lumpur Lapindo digambarkan beragam upaya dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur Lapindo. Jika luapan lumpur panas Lapindo merupakan kesalahan manusia, maka dapat dilakukan dengan menghentikan luapan lumpur melalui teknik snubbing unit, yaitu menyuntikkan semen dan lumpur berat ke dalam sumur. Cara lain dengan melakukan pengeboran miring atau sidetracking untuk menemukan kerusakan pada selubung pengeboran. Kedua upaya pemadaman luapan lumpur tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Upaya yang sedang berjalan saat ini adalah pembuatan sumur-sumur baru di areal semburan untuk mengepung retakan dan patahan tempat keluarnya lumpur. Jika memang benar adanya, semburan lumpur panas Lapindo akan terhenti dalam waktu puluhan bahkan sampai ratusan tahun kemudian. Ada indikasi lain, bahwa semburan lumpur panas di Sidoarjo merupakan fenomena alam. Hal tersebut dilihat dari tanda-tanda geologi luapan lumpur yang sama pada zaman dulu di area sekitar semburan lumpur panas. Jika benar seperti itu, diperlukan waduk tambahan untuk menampung luapan lumpur. Cara lain adalah membuang lumpur ke Kali Porong tanpa perlu digali karena daya tampungnya cukup besar. Untuk mencegah penyebaran senyawa berbahaya dari lumpur Lapindo, dapat dilakukan dengan mengendapkan dan menstabilisasi lumpur di kawasan pantai Sidoarjo. Air lumpur bisa dibuang ke laut sedangkan endapan lumpur dapat dijadikan lahan basah atau rawa untuk ditanami mangrove. Sampai sekarang, penanganan masalah lumpur Lapindo belum tuntas diselesaikan oleh pemerintah. Banyak pihak yang berasumsi bahwa pemerintah sangat lambat menangani masalah ini. Padahal, dampak terburuk dari bencana ini adalah masyarakat yang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Artikel bencana lumpur Lapindo yang menjelaskan mengenai fenomena lumpur panas tersebut menjadi berita yang hanya dibaca sebatas informasi. Fenomena lumpur panas Lapindo seakan-akan fenomena yang terjadi secara mengejutkan dan dilupakan begitu saja di kemudian hari. Setelah hampir 7 tahun berlalu, korban bencana lumpur Lapindo seakan-akan terlupakan. Sama halnya dengan korban bencana lain seperti korban gempa dan tsunami di Aceh 2004 lalu. Sungguh ironis, potret nyata penanggulangan bencana di Indonesia. Semoga artikel bencana lumpur Lapindo ini berguna bagi Anda.
2 votes Thanks 3
fiqihkurniasandy
kok nggak ada dialognya ? kan cerpen harus ada dialognya..!!!!
lumpur Lapindo digambarkan beragam upaya dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur Lapindo. Jika luapan lumpur panas Lapindo merupakan kesalahan manusia, maka dapat dilakukan dengan menghentikan luapan lumpur melalui teknik snubbing unit, yaitu menyuntikkan semen dan lumpur berat ke dalam sumur. Cara lain dengan melakukan pengeboran miring atau sidetracking untuk menemukan kerusakan pada selubung pengeboran.
Kedua upaya pemadaman luapan lumpur tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Upaya yang sedang berjalan saat ini adalah pembuatan sumur-sumur baru di areal semburan untuk mengepung retakan dan patahan tempat keluarnya lumpur. Jika memang benar adanya, semburan lumpur panas Lapindo akan terhenti dalam waktu puluhan bahkan sampai ratusan tahun kemudian.
Ada indikasi lain, bahwa semburan lumpur panas di Sidoarjo merupakan fenomena alam. Hal tersebut dilihat dari tanda-tanda geologi luapan lumpur yang sama pada zaman dulu di area sekitar semburan lumpur panas. Jika benar seperti itu, diperlukan waduk tambahan untuk menampung luapan lumpur.
Cara lain adalah membuang lumpur ke Kali Porong tanpa perlu digali karena daya tampungnya cukup besar. Untuk mencegah penyebaran senyawa berbahaya dari lumpur Lapindo, dapat dilakukan dengan mengendapkan dan menstabilisasi lumpur di kawasan pantai Sidoarjo. Air lumpur bisa dibuang ke laut sedangkan endapan lumpur dapat dijadikan lahan basah atau rawa untuk ditanami mangrove.
Sampai sekarang, penanganan masalah lumpur Lapindo belum tuntas diselesaikan oleh pemerintah. Banyak pihak yang berasumsi bahwa pemerintah sangat lambat menangani masalah ini. Padahal, dampak terburuk dari bencana ini adalah masyarakat yang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian.
Artikel bencana lumpur Lapindo yang menjelaskan mengenai fenomena lumpur panas tersebut menjadi berita yang hanya dibaca sebatas informasi. Fenomena lumpur panas Lapindo seakan-akan fenomena yang terjadi secara mengejutkan dan dilupakan begitu saja di kemudian hari.
Setelah hampir 7 tahun berlalu, korban bencana lumpur Lapindo seakan-akan terlupakan. Sama halnya dengan korban bencana lain seperti korban gempa dan tsunami di Aceh 2004 lalu. Sungguh ironis, potret nyata penanggulangan bencana di Indonesia. Semoga artikel bencana lumpur Lapindo ini berguna bagi Anda.