Namaku Zahra, aku mempunyai 2 sahabat yang bernama Lia dan Khana. aku lebih menganggap Khana sebagai sahabatku. Tapi entahlah, kenapa aku lebih sering bermain bersama Lia, aku juga heran. Kadang kala aku berpendapat kalau Khana yang tidak mau terbuka padaku. Jadi, jika aku bertanya dia menjawab “Tidak”, padahal di dalam hatinya dia menjawab “Iya”. Aku juga heran kenapa aku bisa tahu isi hatinya yang sebenarnya, aapakah karena dia adalah sahabatku dari kelas tiga SD.
Aku sering bertanya padanya tapi Khana tidak pernah menganggapnya serius, apa itu karena kita sering bercanda atau bagaimana aku tidak tahu. Terkadang aku membayangkan “kelihatannya aku tidak bisa bersahabat dengannya lagi”. Aku juga terkadang tersenyum palsu untuknya. Terkadang juga aku membayangkan apakah dia selama ini membohongiku dengan senyum dan tingkah lakunya? Tapi semua kejengkelanku diobati oleh Lia, dia selalu menyadarkanku kalau Khana itu memang begitu orangnya.
Suatu hari, saat kelulusan dia akan pindah ke jakarta. Aku sangat senang karena dia tidak akan mengganggu hidupku lagi. Tapi… disaat itu juga aku menyadari ternyata dia NYATA menganggapku sebagai sahabatnya. Khana menangis dengan tulus lalu memelukku dan berkata “Hei sobat, maafkan aku” disaat itu juga aku langsung kaget lalu aku berkata “iya” satu kata yang jelas, ringkas dan mencangkup segala kata
Pagi itu aku bangun pagi seperti biasa lalu memakan sarapanku sambil menyetel berita. Di berita itu aku melihat sebuah pesawat tujuan Solo – Jakarta jatuh saat akan lepas landas, seluruh penumpang meninggal dunia, dan pesawat terbakar habis karena kebocoran bahan bakar. Tak terasa air mata telah membasahi pipiku, karena aku tahu saat itu hanya ada satu pesawat tujuan Jakarta dan yang dinaiki Khana. Aku langsung berdo’a untuk Khana agar masuk surga dan diampuni segala dosanya sehabis sholat. Padahal baru kemarin kita saling meminta maaf.
Sahabat Yang Nyata dan Setia
Karya : Azza
Namaku Zahra, aku mempunyai 2 sahabat yang bernama Lia dan Khana. aku lebih menganggap Khana sebagai sahabatku. Tapi entahlah, kenapa aku lebih sering bermain bersama Lia, aku juga heran. Kadang kala aku berpendapat kalau Khana yang tidak mau terbuka padaku. Jadi, jika aku bertanya dia menjawab “Tidak”, padahal di dalam hatinya dia menjawab “Iya”. Aku juga heran kenapa aku bisa tahu isi hatinya yang sebenarnya, aapakah karena dia adalah sahabatku dari kelas tiga SD.
Aku sering bertanya padanya tapi Khana tidak pernah menganggapnya serius, apa itu karena kita sering bercanda atau bagaimana aku tidak tahu. Terkadang aku membayangkan “kelihatannya aku tidak bisa bersahabat dengannya lagi”. Aku juga terkadang tersenyum palsu untuknya. Terkadang juga aku membayangkan apakah dia selama ini membohongiku dengan senyum dan tingkah lakunya? Tapi semua kejengkelanku diobati oleh Lia, dia selalu menyadarkanku kalau Khana itu memang begitu orangnya.
Suatu hari, saat kelulusan dia akan pindah ke jakarta. Aku sangat senang karena dia tidak akan mengganggu hidupku lagi. Tapi… disaat itu juga aku menyadari ternyata dia NYATA menganggapku sebagai sahabatnya. Khana menangis dengan tulus lalu memelukku dan berkata “Hei sobat, maafkan aku” disaat itu juga aku langsung kaget lalu aku berkata “iya” satu kata yang jelas, ringkas dan mencangkup segala kata
Pagi itu aku bangun pagi seperti biasa lalu memakan sarapanku sambil menyetel berita. Di berita itu aku melihat sebuah pesawat tujuan Solo – Jakarta jatuh saat akan lepas landas, seluruh penumpang meninggal dunia, dan pesawat terbakar habis karena kebocoran bahan bakar. Tak terasa air mata telah membasahi pipiku, karena aku tahu saat itu hanya ada satu pesawat tujuan Jakarta dan yang dinaiki Khana. Aku langsung berdo’a untuk Khana agar masuk surga dan diampuni segala dosanya sehabis sholat. Padahal baru kemarin kita saling meminta maaf.