. Berikut adalah sedikit penjelasan mengenai pencemaran udara dalam bahasa Sunda:
Pencemaran udara dalam bahasa Sunda dapat disebut "Polusi Udara" atau "Polusi Haneup". Ini terjadi ketika udara terkontaminasi oleh bahan kimia berbahaya dan partikel-partikel yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta lingkungan.
Contoh-contoh polutan udara dalam bahasa Sunda adalah "Asap" (kecap), "Gas Karbondioksida" (gas karbon dioksida), dan "Partikel-Partikel" (bubuk-bubuk).
Penjelasan:
Penyebab polusi udara dalam bahasa Sunda bisa berasal dari industri yang tidak ramah lingkungan, kendaraan bermotor yang mengeluarkan gas buang, pembakaran sampah yang tidak terkendali, atau pemanasan menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak.
Dampak dari polusi udara dalam bahasa Sunda juga mirip dengan dampak yang dihadapi secara global. Dalam bahasa Sunda, dampak-dampak tersebut mungkin disebut "Dampak Kesehatan" (Dampak kawas peryogi), "Kerusakan Lingkungan" (Kombrodman lingkungan), atau "Perubahan Iklim" (Pikeun Perubahan).
Upaya untuk mengurangi pencemaran udara juga penting dalam bahasa Sunda, dengan istilah seperti "Kaedah Pamaén Peryogi", "Hijijah Perlindungan" (perlindungan lingkungan), dan "Ruwat Kararaskeun" (pengurangan emisi).
. Berikut adalah sedikit penjelasan mengenai pencemaran udara dalam bahasa Sunda:
Pencemaran udara dalam bahasa Sunda dapat disebut "Polusi Udara" atau "Polusi Haneup". Ini terjadi ketika udara terkontaminasi oleh bahan kimia berbahaya dan partikel-partikel yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta lingkungan.
Contoh-contoh polutan udara dalam bahasa Sunda adalah "Asap" (kecap), "Gas Karbondioksida" (gas karbon dioksida), dan "Partikel-Partikel" (bubuk-bubuk).
Penjelasan:
Penyebab polusi udara dalam bahasa Sunda bisa berasal dari industri yang tidak ramah lingkungan, kendaraan bermotor yang mengeluarkan gas buang, pembakaran sampah yang tidak terkendali, atau pemanasan menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak.
Dampak dari polusi udara dalam bahasa Sunda juga mirip dengan dampak yang dihadapi secara global. Dalam bahasa Sunda, dampak-dampak tersebut mungkin disebut "Dampak Kesehatan" (Dampak kawas peryogi), "Kerusakan Lingkungan" (Kombrodman lingkungan), atau "Perubahan Iklim" (Pikeun Perubahan).
Upaya untuk mengurangi pencemaran udara juga penting dalam bahasa Sunda, dengan istilah seperti "Kaedah Pamaén Peryogi", "Hijijah Perlindungan" (perlindungan lingkungan), dan "Ruwat Kararaskeun" (pengurangan emisi).