Orientasi- Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak suku,bahasa,budaya,dan tradisi sebagian besar masyarakat indonesia mempunyai tradisi dan budaya yang berbda.
Komplikasi- Namun pada era globalisasi,budaya indonesia semakin memudar karena sebagian besar kalangan remaja sebagai penerus bangsa tidak mempunyai minat untuk melestarikan budaya mereka karena alasan tertentu.
Resolusi- Sebenarnya budaya indonesia wajib dilestarikan karena mempunyai nilai seni yang tinggi sehingga banyak menarik para wisatawan dari negara asing dan seharusnya kita bangga menjadi warga masyarakat indonesia untuk menjaga dan melestarikan budaya indonesia.
semoga membantu ^_^
0 votes Thanks 0
mirandalaurensi
Aku pun tak bertanya lagi, asyik juga ya melakukan perjalanan dengan motor. Tak lama kemudian kami pun sampai di pantai yang dulu kami kunjungi bersama. Setelah dia sandarkan motornya, kami duduk di bawah pohon beraskan tiikar kecil yang selalu dia bawa di motor. “Sudah lama aku ingin mengajakmu kesini. Tapi baru kali ini aku diberi kesempatan untuk berdua denganmu. Kamu tau apa yang aku rasakan selama ini? Sudah lama aku memendam perasaan ini untukmu, sejak kita masih sama-sama duduk di bangku SMA. Tapi baru aku ungkapan sekarang, entah kamu memiliki perasaan yang sama atau tidak. Aku hanya mengungkapkan apa yang aku rasakan selma ini. Manihing maukah kauu jadi kekasihku?” “Sebenarnya, sudah lama aku juga memendam perasaan yang sama. Namun, apa daya aku tak banyak berharap. Karena aku takut sakit hati, takut kalau kamu juga tak mau mencintaiku.” “Jadi kamu menerimaku jadi pacarmu?” Aku hanya mengangguk, Kaliman memelukku erat. Pasir putih, angin, dan lautlah yang menjadi saksi cinta kita saat itu. Kami pulang bersama, Kaliman mengantarkanku sampai rumah. Betapa indahnya hidup ini. Sungguh aku sangat bahagia. Segala sesuatu yang aku impikan kini telah menjadi kenyataan. Semua terasa indah, sungguh indah. Kebahagiaan itu tiba-tiba sirna ketika orang tuaku mengetahui bahwa aku berpacaran dengan Kaliman. Orang tuaku melarang kami berpacaran dengan alasan adat yang harus dijunjung tinggi. Aku kecewa, sangat kecewa ketika mendengar itu. Aku dan keluarga tinggal di Lampung Tengah, setiap tempat memiliki adat yang berbeda begitu juga dengan tempat tinggalku. Adat istiadat di Lampung Tengah adalah masyarakat adat pepadun. Upacara adat Lampung Tengah umumnya ditandai dengan adanya bentuk perkawinan “jujur” dengan menurut garis keturunan patrilineal yang ditandai dengan adanya pemberian uang kepada pihak mempelai wanita untuk menyiapkan “sesan” berupa alat-alat rumah tangga. Sesan tersebut akan diserahkan kepada pihak laki-laki pada saat upacara perkawinan berlangsung yang sekaligus sebagai penyerahan mempelai wanita kepada keluarga laki-laki. Dengan demikian secara hukum adat maka putus pula hubungan secara adat antara mempelai wanita dari keluarganya. “Kenapa Abak melarangku berhubungan dengan Kaliman?” “Karena kamu tak sederajat dengannya. Dia anak orang terpandang dan berpendidikan tinggi, sementara kamu hanya anak seorang petani dan hanya tamatan SMA.” “Tapi, Bak. Cinta tidak mengenal derajat dan tingkat pendidikan?” “Tapi abak tetap tidak merestui, mau ditaruh di mana muka Abak? Bagaimana pendapat orang, pasti semua orang akan meremehkan kita.” “Aku mohon Bak, aku sangat mencintai Kaliman.” “Dengan apa kita akan menyiapkan sesan? Menjual ladang? Lalu orang tuamu harus kerja di mana? Nganggur? Mengahrap belas kasihan dari besan?” Aku menyadari bahwa keluargaku memang hanya pas-pasan secara materi. Pendapatan sehari-hari memang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Aku juga masih ingat ketika aku masih sekolah. Abak sering meminjam uang kepada tetangga untuk membayar SPP. Kemudian beliau baru membayar ketika panen. Sering itu dilakukan tak hanya untuk membayar SPP untuk kebutuhan yang lain juga. Aku sedih, tapi aku juga tak mau mengorbankan perasaanku. Aku menemui Kaliman di sanggar karena itu hari sabtu, aku tau Kaliman pasti di rumah. Kudapati dia sedang membaca buku dan kumendekatinya. Kuceritakan semua yang kualami selama semiggu ini. Kaliman hanya terdiam mendengar ceritaku, aku menyerahkan semuanya ke Kaliman, apapun resikonya. Tappi kaliman juga ingin mempertahankan hubungan kita. “Setelah aku lulus sarjana, aku akan bekerja. Dan hasil pendapatanku kita tabung, setelah terkumpul kita gunakan untuk menyiapkan sesan. Bagaimana pendapatmu?” “Mungkin itu semua memang mudah kita rencanakan, tapi kita nggak tahu, bagaimana nantinya? Apakah orang tuamu setuju?” “Aku nggak tau, kamu juga tau orang tuaku juga orang yang keras terhadap pendirian.” “Benarkan? Mungkin semua yang kita rencanakan kini hanya kenangan saja.” “Aku pulang saja Kaliman.” “Kenapa?” “Aku ingin menenangkan pikiran.” Terlalu sakit menerima kenyataan ini. Sepertimya aku tak sanggup lagi setiap hari mendengar ceramahan abak dan amak. Aku ingin pergi. Sempat terpikir di benakku, seandainya aku pergi merantau ke luar kota dan aku melupakan Kaliman saja. Daripada aku menahan rindu terus menerus seperti ini namun aku selalu dilarang oleh orang tua. Namun, pikiran itu tiba-tiba kuurungkan ketika aku mengingat jasa kedua orang tuaku yang telah membesarkanku hingga aku menjadi seperti ini. Setahun kemudian, aku menjadi orang yang lebih berguna. Tak lagi memikirkan
masalah pribadiku saja. Aku sudah bisa menari dengan baik dan dipercaya untuk melatih tari di daerahku. Beberapa lomba sudah kuikuti, dan tak sedikit juga yang aku menangkan. Melalui budaya daerah inilah kebudayaan Indonesia menjadi semakin kaya. Aku tersenyum bangga.
1. Tema cerita 2. Alur Cerita 3. Penokohan 4. Latar 5. Sudut Pandang 6. Gaya Bahasa dan Nada
Orientasi- Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak suku,bahasa,budaya,dan tradisi sebagian besar masyarakat indonesia mempunyai tradisi dan budaya yang berbda.
Komplikasi- Namun pada era globalisasi,budaya indonesia semakin memudar karena sebagian besar kalangan remaja sebagai penerus bangsa tidak mempunyai minat untuk melestarikan budaya mereka karena alasan tertentu.
Resolusi- Sebenarnya budaya indonesia wajib dilestarikan karena mempunyai nilai seni yang tinggi sehingga banyak menarik para wisatawan dari negara asing dan seharusnya kita bangga menjadi warga masyarakat indonesia untuk menjaga dan melestarikan budaya indonesia.
semoga membantu ^_^
“Sudah lama aku ingin mengajakmu kesini. Tapi baru kali ini aku diberi kesempatan untuk berdua denganmu. Kamu tau apa yang aku rasakan selama ini? Sudah lama aku memendam perasaan ini untukmu, sejak kita masih sama-sama duduk di bangku SMA. Tapi baru aku ungkapan sekarang, entah kamu memiliki perasaan yang sama atau tidak. Aku hanya mengungkapkan apa yang aku rasakan selma ini. Manihing maukah kauu jadi kekasihku?”
“Sebenarnya, sudah lama aku juga memendam perasaan yang sama. Namun, apa daya aku tak banyak berharap. Karena aku takut sakit hati, takut kalau kamu juga tak mau mencintaiku.”
“Jadi kamu menerimaku jadi pacarmu?”
Aku hanya mengangguk, Kaliman memelukku erat. Pasir putih, angin, dan lautlah yang menjadi saksi cinta kita saat itu. Kami pulang bersama, Kaliman mengantarkanku sampai rumah. Betapa indahnya hidup ini. Sungguh aku sangat bahagia. Segala sesuatu yang aku impikan kini telah menjadi kenyataan. Semua terasa indah, sungguh indah.
Kebahagiaan itu tiba-tiba sirna ketika orang tuaku mengetahui bahwa aku berpacaran dengan Kaliman. Orang tuaku melarang kami berpacaran dengan alasan adat yang harus dijunjung tinggi. Aku kecewa, sangat kecewa ketika mendengar itu. Aku dan keluarga tinggal di Lampung Tengah, setiap tempat memiliki adat yang berbeda begitu juga dengan tempat tinggalku. Adat istiadat di Lampung Tengah adalah masyarakat adat pepadun. Upacara adat Lampung Tengah umumnya ditandai dengan adanya bentuk perkawinan “jujur” dengan menurut garis keturunan patrilineal yang ditandai dengan adanya pemberian uang kepada pihak mempelai wanita untuk menyiapkan “sesan” berupa alat-alat rumah tangga. Sesan tersebut akan diserahkan kepada pihak laki-laki pada saat upacara perkawinan berlangsung yang sekaligus sebagai penyerahan mempelai wanita kepada keluarga laki-laki. Dengan demikian secara hukum adat maka putus pula hubungan secara adat antara mempelai wanita dari keluarganya.
“Kenapa Abak melarangku berhubungan dengan Kaliman?”
“Karena kamu tak sederajat dengannya. Dia anak orang terpandang dan berpendidikan tinggi, sementara kamu hanya anak seorang petani dan hanya tamatan SMA.”
“Tapi, Bak. Cinta tidak mengenal derajat dan tingkat pendidikan?”
“Tapi abak tetap tidak merestui, mau ditaruh di mana muka Abak? Bagaimana pendapat orang, pasti semua orang akan meremehkan kita.”
“Aku mohon Bak, aku sangat mencintai Kaliman.”
“Dengan apa kita akan menyiapkan sesan? Menjual ladang? Lalu orang tuamu harus kerja di mana? Nganggur? Mengahrap belas kasihan dari besan?”
Aku menyadari bahwa keluargaku memang hanya pas-pasan secara materi. Pendapatan sehari-hari memang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Aku juga masih ingat ketika aku masih sekolah. Abak sering meminjam uang kepada tetangga untuk membayar SPP. Kemudian beliau baru membayar ketika panen. Sering itu dilakukan tak hanya untuk membayar SPP untuk kebutuhan yang lain juga. Aku sedih, tapi aku juga tak mau mengorbankan perasaanku.
Aku menemui Kaliman di sanggar karena itu hari sabtu, aku tau Kaliman pasti di rumah. Kudapati dia sedang membaca buku dan kumendekatinya. Kuceritakan semua yang kualami selama semiggu ini. Kaliman hanya terdiam mendengar ceritaku, aku menyerahkan semuanya ke Kaliman, apapun resikonya. Tappi kaliman juga ingin mempertahankan hubungan kita.
“Setelah aku lulus sarjana, aku akan bekerja. Dan hasil pendapatanku kita tabung, setelah terkumpul kita gunakan untuk menyiapkan sesan. Bagaimana pendapatmu?”
“Mungkin itu semua memang mudah kita rencanakan, tapi kita nggak tahu, bagaimana nantinya? Apakah orang tuamu setuju?”
“Aku nggak tau, kamu juga tau orang tuaku juga orang yang keras terhadap pendirian.”
“Benarkan? Mungkin semua yang kita rencanakan kini hanya kenangan saja.”
“Aku pulang saja Kaliman.”
“Kenapa?”
“Aku ingin menenangkan pikiran.”
Terlalu sakit menerima kenyataan ini. Sepertimya aku tak sanggup lagi setiap hari mendengar ceramahan abak dan amak. Aku ingin pergi. Sempat terpikir di benakku, seandainya aku pergi merantau ke luar kota dan aku melupakan Kaliman saja. Daripada aku menahan rindu terus menerus seperti ini namun aku selalu dilarang oleh orang tua. Namun, pikiran itu tiba-tiba kuurungkan ketika aku mengingat jasa kedua orang tuaku yang telah membesarkanku hingga aku menjadi seperti ini.
Setahun kemudian, aku menjadi orang yang lebih berguna. Tak lagi memikirkan
masalah pribadiku saja. Aku sudah bisa menari dengan baik dan dipercaya untuk melatih tari di daerahku. Beberapa lomba sudah kuikuti, dan tak sedikit juga yang aku menangkan. Melalui budaya daerah inilah kebudayaan Indonesia menjadi semakin kaya. Aku tersenyum bangga.
1. Tema cerita
2. Alur Cerita
3. Penokohan
4. Latar
5. Sudut Pandang
6. Gaya Bahasa dan Nada
semoga membantu :)