alkisah ada sebuah seekor kancil yang hidup di sebuah hutan, kancil tersebut berumur 12thn kancil sudah 12thn menempati hutan tersebut dan kedua orang tua kancil pun sudah tidak ada dikarenakan dimakan oleh buayaa ... Pada saat itu kancil Sedang bermain dengan para sahabat nyaa dan ketika ia sedang bermain si kancil pun berkata " perutku sudah lapar" dan sahabat kancil menjawab " mari kita makan kancil " dan kancil pun menjawab " tidak,tidak perlu saya bisa mencari makan dan memakan sendiri " dan akhir nya sang kancil mencari makan dan kancil melihat sebuah jambu dan jambu tersebur berada di seberang sungai dan kancil pun memutuskan untuk melewati sumgai tetapi ada buaya dan sang kancil berfikir dan ia mwndaptkan ide, sang kancil memnaggil buat dengan sangat keras " Buayaaa, buayaaa " dan semua buaya pun datang dan bertanya kepada kancil " ada apa kancil " kancil dengan sangat bijak ia bilang kepada buaya kalau ada pesta dan buaya pun tertarik dan kancil berhitung buaya sambil melewati sungai dan setelah terhitumg dan kancil melewati sungai . buayapun senang sudah diundang ke acara pesta tetapi tiba" tupai datang dan berkata " acara nya Minggu lalu " dan buaya pun marah kwpada kancil dan kancilpun bisa makan di seberang sungai.. selesai (tamat)
Buku ini mengajarkan konsep penjumlahan dalam matematika kepada anak-anak. Konsepnya diterjemahkan dalam bentuk gambar dan sedikit cerita. Misalnya, pada halaman empat, disitu digambarkan dua ekor beruang bernama Ida dan Ike. Kalimatnya demikian: “Ida ditambah Ike sama dengan cinta sejati. Sekarang mereka punya dua anggota keluarga.”
Sebetulnya secara konsep, buku ini menarik. Artinya, anak-anak bisa belajar apa maksud penjumlahan, yaitu tidak hanya mengajari anak dengan angka dan simbol “+” saja. Jadi, anak diajak belajar tentang “gambaran besar” penjumlahan; tentang apa sebetulnya penjumlahan itu?
Yang agak kurang menarik di sini adalah pada contoh pertama tadi. Di Indonesia, nama Ida dan Ike cenderung sama-sama dipakai untuk perempuan. Mungkin, bisa diganti jika namanya Ida dan Joko. Misalnya, lo.
Aku bukan orang yang paham betul tentang konsep matematika. Aku kurang bisa menimbang, buku ini sudah bisa memenuhi tujuannya apa belum. Bagaimanapun, kurasa memang perlu ada buku yang dipakai untuk mengajari anak-anak tentang konsep matematika secara menyenangkan. Namun, gambar-gambarnya kurasa cukup menarik bagi anak-anak.
alkisah ada sebuah seekor kancil yang hidup di sebuah hutan, kancil tersebut berumur 12thn kancil sudah 12thn menempati hutan tersebut dan kedua orang tua kancil pun sudah tidak ada dikarenakan dimakan oleh buayaa ... Pada saat itu kancil Sedang bermain dengan para sahabat nyaa dan ketika ia sedang bermain si kancil pun berkata " perutku sudah lapar" dan sahabat kancil menjawab " mari kita makan kancil " dan kancil pun menjawab " tidak,tidak perlu saya bisa mencari makan dan memakan sendiri " dan akhir nya sang kancil mencari makan dan kancil melihat sebuah jambu dan jambu tersebur berada di seberang sungai dan kancil pun memutuskan untuk melewati sumgai tetapi ada buaya dan sang kancil berfikir dan ia mwndaptkan ide, sang kancil memnaggil buat dengan sangat keras " Buayaaa, buayaaa " dan semua buaya pun datang dan bertanya kepada kancil " ada apa kancil " kancil dengan sangat bijak ia bilang kepada buaya kalau ada pesta dan buaya pun tertarik dan kancil berhitung buaya sambil melewati sungai dan setelah terhitumg dan kancil melewati sungai . buayapun senang sudah diundang ke acara pesta tetapi tiba" tupai datang dan berkata " acara nya Minggu lalu " dan buaya pun marah kwpada kancil dan kancilpun bisa makan di seberang sungai.. selesai (tamat)
Judul: Jika Kamu Menjadi Tanda Tambah
Penulis: Trista Speed Shaskan
Ilustrasi: Francesca Carabelli
Penerjemah: Sheilla Karmelita
Penerbit: BIP, Jakarta 2010
Buku ini mengajarkan konsep penjumlahan dalam matematika kepada anak-anak. Konsepnya diterjemahkan dalam bentuk gambar dan sedikit cerita. Misalnya, pada halaman empat, disitu digambarkan dua ekor beruang bernama Ida dan Ike. Kalimatnya demikian: “Ida ditambah Ike sama dengan cinta sejati. Sekarang mereka punya dua anggota keluarga.”
Sebetulnya secara konsep, buku ini menarik. Artinya, anak-anak bisa belajar apa maksud penjumlahan, yaitu tidak hanya mengajari anak dengan angka dan simbol “+” saja. Jadi, anak diajak belajar tentang “gambaran besar” penjumlahan; tentang apa sebetulnya penjumlahan itu?
Yang agak kurang menarik di sini adalah pada contoh pertama tadi. Di Indonesia, nama Ida dan Ike cenderung sama-sama dipakai untuk perempuan. Mungkin, bisa diganti jika namanya Ida dan Joko. Misalnya, lo.
Aku bukan orang yang paham betul tentang konsep matematika. Aku kurang bisa menimbang, buku ini sudah bisa memenuhi tujuannya apa belum. Bagaimanapun, kurasa memang perlu ada buku yang dipakai untuk mengajari anak-anak tentang konsep matematika secara menyenangkan. Namun, gambar-gambarnya kurasa cukup menarik bagi anak-anak.