pelayan dan pembantu pribadinya.
Ketika Nabi Muhammad tiba di Madinah setelah hijrah dari Makkah, Anas masih sangat muda. Nabi mengambilnya di bawah sayapnya, memberikan tempat tinggal dan memberikan kasih sayang yang tulus kepadanya. Nabi Muhammad membimbing dan melindunginya seperti seorang ayah terhadap anaknya sendiri.
Suatu hari, Anas mengisahkan bahwa ketika mereka berjalan bersama, Nabi melihat sekelompok anak-anak sedang bermain. Nabi dengan ramah dan lembut mengundang Anas untuk bermain bersama mereka, menunjukkan sikap kasih sayangnya yang penuh perhatian kepada anak yatim tersebut. Nabi tidak memandang rendah Anas meskipun hanya sebagai seorang pelayan, tetapi ia menghargainya sebagai individu yang memiliki hak-haknya sendiri.
Hikmah
Dari kisah ini adalah pentingnya kasih sayang dan perhatian terhadap anak yatim atau orang yang membutuhkan. Nabi Muhammad SAW menunjukkan betapa pentingnya peduli dan memperhatikan kebutuhan mereka, memberikan cinta dan perhatian yang layak seperti yang diberikan kepada anak-anak lain. Kasih sayang dan perhatian ini tidak hanya berlaku bagi anak yatim, tetapi juga berlaku bagi semua orang yang kurang beruntung dan membutuhkan dukungan.
Kisah kasih sayang Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati dan mengangkat martabat orang lain, terlepas dari status sosial mereka. Anas bin Malik, meskipun seorang anak yatim dan pelayan, diperlakukan dengan kasih sayang dan hormat oleh Nabi. Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak memandang rendah atau meremehkan orang lain berdasarkan latar belakang atau posisi mereka.
Dari cerita ini, kita diajak untuk mengikuti teladan kasih sayang Nabi Muhammad SAW terhadap sesama dengan memberikan perhatian, cinta, dan penghargaan kepada orang-orang di sekitar kita, terutama mereka yang membutuhkan. Dengan berbuat baik dan mengasihi sesama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih penuh cinta, pengertian, dan kebaikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jawaban:
Ketika di tengah perjalanan melihat Husain sedang bermain bersama kawan-kawannya, Rasulullah Saw pun segera mendahului para sahabat sambil membentangkan kedua tangannya.
Mengetahui keberadaan kakeknya, Husain malah berlarian ke sana ke mari hingga membuat Nabi Saw tertawa.
Meskipun demikian, Rasulullah Saw berhasil menangkap dan menggendong Husain. Beliau lalu meletakkan salah satu tangannya di bawah dagu Husain dan satu tangan lagi ditempatkan di atas kepala cucu kecilnya itu.
Nabi pun menciumnya seraya berkata, "Husain adalah bagian dariku dan aku bagian darinya. Allah akan mencintai orang yang mencintai Husain. Husain adalah umat dari beberapa umat." (HR. Ibnu Majah)
Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan bahwa Ummu Sulaim dan Abu Thalhah memiliki putra yang dikenal dengan nama Abu Umair.
Putra kecil yang baru disapih ini senang sekali bermain dengan burung pipit. Apabila Rasulullah Saw bertemu dengan Abu Umair, beliau akan bertanya, “Hai Abu Umair, bagaimana kabar si nughair (burung pipit)?
Nabi Muhammad Saw juga tak marah dan terganggu apabila dijahili cucu-cucunya. Pernah suatu hari, Hasan bin Ali datang saat Rasulullah sedang salat. Melihat posisi kakeknya yang sedang sujud, putra Fatimah ini segera naik ke punggung Nabi Saw.
Bukannya menurunkan cucunya ini, beliau justru memperpanjang sujudnya dan tak juga bangun hingga Hasan puas dan turun sendiri.
Pada kesempatan lain, Hasan kecil juga pernah menghampiri Nabi Saw saat beliau sedang ruku. Dengan polosnya putra Ali ini bermain-main di kaki Nabi.
Rasulullah Saw sama sekali tidak menghindari cucunya ini, beliau malah merenggangkan kedua kakinya hingga Hasan bisa lewat dan keluar dari sisi lainnya.
Kecintaan Rasulullah Saw kepada anak-anak ini sungguh menjadi teladan bagi para sahabat. Nabi Saw pernah mencium Hasan bin Ali saat al-Aqra bin Habis at-Tamimi sedang duduk di samping beliau. Melihat perlakuan sang baginda kepada cucunya ini, Al-Aqra terheran-heran seraya berkata:
“Sesungguhnya aku memiliki sepuluh orang anak, namun aku tidak pernah mencium mereka sekali pun.”
Rasulullah Saw memandangnya dan bersabda, "Barangsiapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi." (HR. Bukhari)
Kecintaan Rasulullah Saw kepada anak-anak ini ditiru oleh sahabat kepercayaannya, Abu Bakar.
Penjelasan tambahan: saya ambil kisahnya dr Google, tp sy ambil hikmah nya sendiri.
Hikmah:
1. Siapa yg tidak mengasihi, maka dia tidak akan dikasihi juga.
2. Saling mengasihi dpt mencipkatakan persatuan.
3. Saling mengasihi terhadap sesama juga dpt mendatangkan banyak teman.
Semoga membantu ( ꈍᴗꈍ)
Semangat! (. ❛ ᴗ ❛.)
[tex]{ \boxed{ \boxed{ \colorbox{blue}{ \blue{answered \: by \: andynakiarra28}}}}}[/tex]