Legenda Hagoromo mengisahkan seorang nelayan yang menemukan sebuah hagoromo (jubah bulu) yang amat indah saat sedang mencari ikan. Saat mengambilnya, tiba-tiba muncul seorang bidadari dan memintanya untuk dikembalikan, jika tidak maka bidadari itu tak dapat kembali ke surga. Nelayan itu memintanya untuk menari tarian surga; bidadari itu memakai jubah bulu burungnya dan menari begitu indahnya sehingga nelayan itu tetap terpaku terpana saat bidadari itu terbang perlahan-lahan kembali ke rumahnya di surga.
Seperti banyak kisah rakyat di Jepang, ada beberapa tempat di Jepang yang dianggap sebagai tempat terjadinya kisah Legenda Hagoromo. Namun, yang dapat dianggap paling terkenal dari tempat-tempat tersebut adalah Hutan Pinus Miho di Perfektur Shizuoka, di mana sebentang pohon pinus hitam menciptakan kontras yang tajam dengan laut, sehingga membentuk bingkai pemandangan yang luar biasa bagi Gunung Fuji. Tidak sulit untuk membayangkan seorang bidadari naik melayang ke langit dari pemandangan semacam itu, yang telah memberi ilham banyak penyair dan seniman selama berabad-abad. Di lokasi ini terdapat sebuah pohon pinus tua yang dikatakan merupakan pohon yang digunakan oleh bidadari itu untuk menggantung jubahnya dan juga tempat sebuah kuil yang dikatakan menyimpan sisa-sisa dari jubah itu. Tiap Oktober, dilakukan sendratari noh berdasarkan kisah tersebut, dimainkan di malam hari dengan cahaya api.
Aku belajar menanam ketika aku masih berumur empat tahun. Aku belajar dari ibuku. Ilmu terakhir yang aku dapat dari beliau adalah menanam dengan cinta. Hingga sekarang, di saat aku berumur 22 tahun, aku bekerja sebagai perawat. Namun, aku masih menjalankan perkebunan bungaku. Beberapa jenis bunga umum ada dalam kebunku.
Suatu hari, seorang klien memesan 118 bunga mawar merah muda. Dia memesan untuk seseorang yang sangat penting baginya. Tetapi, aku masih belum menemui klien tersebut karena sibuk di rumah sakit. Aku menyuruh beberapa staffku untuk menemuinya.
Hari ini aku dan klien tersebut berjanji di kebun untuk mendiskusikan harga bunga mawar itu. Aku dan dia sepakat untuk bertemu pada pukul 17.30.
17.32. aku telat beberapa menit dari yang aku janjikan. Aku berjalan keluar dan menuju ke kebun bunga. Di depan sudah terlihat mobil silver keluaran terbaru. Perlahan aku melihat sosoknya menghampiriku.
“Kita bertemu lagi ya, Hikari,” katanya. “Kamu… tahu namaku?!” ucapku. “Apa kamu lupa? Kita dulu dekat sekali sewaktu SMP” ujarnya. Aku mengamati wajahnya dengan detail. “Aku Kou.”
Dia teman sekelasku. Dulu aku mencintainya. Namun, dia pindah secara tiba-tiba saat semester dua. Saat itu aku belum menyatakan perasaanku padanya.
“Kemana saja kamu?!” tanyaku. “Orangtuaku bercerai sewaktu kita masih SMP. Aku tinggal bersama ibuku. Kami pindah ke Osaka,” jelas Kou.
“Permisi, bunga mawarnya sudah siap untuk dikirim,” salah seorang staffku menunjuk ke mobil bak yang penuh dengan mawar merah muda. Kemudian staff itu pergi.
“Jadi, aku terlambat, ya?” gumamku. “Terlambat… untuk apa?” tanya Kou. “Dulu aku mempunyai perasaan istimewa padamu. Bahkan, hingga sekarang. Namun, apa daya, bunga mawar itu hanya kamu berikan untuk orang lain,” kataku. “118 angka kesukaanmu, bukan?!” “Iya. Lalu apa hubungannya?” tanyaku. “Dulu aku juga menyukaimu. Bahkan, juga hingga sekarang. Mawar itu, semuanya untukmu. Tolong mulai lagi dari awal, ya,” pintanya.
Mentari senja, bunga-bunga di kebun ini, dan juga angin malam menjadi penyambutan atas kedatangannya kembali dalam hidupku. Menjadi orang yang sama istimewanya seperti dulu lagi.
Aku akan menanam benih cinta bersamanya. Merawat dan menumbuhkannya dengan cinta juga. Bahkan, jika benih itu mati, aku akan menanamkan benih cinta yang lain. Merawat dan menumbuhkannya lagi hingga menjadi cinta yang sempurna"maaf kalau salah"
Legenda Hagoromo mengisahkan seorang nelayan yang menemukan sebuah hagoromo (jubah bulu) yang amat indah saat sedang mencari ikan. Saat mengambilnya, tiba-tiba muncul seorang bidadari dan memintanya untuk dikembalikan, jika tidak maka bidadari itu tak dapat kembali ke surga. Nelayan itu memintanya untuk menari tarian surga; bidadari itu memakai jubah bulu burungnya dan menari begitu indahnya sehingga nelayan itu tetap terpaku terpana saat bidadari itu terbang perlahan-lahan kembali ke rumahnya di surga.
Seperti banyak kisah rakyat di Jepang, ada beberapa tempat di Jepang yang dianggap sebagai tempat terjadinya kisah Legenda Hagoromo. Namun, yang dapat dianggap paling terkenal dari tempat-tempat tersebut adalah Hutan Pinus Miho di Perfektur Shizuoka, di mana sebentang pohon pinus hitam menciptakan kontras yang tajam dengan laut, sehingga membentuk bingkai pemandangan yang luar biasa bagi Gunung Fuji. Tidak sulit untuk membayangkan seorang bidadari naik melayang ke langit dari pemandangan semacam itu, yang telah memberi ilham banyak penyair dan seniman selama berabad-abad. Di lokasi ini terdapat sebuah pohon pinus tua yang dikatakan merupakan pohon yang digunakan oleh bidadari itu untuk menggantung jubahnya dan juga tempat sebuah kuil yang dikatakan menyimpan sisa-sisa dari jubah itu. Tiap Oktober, dilakukan sendratari noh berdasarkan kisah tersebut, dimainkan di malam hari dengan cahaya api.
Aku belajar menanam ketika aku masih berumur empat tahun. Aku belajar dari ibuku. Ilmu terakhir yang aku dapat dari beliau adalah menanam dengan cinta. Hingga sekarang, di saat aku berumur 22 tahun, aku bekerja sebagai perawat. Namun, aku masih menjalankan perkebunan bungaku. Beberapa jenis bunga umum ada dalam kebunku.
Suatu hari, seorang klien memesan 118 bunga mawar merah muda. Dia memesan untuk seseorang yang sangat penting baginya. Tetapi, aku masih belum menemui klien tersebut karena sibuk di rumah sakit. Aku menyuruh beberapa staffku untuk menemuinya.
Hari ini aku dan klien tersebut berjanji di kebun untuk mendiskusikan harga bunga mawar itu. Aku dan dia sepakat untuk bertemu pada pukul 17.30.
17.32. aku telat beberapa menit dari yang aku janjikan. Aku berjalan keluar dan menuju ke kebun bunga. Di depan sudah terlihat mobil silver keluaran terbaru. Perlahan aku melihat sosoknya menghampiriku.
“Kita bertemu lagi ya, Hikari,” katanya.
“Kamu… tahu namaku?!” ucapku.
“Apa kamu lupa? Kita dulu dekat sekali sewaktu SMP” ujarnya. Aku mengamati wajahnya dengan detail.
“Aku Kou.”
Dia teman sekelasku. Dulu aku mencintainya. Namun, dia pindah secara tiba-tiba saat semester dua. Saat itu aku belum menyatakan perasaanku padanya.
“Kemana saja kamu?!” tanyaku.
“Orangtuaku bercerai sewaktu kita masih SMP. Aku tinggal bersama ibuku. Kami pindah ke Osaka,” jelas Kou.
“Permisi, bunga mawarnya sudah siap untuk dikirim,” salah seorang staffku menunjuk ke mobil bak yang penuh dengan mawar merah muda. Kemudian staff itu pergi.
“Jadi, aku terlambat, ya?” gumamku.
“Terlambat… untuk apa?” tanya Kou.
“Dulu aku mempunyai perasaan istimewa padamu. Bahkan, hingga sekarang. Namun, apa daya, bunga mawar itu hanya kamu berikan untuk orang lain,” kataku.
“118 angka kesukaanmu, bukan?!”
“Iya. Lalu apa hubungannya?” tanyaku.
“Dulu aku juga menyukaimu. Bahkan, juga hingga sekarang. Mawar itu, semuanya untukmu. Tolong mulai lagi dari awal, ya,” pintanya.
Mentari senja, bunga-bunga di kebun ini, dan juga angin malam menjadi penyambutan atas kedatangannya kembali dalam hidupku. Menjadi orang yang sama istimewanya seperti dulu lagi.
Aku akan menanam benih cinta bersamanya. Merawat dan menumbuhkannya dengan cinta juga. Bahkan, jika benih itu mati, aku akan menanamkan benih cinta yang lain. Merawat dan menumbuhkannya lagi hingga menjadi cinta yang sempurna"maaf kalau salah"