pada saat itu aku pergi ke pulau bersama keluargaku. aku sangat senang karna pergi ke pulau. pulau yg ku kunjungi itu sangat indah sehingga aku sangat terkagum-kagum dengan pulau yg ku kunjungi. disana banyak ikan2 yang bermacam2, terumbu karang, dan lain-lainnya aku sangat senang perjalanan ke pulau.
Minggu itu bisa dibilang hari yang sial. Siang hari, aku dan keluarga berniat untuk memancing. Ayahku tak tahu persis tempat pemancingannya, tapi apa salahnya mencoba. Matahari sangat terik menghujam kulitku, tapi tak lama kami pun sampai ke pemancingan. "Ini tempatnya gak salah?" batinku ragu Dugaanku meleset jauh. Ku kira tempatnya sungguh menyenangkab, ternyata untuk mencapainya kami harus menyeberangi sawah yang luas menbentang agar sampai ke tempat pemancingannya.
Sesampainya disana, tampak satu orang tersisa dan hendak pulang sepertinya. Ayahku bertanya kepada pemilik pemancingan itu sekaligus meminjam alat pancingnya. Wah, sial nian nasib kani. Pemancingan tersebut tak menyediakan pancing. Akhirnya kami memutuskan mencari tempat lain yang lebih kondusif, meskipun harus melewati hamparan sawah yang luas. *bersambung
0 votes Thanks 0
arinazaidai
"Gimana kalo kita ke Sari Rasa," celetukku heboh. Tanpa pikir panjang, kami bergegas menuju Sari Rasa, waterboom yang ada fasilitas pemancingannya. Sudah lama kami tak kesana, entahlah bagaimana kondisinya saat ini. Ibuku membeli tiket masuk, antri bersama sekelompok anak remaja yg berpakaian freak. Terlihat aneh dipandang memang.
arinazaidai
Apalagi mereka tak sabar sehingga ibuku diserobotnya, ih rasanya pengin ku hajar mereka. Kurang lebih lima belas menit kemudian, kami masuk dan langsung menuju wahana pemancingan. Astaga, tapi ini tak seperti yang ku bayangkan. Tempat pemancingan telah digunakan untuk kolam renang. Pupus sudah harapan kami, lelah yang dirasa. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Apalah daya tak bisa mengubahnya.
arinazaidai
Kami pulang dengan rasa sesal dahaga. Di perjalanan pulang, terlintas seorang anak laki" mengenakan pakain sangat lucu sehingga membuatku tertawa. Ayahku pun tersenyum. Hampir saja aku memanggilnya orang aneh soalnya dia memakai celana jeans pendek ketat, berkaos kaki selutut, bersepatu, berkacamata,bertopi. Ternyata dia murid ayahku yang tergolong bandel.
pada saat itu aku pergi ke pulau bersama keluargaku. aku sangat senang karna pergi ke pulau. pulau yg ku kunjungi itu sangat indah sehingga aku sangat terkagum-kagum dengan pulau yg ku kunjungi. disana banyak ikan2 yang bermacam2, terumbu karang, dan lain-lainnya aku sangat senang perjalanan ke pulau.
sorry ga nyambung dan pendek ya
Minggu itu bisa dibilang hari yang sial. Siang hari, aku dan keluarga berniat untuk memancing. Ayahku tak tahu persis tempat pemancingannya, tapi apa salahnya mencoba. Matahari sangat terik menghujam kulitku, tapi tak lama kami pun sampai ke pemancingan.
"Ini tempatnya gak salah?" batinku ragu
Dugaanku meleset jauh. Ku kira tempatnya sungguh menyenangkab, ternyata untuk mencapainya kami harus menyeberangi sawah yang luas menbentang agar sampai ke tempat pemancingannya.
Sesampainya disana, tampak satu orang tersisa dan hendak pulang sepertinya. Ayahku bertanya kepada pemilik pemancingan itu sekaligus meminjam alat pancingnya. Wah, sial nian nasib kani. Pemancingan tersebut tak menyediakan pancing. Akhirnya kami memutuskan mencari tempat lain yang lebih kondusif, meskipun harus melewati hamparan sawah yang luas. *bersambung