Orang gila mana yang akan menolak kesempatan pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara atau STAN? Setiap tahunnya, ribuan lulusan SMA/sederajat berduyun-duyun mengikuti seleksi yang super ketat agar bisa diterima disekolah kedinasan yang menjanjikan ini. Bahagianya tak terkira ketika dinyatakan lulus ujian masuk dan menjadi salah satu keluarga STAN. Namun, dibalik kebahagiaan ini mengintai pula baying-bayang tegasnya pembelajaran disini serta ketatnya peraturan. Ancaman DO, alias Drop Out inilah yang mengerikan bagi mahasiswa dan mahasiswinya. STAN, sekolah tinggi kedinasan beasiswa dengan sistem DO-nya memang menjadi momok menakutkan bagi para anak didiknya.
Dalam novel ini, penulis bercerita tentang seorang mahasiswa yang bernama Raditya Deydan. Ia berasal dari keluarga sederhana di Desa Soka, Gunung Kidul Yogyakarta. Ia cukup cerdas sehingga ia berhasil menembus USM STAN dan berhasil mengalahkan ribuan peserta lainnya. Menurut Dey-sapaaan akrabnya- kuliah bukan saja tentang bagaimana seseorang mendapatkan Indeks Prestasi tinggi di setiap semesternya. Namun, dalam masa itu juga seorang manusia harusnya belajar lebih banyak untuk mempersiapkan masa depannya. Tentulah selain kuliah juga seorang mahasiswa/I harus punya pengalaman memimpin dan berorganisasi untuk menghadapi era globalisasi ini. Dan itulah yang Dey jalankan ditenghah kesibukan kuliahnya. Ia bersama teman-temannya akan mengadakan pergelaran akbar. Bisnis kecil-kecilannya juga cukup menyita perhatiannya akhir-akhir ini.
Bagi Dey, pergelaran akbar ini harus terlaksana dengan sebaik dan seistimewa mungkin. Pikirannya terpecah-pecah antara akademis dan non akademis. Dulu, saat ia baru saja diterima menjadi mahasiswa STAN, ia berambisi membuat daerahnya maju dengan adanya lulusan STAN seperti dia nantinya. Impian itu masih ia pegang sampai sekarang. Namun masalah kenyataan nantinya, Dey tak akan pernah tahu. Sekarang, Dey fokus pada persiapan pergelaran akbar nanti. Hari pelaksanaan sudah dekat, namun persiapan belum maksimal. Semua itu membuat Dey lelah, namun ia selalu semangat dan pantang menyerah menghadapinya. Untuk persiapan pergelaran akbar ini, waktu kuliahnya pun ikut terganggu.
Acara berjalan lancar, namun tidak dengan kuliahnya. Sudah banyak jam kuliah ia lewatkan saja untuk persiapan pergelaran akbar kemarin. Hingga akhirnya datanglah masa ujian semester empat. Ia gelagapan menjawab soal-soal ujian karena taka da satupun yang ia mengerti. Ia hanya menjawab sebisanya saat itu hingga ujian semester pun berakhir.
Dey tak ingin mengecewakan orang tuanya yang sudah mempercayainya untuk sekolah disini. Ia tak mau membuat kedua orang tuanya kecewa melihat anak kebanggaannya ini di Drop Out hanya gara-gara lebih memilih ego sendiri sehingga kuliahnya terbengkalai. Namun, nasi sudah menjadi bubur, Nilai ujiannya tidak memenuhi syarat kelulusan ke semester berikutnya. Ia di Drop Out dari kampus ekstrem itu. Sungguh sangat disayangkan olehnya dan siapapun. Impian membangun desanya lenyap begitu saja saat ia tahu dirinya di DO. Impian untuk menikahi gadis kembang desa pun lenyap seketika. Ia memang sempat jatuh terpuruk dengan kabar ini, namun lambat laun ia bangkit. Ia menjadikan kegagalan ini sebagai semangat membangun usaha didesa asalnya. Dengan tekad dan kerja keras sert jiwa pantang menyerahnya ia berhasil memajukan usaha dan ikut berkontribusi dalam perekonomian di daerahnya.
Novel ini secara keseluruhan sudah bagus. Bahasa yang digunakan penulis cukup mudah dipahami kalangan muda. Namun dalam novel ini masih ada kesalahan pengetikan dan luput dari pengeditan editor. Novel ini layak dibaca siapapun, terlebih bagi para pelajar. Setelah membaca novel ini, dijamin kita akan lebih semangat menjalani hidup dan lebih mengerti makna lain disebuah kegagalan.
-Hidup itu tentang terus berjuang, sampai Tuhan berkata waktunya pulang-
Jawaban:
Judul : Bintaro Spring Tide
Penulis : Aila Nadari dan Dan Sigit
Penerbit : Metamind
Cetakan ke : 1, 2014
Tebal : 142 halaman
Orang gila mana yang akan menolak kesempatan pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara atau STAN? Setiap tahunnya, ribuan lulusan SMA/sederajat berduyun-duyun mengikuti seleksi yang super ketat agar bisa diterima disekolah kedinasan yang menjanjikan ini. Bahagianya tak terkira ketika dinyatakan lulus ujian masuk dan menjadi salah satu keluarga STAN. Namun, dibalik kebahagiaan ini mengintai pula baying-bayang tegasnya pembelajaran disini serta ketatnya peraturan. Ancaman DO, alias Drop Out inilah yang mengerikan bagi mahasiswa dan mahasiswinya. STAN, sekolah tinggi kedinasan beasiswa dengan sistem DO-nya memang menjadi momok menakutkan bagi para anak didiknya.
Dalam novel ini, penulis bercerita tentang seorang mahasiswa yang bernama Raditya Deydan. Ia berasal dari keluarga sederhana di Desa Soka, Gunung Kidul Yogyakarta. Ia cukup cerdas sehingga ia berhasil menembus USM STAN dan berhasil mengalahkan ribuan peserta lainnya. Menurut Dey-sapaaan akrabnya- kuliah bukan saja tentang bagaimana seseorang mendapatkan Indeks Prestasi tinggi di setiap semesternya. Namun, dalam masa itu juga seorang manusia harusnya belajar lebih banyak untuk mempersiapkan masa depannya. Tentulah selain kuliah juga seorang mahasiswa/I harus punya pengalaman memimpin dan berorganisasi untuk menghadapi era globalisasi ini. Dan itulah yang Dey jalankan ditenghah kesibukan kuliahnya. Ia bersama teman-temannya akan mengadakan pergelaran akbar. Bisnis kecil-kecilannya juga cukup menyita perhatiannya akhir-akhir ini.
Bagi Dey, pergelaran akbar ini harus terlaksana dengan sebaik dan seistimewa mungkin. Pikirannya terpecah-pecah antara akademis dan non akademis. Dulu, saat ia baru saja diterima menjadi mahasiswa STAN, ia berambisi membuat daerahnya maju dengan adanya lulusan STAN seperti dia nantinya. Impian itu masih ia pegang sampai sekarang. Namun masalah kenyataan nantinya, Dey tak akan pernah tahu. Sekarang, Dey fokus pada persiapan pergelaran akbar nanti. Hari pelaksanaan sudah dekat, namun persiapan belum maksimal. Semua itu membuat Dey lelah, namun ia selalu semangat dan pantang menyerah menghadapinya. Untuk persiapan pergelaran akbar ini, waktu kuliahnya pun ikut terganggu.
Acara berjalan lancar, namun tidak dengan kuliahnya. Sudah banyak jam kuliah ia lewatkan saja untuk persiapan pergelaran akbar kemarin. Hingga akhirnya datanglah masa ujian semester empat. Ia gelagapan menjawab soal-soal ujian karena taka da satupun yang ia mengerti. Ia hanya menjawab sebisanya saat itu hingga ujian semester pun berakhir.
Dey tak ingin mengecewakan orang tuanya yang sudah mempercayainya untuk sekolah disini. Ia tak mau membuat kedua orang tuanya kecewa melihat anak kebanggaannya ini di Drop Out hanya gara-gara lebih memilih ego sendiri sehingga kuliahnya terbengkalai. Namun, nasi sudah menjadi bubur, Nilai ujiannya tidak memenuhi syarat kelulusan ke semester berikutnya. Ia di Drop Out dari kampus ekstrem itu. Sungguh sangat disayangkan olehnya dan siapapun. Impian membangun desanya lenyap begitu saja saat ia tahu dirinya di DO. Impian untuk menikahi gadis kembang desa pun lenyap seketika. Ia memang sempat jatuh terpuruk dengan kabar ini, namun lambat laun ia bangkit. Ia menjadikan kegagalan ini sebagai semangat membangun usaha didesa asalnya. Dengan tekad dan kerja keras sert jiwa pantang menyerahnya ia berhasil memajukan usaha dan ikut berkontribusi dalam perekonomian di daerahnya.
Novel ini secara keseluruhan sudah bagus. Bahasa yang digunakan penulis cukup mudah dipahami kalangan muda. Namun dalam novel ini masih ada kesalahan pengetikan dan luput dari pengeditan editor. Novel ini layak dibaca siapapun, terlebih bagi para pelajar. Setelah membaca novel ini, dijamin kita akan lebih semangat menjalani hidup dan lebih mengerti makna lain disebuah kegagalan.
-Hidup itu tentang terus berjuang, sampai Tuhan berkata waktunya pulang-