Tujuan utama disyariatkan ibadah pada bulan Ramadhan adalah untuk meningkatkan ketakwaan orang-orang yang beriman, sesuai dengan Alquran surah al-Baqarah ayat 183. Artinya, ''Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Takwa adalah predikat yang paling mulia di sisi Allah, bekal hidup yang paling baik yang diperlukan oleh setiap manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat. "Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa", demikian kutipan arti surah al-Baqarah ayat 197.
Ketika seorang sahabat Rasulullah meminta pesan singkat yang akan dijadikan sebagai pegangan hidupnya sehari-hari, Rasulullah mewariskannya dengan pesan, "Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada."
Dengan bekal takwa, segala urusan dan problem yang kita hadapi akan teratasi (65: 2). Krisis multidimensi yang seluruh pakar bingung mengatasinya dapat diselesaikan dengan takwa.
Dengan bekal takwa, Allah akan memudahkan rezeki kita (65: 4). Dengan bekal takwa pula, amal ibadah kita akan diterima Allah SWT (5: 27) dan insya Allah kelak kita akan dimasukkan ke dalam surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan (52: 17).
Dari tinjauan etimologi, takwa bisa berarti takut, bisa pula berarti menangkal, melindungi, dan mencegah.
Dalam dialog Umar bin Khattab dengan Ubai bin Ka'ab tentang takwa dapat kita pahami bahwa takwa adalah sikap waspada, hati-hati yang penuh dengan kesungguhan dalam meniti kehidupan, tak ubahnya seperti orang yang ingin selamat ke tempat tujuan dalam melintasi jalan yang penuh onak dan duri, jalan yang penuh rintangan.
Takwa, menurut sebagian ulama, adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagian ulama yang lain mengatakan, takwa adalah sikap yang tidak pernah absen dalam setiap perintah Allah dan tidak pernah hadir dalam setiap larangan-Nya. Sebagian lagi mengatakan, takwa adalah melindungi diri dari siksa neraka dengan cara melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ali bin Abi Thalib menjelaskan, "Takwa adalah takut kepada Allah, mengamalkan Alquran, mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat dan tawakal penuh kepada Allah."
Takwa pada hakikatnya adalah keyakinan yang mantap kepada Allah SWT, rasa takut yang mendalam, dan perasaan muraqabah yang terus-menerus. Orang yang takwa menyadari dan meyakini bahwa dirinya senantiasa dilihat, didengar, dan diketahui oleh Allah yang maha-melihat, maha-mendengar dan maha-mengetahui.
Perasaan tersebut dapat membangkitkan kesadaran yang tinggi untuk selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Untuk merealisasikan peningkatan ketakwaan diri kita di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, kita perlu melakukan langkah-langkah yang realistis, yang dari waktu ke waktu semakin menampakkan indikasi peningkatan ketakwaan.
Amalan-amalan itu antara lain: melakukan puasa dengan sebaik-baiknya, membiasakan diri melaksanakan ibadah-ibadah yang diperintah Allah baik yang wajib ataupun yang sunnah, dan meningkatkan interaksi dengan Alquran, dengan banyak membacanya dan berupaya memahaminya agar dapat dijadikan sebagai petunjuk hidup.
Selain itu, kita menjauhi larangan-larangan Allah, serta berdoa meminta segala kebaikan kepada Allah, terutama anugerah ketakwaan. Selain diupayakan melalui kerja keras dan usaha peningkatan komitmen ketaatan kepada Allah, takwa adalah karunia dan anugerah Allah kepada hamba-Nya.
Karenanya, selain usaha yang maksimal, kita perlu meminta kepada Allah, terlebih lagi pada bulan Ramadhan, bulan dikabulkannya doa hamba-Nya.
Jawaban:
Tujuan utama disyariatkan ibadah pada bulan Ramadhan adalah untuk meningkatkan ketakwaan orang-orang yang beriman, sesuai dengan Alquran surah al-Baqarah ayat 183. Artinya, ''Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Takwa adalah predikat yang paling mulia di sisi Allah, bekal hidup yang paling baik yang diperlukan oleh setiap manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat. "Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa", demikian kutipan arti surah al-Baqarah ayat 197.
Ketika seorang sahabat Rasulullah meminta pesan singkat yang akan dijadikan sebagai pegangan hidupnya sehari-hari, Rasulullah mewariskannya dengan pesan, "Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada."
Dengan bekal takwa, segala urusan dan problem yang kita hadapi akan teratasi (65: 2). Krisis multidimensi yang seluruh pakar bingung mengatasinya dapat diselesaikan dengan takwa.
Dengan bekal takwa, Allah akan memudahkan rezeki kita (65: 4). Dengan bekal takwa pula, amal ibadah kita akan diterima Allah SWT (5: 27) dan insya Allah kelak kita akan dimasukkan ke dalam surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan (52: 17).
Dari tinjauan etimologi, takwa bisa berarti takut, bisa pula berarti menangkal, melindungi, dan mencegah.
Dalam dialog Umar bin Khattab dengan Ubai bin Ka'ab tentang takwa dapat kita pahami bahwa takwa adalah sikap waspada, hati-hati yang penuh dengan kesungguhan dalam meniti kehidupan, tak ubahnya seperti orang yang ingin selamat ke tempat tujuan dalam melintasi jalan yang penuh onak dan duri, jalan yang penuh rintangan.
Takwa, menurut sebagian ulama, adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagian ulama yang lain mengatakan, takwa adalah sikap yang tidak pernah absen dalam setiap perintah Allah dan tidak pernah hadir dalam setiap larangan-Nya. Sebagian lagi mengatakan, takwa adalah melindungi diri dari siksa neraka dengan cara melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ali bin Abi Thalib menjelaskan, "Takwa adalah takut kepada Allah, mengamalkan Alquran, mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat dan tawakal penuh kepada Allah."
Takwa pada hakikatnya adalah keyakinan yang mantap kepada Allah SWT, rasa takut yang mendalam, dan perasaan muraqabah yang terus-menerus. Orang yang takwa menyadari dan meyakini bahwa dirinya senantiasa dilihat, didengar, dan diketahui oleh Allah yang maha-melihat, maha-mendengar dan maha-mengetahui.
Perasaan tersebut dapat membangkitkan kesadaran yang tinggi untuk selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Untuk merealisasikan peningkatan ketakwaan diri kita di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, kita perlu melakukan langkah-langkah yang realistis, yang dari waktu ke waktu semakin menampakkan indikasi peningkatan ketakwaan.
Amalan-amalan itu antara lain: melakukan puasa dengan sebaik-baiknya, membiasakan diri melaksanakan ibadah-ibadah yang diperintah Allah baik yang wajib ataupun yang sunnah, dan meningkatkan interaksi dengan Alquran, dengan banyak membacanya dan berupaya memahaminya agar dapat dijadikan sebagai petunjuk hidup.
Selain itu, kita menjauhi larangan-larangan Allah, serta berdoa meminta segala kebaikan kepada Allah, terutama anugerah ketakwaan. Selain diupayakan melalui kerja keras dan usaha peningkatan komitmen ketaatan kepada Allah, takwa adalah karunia dan anugerah Allah kepada hamba-Nya.
Karenanya, selain usaha yang maksimal, kita perlu meminta kepada Allah, terlebih lagi pada bulan Ramadhan, bulan dikabulkannya doa hamba-Nya.
Penjelasan:
semoga jawabannya membantu ya