wayanarta
Ini malam terakhir liburanku. Rasanya sekolah sudah merindukanku. Kusempatkan membongkar tas sekolahku yang penuh dengan ribuan kata-kata pemberian ibu dan bapak guru. Kupilih dan kupilah mana yang harus kupersembahkan kepada tempat sampah, mana yang mesti kuawetkan dalam ingatan.
Di ruang tengah ibu lagi bersendiri bersama televisi. Aku mencoba melongok lewat celah pintu kamarku. Oh, ibu sedang minum es hujan. Ibu tersenyum riang sehabis meneguk es hujan. Teguk lagi, senyum lagi. Teguk lagi, senyum lagi. Tapi mengapa gelas ibu seperti tak berkurang isinya, malah terisi penuh kembali? Rupanya ada air mata tak kelihatan yang mengucur ke gelas ibu.
Aku tahu ibu diam-diam sedang menangis terharu. Aku tak tahu apakah ibu terharu karena nilai ulanganku bagus semua atau karena belum bisa membelikanku sepatu baru. Kututup rapat pintu kamarku, kukemasi buku-buku pelajaranku.
Kusempatkan membongkar tas sekolahku yang penuh
dengan ribuan kata-kata pemberian ibu dan bapak guru.
Kupilih dan kupilah mana yang harus kupersembahkan
kepada tempat sampah, mana yang mesti kuawetkan dalam ingatan.
Di ruang tengah ibu lagi bersendiri bersama televisi.
Aku mencoba melongok lewat celah pintu kamarku.
Oh, ibu sedang minum es hujan. Ibu tersenyum riang
sehabis meneguk es hujan. Teguk lagi, senyum lagi.
Teguk lagi, senyum lagi. Tapi mengapa gelas ibu
seperti tak berkurang isinya, malah terisi penuh kembali?
Rupanya ada air mata tak kelihatan yang mengucur ke gelas ibu.
Aku tahu ibu diam-diam sedang menangis terharu.
Aku tak tahu apakah ibu terharu karena nilai ulanganku bagus semua
atau karena belum bisa membelikanku sepatu baru.
Kututup rapat pintu kamarku, kukemasi buku-buku pelajaranku.