Kutai Kartanegara - Kutai dan Dayak merupakan suku asli yang masyarakatnya menempati Pulau Kalimantan atau Bumi Borneo. Berdasarkan sejarah, kedua suku tersebut dulunya adalah serumpun, namun memisahkan diri sebagai kesukuan masing-masing.
Sejarawan Kalimantan Timur, Muhammad Sarip menjelaskan mulanya Kutai merupakan nama sebuah monarki yang didirikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Jaitan Layar pada penghujung abad ke-13 Masehi atau tahun 1300-an. Kemudian dari identitas politik kerajaan, secara gradual nama Kutai berkembang penggunaannya menjadi nama entitas bagi penduduk yang bermukim di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara.
Adapun Dayak, nama ini adalah identitas kolektif yang definisinya mengalami sejumlah dinamika sejak abad ke-19. Sejak zaman kolonial hingga kurang dari satu abad yang lalu, definisi Dayak adalah antitesis dari Melayu. Dayak diidentifikasi sebagai penduduk Kalimantan di pedalaman dan menganut religi tradisional non-Islam.
"Sedangkan Melayu, yang di dalamnya termasuk Kutai, diidentifikasikan sebagai penduduk Kalimantan di kawasan pesisir dan beragama Islam," terangnya.
Menurut Sarip, dalam satu abad terakhir pernah ada masa ketika orang pedalaman masuk Islam (mualaf) dan menanggalkan identitas kedayakannya dan mengaku sebagai Melayu. Begitu pula dari komunitas 'Dayak' tempat dia berasal, mengeluarkan dia dari kedayakan dan menyebut dia 'haloq'.
Pada masa kini, identitas Dayak tergantung perspektif intern dan ekstern, serta lebih elastis. Definisi dari tempat domisili apakah di pedalaman atau pesisir tidak lagi menjadi kriteria.
"Soal agama juga bukan kualifikasi. Sudah lazim ada orang Dayak muslim yang tinggal di pesisir," kata pria yang telah menulis tujuh buku terkait sejarah Kaltim itu.
Lebih lanjut ia menerangkan sebenarnya sebelum identitas Dayak menjadi nama etnis, tempo dulu penduduk pedalaman Kalimantan diidentifikasi sesuai nama kampung atau wilayah permukimannya.
"Ada ratusan nama identitas dari masing-masing mereka. Yang terkenal antara lain Ngaju, Maanyan, Bahau, Benuaq, Tunjung, Kenyah, Kayan, Punan, dan lain-lain," sebutnya.
Kemudian setelah itu ada proses politik dari pemerintah Hindia Belanda untuk menghentikan tradisi ngayau (perburuan kepala) dan mempersatukan semua perwakilan penduduk pedalaman dengan nama kolektif "Dayak".
Jawaban:
Kutai Kartanegara - Kutai dan Dayak merupakan suku asli yang masyarakatnya menempati Pulau Kalimantan atau Bumi Borneo. Berdasarkan sejarah, kedua suku tersebut dulunya adalah serumpun, namun memisahkan diri sebagai kesukuan masing-masing.
Sejarawan Kalimantan Timur, Muhammad Sarip menjelaskan mulanya Kutai merupakan nama sebuah monarki yang didirikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Jaitan Layar pada penghujung abad ke-13 Masehi atau tahun 1300-an. Kemudian dari identitas politik kerajaan, secara gradual nama Kutai berkembang penggunaannya menjadi nama entitas bagi penduduk yang bermukim di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara.
Adapun Dayak, nama ini adalah identitas kolektif yang definisinya mengalami sejumlah dinamika sejak abad ke-19. Sejak zaman kolonial hingga kurang dari satu abad yang lalu, definisi Dayak adalah antitesis dari Melayu. Dayak diidentifikasi sebagai penduduk Kalimantan di pedalaman dan menganut religi tradisional non-Islam.
"Sedangkan Melayu, yang di dalamnya termasuk Kutai, diidentifikasikan sebagai penduduk Kalimantan di kawasan pesisir dan beragama Islam," terangnya.
Menurut Sarip, dalam satu abad terakhir pernah ada masa ketika orang pedalaman masuk Islam (mualaf) dan menanggalkan identitas kedayakannya dan mengaku sebagai Melayu. Begitu pula dari komunitas 'Dayak' tempat dia berasal, mengeluarkan dia dari kedayakan dan menyebut dia 'haloq'.
Pada masa kini, identitas Dayak tergantung perspektif intern dan ekstern, serta lebih elastis. Definisi dari tempat domisili apakah di pedalaman atau pesisir tidak lagi menjadi kriteria.
"Soal agama juga bukan kualifikasi. Sudah lazim ada orang Dayak muslim yang tinggal di pesisir," kata pria yang telah menulis tujuh buku terkait sejarah Kaltim itu.
Lebih lanjut ia menerangkan sebenarnya sebelum identitas Dayak menjadi nama etnis, tempo dulu penduduk pedalaman Kalimantan diidentifikasi sesuai nama kampung atau wilayah permukimannya.
"Ada ratusan nama identitas dari masing-masing mereka. Yang terkenal antara lain Ngaju, Maanyan, Bahau, Benuaq, Tunjung, Kenyah, Kayan, Punan, dan lain-lain," sebutnya.
Kemudian setelah itu ada proses politik dari pemerintah Hindia Belanda untuk menghentikan tradisi ngayau (perburuan kepala) dan mempersatukan semua perwakilan penduduk pedalaman dengan nama kolektif "Dayak".
Penjelasan:
semoga membantu ya