Jawaban:
Puisi Pendek tentang Kehidupan: Bermegah-Megah
Wajah-wajah tengadah
Seperti sampah di hadapan raja
Hati gudah mengharap berkah
Dari Rosul utama dan mulia
Kehidupan terus menjajah
Mengelincirkan langkah bermegah-megah
Berbalut resah terus mengejar sampah
Pada akhirnya terengah-engah salah-salah
Tahu tetapi tidak mau
Mau tetapi tidak tahu
Berpegah rajah-rajah
Membuai angan siluman
Pada akhirnya semua tahu
Ketika badan membujur kaku
Sedari awal sudah tahu
Berlaga belagu dan dunguPuisi Pendek: Kita Satu
Kita hanyalah benih yang saling tindih
Lalu tumbuh melalui beberapa musim yang utuh
Berselang pun menjulang
Lantas saling tumbang
Dan hanya satu yang berdiri
Seraya meratap tanpa henti
Puisi Cinta Islami Pendek: Bayang di Balik Tirai
Khusyuk melebur dzikir
Menunduk penuh harap
Memecah batu di dada
Menguping kisah bayang
Di balik tirai
Para pecinta mabuk kepayang
Pada bait bait penghambaan
Hingga sirnah rasa ingin segala yang nampak di mata
Mempertemukan wajah hamba
Dengan Sang Kekasih
Cahaya di atas Cahaya
Puisi Pende: Dalam Kardus Inovasi
Abu rokok ditumpuk-tumpuk
Rencananya dijadikan pupuk
Usul punya usul lebih baik
Dibikin kerupuk
Rasanya pasti kriyuk kriyuk
Kalo tak paham jangan mangguk mangguk
Puisi Pendek tentang Alam: Longsor
Dinding bukit terkelupas
Menggelinding bebatuan
Tanah berlumpur
Menutup jalan
Roda roda tertahan
Wajah wajah murung
Lelah menunggu
Sebagian mengumpat
Para penebang pohon
Ini salah mereka memperkosa
Keperawanan hutan lindung
Setelah puas
Tak meninggalkan benih
Maghrib di Ujung Kota
Dua lelaki mengejar detik
Menguning di ufuk timur
Aroma basah sepanjang jalan
Selepas hujan mengeram debu
Menggenang dalam kubangan
Sesekali melambatkan langkah
Langit menghitam kian khawatir
Akankah sampai di awal rakaat ?
Puisi Singkat dan Sajak Hujan
Perlahan menipis gumpalan
Awan langit memutih
Tergenang di kolam penampungan
Sorot mata bocah pengungsi
Berbinar binar
Sepanjang jalan bersorak sorak
Basah badan menarik gerobak
Jirigen jirigen air tertata rapi
Tanah kita tak kering lagi
Hujan telah kembali
Penjelasan:
semoga membantu
Guruku
Ketika aku kecil dan menjadi muridnya
Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar
Ketika aku besar dan menjadi pintar
Kulihat dia begitu kecil dan lugu
Aku menghargainya dulu
Karena tak tahu harga guru
Ataukah kini aku tak tahu
Menghargai guru?
" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "
© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.
Verified answer
Jawaban:
Puisi Pendek tentang Kehidupan: Bermegah-Megah
Wajah-wajah tengadah
Seperti sampah di hadapan raja
Hati gudah mengharap berkah
Dari Rosul utama dan mulia
Kehidupan terus menjajah
Mengelincirkan langkah bermegah-megah
Berbalut resah terus mengejar sampah
Pada akhirnya terengah-engah salah-salah
Tahu tetapi tidak mau
Mau tetapi tidak tahu
Berpegah rajah-rajah
Membuai angan siluman
Pada akhirnya semua tahu
Ketika badan membujur kaku
Sedari awal sudah tahu
Berlaga belagu dan dunguPuisi Pendek: Kita Satu
Kita hanyalah benih yang saling tindih
Lalu tumbuh melalui beberapa musim yang utuh
Berselang pun menjulang
Lantas saling tumbang
Dan hanya satu yang berdiri
Seraya meratap tanpa henti
Puisi Cinta Islami Pendek: Bayang di Balik Tirai
Khusyuk melebur dzikir
Menunduk penuh harap
Memecah batu di dada
Menguping kisah bayang
Di balik tirai
Para pecinta mabuk kepayang
Pada bait bait penghambaan
Hingga sirnah rasa ingin segala yang nampak di mata
Mempertemukan wajah hamba
Dengan Sang Kekasih
Cahaya di atas Cahaya
Puisi Pende: Dalam Kardus Inovasi
Abu rokok ditumpuk-tumpuk
Rencananya dijadikan pupuk
Usul punya usul lebih baik
Dibikin kerupuk
Rasanya pasti kriyuk kriyuk
Kalo tak paham jangan mangguk mangguk
Puisi Pendek tentang Alam: Longsor
Dinding bukit terkelupas
Menggelinding bebatuan
Tanah berlumpur
Menutup jalan
Roda roda tertahan
Wajah wajah murung
Lelah menunggu
Sebagian mengumpat
Para penebang pohon
Ini salah mereka memperkosa
Keperawanan hutan lindung
Setelah puas
Tak meninggalkan benih
Maghrib di Ujung Kota
Dua lelaki mengejar detik
Menguning di ufuk timur
Aroma basah sepanjang jalan
Selepas hujan mengeram debu
Menggenang dalam kubangan
Sesekali melambatkan langkah
Langit menghitam kian khawatir
Akankah sampai di awal rakaat ?
Puisi Singkat dan Sajak Hujan
Perlahan menipis gumpalan
Awan langit memutih
Tergenang di kolam penampungan
Sorot mata bocah pengungsi
Berbinar binar
Sepanjang jalan bersorak sorak
Basah badan menarik gerobak
Jirigen jirigen air tertata rapi
Tanah kita tak kering lagi
Hujan telah kembali
Penjelasan:
semoga membantu
Guruku
Ketika aku kecil dan menjadi muridnya
Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar
Ketika aku besar dan menjadi pintar
Kulihat dia begitu kecil dan lugu
Aku menghargainya dulu
Karena tak tahu harga guru
Ataukah kini aku tak tahu
Menghargai guru?