Waktu menunjukkan pukul 12.00. Sudah larut malam tapi Erpan masih sibuk menghadapi layar laptop milik Anto di depannya. Ia tidak menghiraukan bujukan Nelson untuk segera tidur. Sebenarnya ia pun juga sudah lelah dan ingin menghabiskan malam untuk menjelajahi dunia mimpi. Akan tetapi kembali terngiang kata-kata dari Pak Zenmatho siang tadi "Pokoknya besok pagi tugas ini harus sudah selesai, karena bapak sudah memberikan kalian waktu satu minggu. Dan kumpul tugas ini di meja saya sebelum pukul 10!".
Kembali Erpan sibuk mengotak atik laptop milik temannya itu. Karena mau tak mau ia harus segera menyelesaikannya. “Tidak ku sangka, tugasnya bisa sebanyak ini. Aku lelah!” pikirnya dalam hati. Walaupun begitu tangan Erpan tetap cekatan mengetikkan setiap kata pada papan keyboard demi rampungnya tugas dari Pak Zenmantho.
"Coba saja ku ikuti saran Nelson untuk mengerjakannya sore tadi. Pasti aku sudah tidur pulas sepertinya sekarang. Beruntung Anto masih mau berbaik hati meminjamkan laptopnya kepadaku." keluhnya. Entah mengapa terbersit dalam hati Erpan suatu tekad untuk jadi lebih baik. "Aku harus berubah! Dari pemalas menjadi rajin. Ya, agak mustahil sih. Tapi, yah, tidak salahnya untuk dicoba. Aku tidak mau lagi mengurangi jatah tidurku gara-gara tugas seperti ini . Lain kali aku tidak akan menunda-nunda pekerjaanku lagi!" ucapnya dengan penuh keyakinan.
"Cakep!" teriak Nelson dari luar kamar sambil mengacungkan kedua jempolnya kepada Erpan. "Bikin kaget aja! Jangan-jangan kamu mengupingku ya? Awas ya jika kamu menceritakan apa yang baru saja ku katakan tadi.". Nelson hanya tersenyum sambil duduk di dekat Erpan.
"Gak apa-apa kok. Malah bagus jika kamu serius berubah menjadi lebih rajin. Siapa tahu semester berikutnya kamu jadi juara umum di sekolah kita nanti. Hehe." goda Nelson. “Iya, Son." balas Erpan cuek sambil terus mengetik tugas di hadapannya. Kini ia tidak mengerjakannya sendiri. Ada Nelson yang ikut membantu.
Dalam hati Erpan bergumam betapa bersyukurnya ia memiliki teman seperti Nelson dan Anto. Walaupun sering di repotkan tapi kedua temannya itu masih tetap bersedia membantu. "Selesai!" teriak Erpan kegirangan. "Akhirnya selesai, makanya jangan suka menunda-nunda pekerjaan." kata Nelson sambil menepuk pundak temannya itu.
"Iya deh. Aku tidak akan menunda-nunda tugas lagi." sahut Erpan. Sambil tersenyum puas ia memandang tugas dari Pak Zenmantho. "Lain kali akan ku selesaikan lebih cepat.". Kembali ia ulangi tekadnya untuk menjadi lebih baik dengan penuh kesungguhan. "Aku harus berubah! Aku akan menjadi pelajar yang rajin dan berprestasi di sekolah!". Ucapnya dalam hati.
Waktu menunjukkan pukul 12.00. Sudah larut malam tapi Erpan masih sibuk menghadapi layar laptop milik Anto di depannya. Ia tidak menghiraukan bujukan Nelson untuk segera tidur. Sebenarnya ia pun juga sudah lelah dan ingin menghabiskan malam untuk menjelajahi dunia mimpi. Akan tetapi kembali terngiang kata-kata dari Pak Zenmatho siang tadi "Pokoknya besok pagi tugas ini harus sudah selesai, karena bapak sudah memberikan kalian waktu satu minggu. Dan kumpul tugas ini di meja saya sebelum pukul 10!".
Kembali Erpan sibuk mengotak atik laptop milik temannya itu. Karena mau tak mau ia harus segera menyelesaikannya. “Tidak ku sangka, tugasnya bisa sebanyak ini. Aku lelah!” pikirnya dalam hati. Walaupun begitu tangan Erpan tetap cekatan mengetikkan setiap kata pada papan keyboard demi rampungnya tugas dari Pak Zenmantho.
"Coba saja ku ikuti saran Nelson untuk mengerjakannya sore tadi. Pasti aku sudah tidur pulas sepertinya sekarang. Beruntung Anto masih mau berbaik hati meminjamkan laptopnya kepadaku." keluhnya. Entah mengapa terbersit dalam hati Erpan suatu tekad untuk jadi lebih baik. "Aku harus berubah! Dari pemalas menjadi rajin. Ya, agak mustahil sih. Tapi, yah, tidak salahnya untuk dicoba. Aku tidak mau lagi mengurangi jatah tidurku gara-gara tugas seperti ini . Lain kali aku tidak akan menunda-nunda pekerjaanku lagi!" ucapnya dengan penuh keyakinan.
"Cakep!" teriak Nelson dari luar kamar sambil mengacungkan kedua jempolnya kepada Erpan. "Bikin kaget aja! Jangan-jangan kamu mengupingku ya? Awas ya jika kamu menceritakan apa yang baru saja ku katakan tadi.". Nelson hanya tersenyum sambil duduk di dekat Erpan.
"Gak apa-apa kok. Malah bagus jika kamu serius berubah menjadi lebih rajin. Siapa tahu semester berikutnya kamu jadi juara umum di sekolah kita nanti. Hehe." goda Nelson. “Iya, Son." balas Erpan cuek sambil terus mengetik tugas di hadapannya. Kini ia tidak mengerjakannya sendiri. Ada Nelson yang ikut membantu.
Dalam hati Erpan bergumam betapa bersyukurnya ia memiliki teman seperti Nelson dan Anto. Walaupun sering di repotkan tapi kedua temannya itu masih tetap bersedia membantu. "Selesai!" teriak Erpan kegirangan. "Akhirnya selesai, makanya jangan suka menunda-nunda pekerjaan." kata Nelson sambil menepuk pundak temannya itu.
"Iya deh. Aku tidak akan menunda-nunda tugas lagi." sahut Erpan. Sambil tersenyum puas ia memandang tugas dari Pak Zenmantho. "Lain kali akan ku selesaikan lebih cepat.". Kembali ia ulangi tekadnya untuk menjadi lebih baik dengan penuh kesungguhan. "Aku harus berubah! Aku akan menjadi pelajar yang rajin dan berprestasi di sekolah!". Ucapnya dalam hati.