Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Saba': 28)
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya': 107)
MUHAMMAD itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki yang ada di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" QS: Al-Ahzab ayat 40 (33:40)
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi akhir zaman penutup para nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk mengajak dan membimbing manusia ke jalan yang diridai oleh Allah SWT. Segala kebaikan dan kemulyaan telah dilimpahkan Allah SWT kedalam diri pribadi Rasulullah SAW,`sehingga akhlak beliau menjadi panutan manusia sampai akhir zaman. Berikut adalah kisah-kisah tentang kedermawanan dan kesabaran Nabi semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Kisah 1
Abu Hurairah RA bertutur: Suatu hari kami duduk bersama Rasulullah SAW di masjid. Apabila beliau berdiri, kamipun berdiri. Suatu hari, beliau berdiri, lalu kamipun bediri. Katika beliau sampai ke pertengahan masjid, tiba-tiba seorang laki-laki menarik mantel Rasulullah dengan keras, padahal mantelnya itu terbuat dari bahan yang kasar. Saking kerasnya, leher Rasulullah pun tampak memerah.
Laki-laki berkata,"Wahai Muhammad, isikan kedua untaku dengan apa saja, karena kau tidak pernah membawa harta, baik dengan hartamu sendiri maupun dari harta bapakmu." Rasulullah SAW menjawab,"Tidak, dan aku memohon ampun kepada Allah. Aku tidak akan memenuhi kedua untamu sehingga kau terlebih dahulu melepaskan tarikanmu dari leherku." Laki-laki dusun itu berkata kembali: "Tidak, demi Allah, aku tidak akan melepaskannya sebelum kau memenuhi permintaanku." Rasulullah SAW lalu mengulang perkataannya tadi tiga kali. Namun, laki-laki itu tetap tidak mau melepaskan tarikannya.
Begitu mendengar jawaban laki-laki dusun tadi, kami para sahabat segera bermaksud menghampiri laki-laki tersebut, namun Rasulullah segera berpaling kepada kami dan berkata: "Tolong semuanya, jangan mengubah posisi dan tempat laki-laki tersebut sampai aku memberikan izin." Rasulullah SAW lalu berkata kepada laki-laki saat itu: "Wahai fulan, penuhi unta laki-laki tadi dengan gandum, dan untanya yang satu lagi dengan kurma." Setelah dipenuhi, Rasulullah bersabda: "Ayo bubarlah kalian." (HR. Abu Daud)
Kisah 2
Anas bin Malik bertutur: Suatu hari aku berjalan bersama Rasulullah SAW. Saat itu beliau memakai selimut dari daerah Najran yang ujungnya sangat kasar. Tiba-tiba ia ditemui seorang Arab dusun. Tanpa basa basi, laki-laki dusun itu langsung menarik selimut kasar Rasulullah itu keras-keras sehingga aku melihat bekas merah di pundak Rasulullah.
Laki-laki dusun tersebut berkata, "Suruh orang-orangmu untuk memberikan harta Allah kepadaku yang kau miliki sekarang." Rasulullah SAW lalu berpaling kepada laki-laki tadi. Sambil tersenyum, beliau bersabda, "Berilah laki-laki ini makanan apa saja, (HR Bukhari).
Kisah 3
Jubair bin Muthim bertutur, ketika ia bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba orang-orang mencegat beliau dan meminta dengan setengah memaksa sampai-sampai beliau disudutkan ke sebuah pohon berduri.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka mengambil mantelnya. Rasulullah SAW berhenti sejenak dan berseru,"Berilah mantelku ini! Itu untuk menutup auratku. Seandainya aku mempunyai mantel banyak (lebih dari satu), tentu akan kubagikan pada kalian (HR. Bukhari)
Kisah 4
Umar bin Khattab bercerita: Suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang lagi, Rasulullah juga memberinya. Keesokan harinya, datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah pun memberinya Keesokan harinya, ia datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah lalu bersabda, "Aku tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambillah yang kau mau dan jadikan sebagai utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang akan membayarnya."
Umar lalu berkata, "Wahai Rasulullah janganlah memberi diluar batas kemampuanmu." Rasulullah SAW tidak menyukai perkataan Umar tadi. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari Anshar sambil berkata, "Ya Rasulullah, jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan." Mendengar ucapan laki-laki tadi, Rasulullah tersenyum, lalu beliau berkata kepada Umar, "Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku." (HR Turmudzi).
Kisah 5
Ummu Salamah, istri Rasulullah SAW bercerita: Suatu hari Rasulullah SAW masuk ke rumahku dengan muka pucat. Aku khawatir beliau sedang sakit. "Ya Rasulullah, mengapa wajahmu pucat begini?" tanyaku.
Rasulullah menjawab,"Aku pucat begini bukan karena sakit, melainkan karena aku ingat uang tujuh dinar yang kita dapat kemarin sampai sore ini masih berada di bawah kasur dan kita belum menginfakkannya." (HR Al-Haitsami dan hadistnya shahih.
piasabrina005
Di kala itu, di tanah Arab yang kering dan tandus, hiduplah seorang pemimpin besar yang penuh kedermawanan, Rasulullah SAW. Kehidupan beliau diwarnai oleh tindakan-tindakan mulia dan kepedulian terhadap sesama. Cerita ini membawa kita kembali ke masa-masa awal Islam, di mana keajaiban kedermawanan Rasulullah bersinar terang.
Salah satu kisah yang menggambarkan kedermawanan luar biasa Rasulullah terjadi pada suatu hari di Kota Madinah. Seorang sahabat miskin, Abdullah, datang kepada Rasulullah dengan wajah penuh kekhawatiran. Mata Abdullah yang lelah mencerminkan beban berat yang dipikulnya.
“Ya Rasulullah,” seru Abdullah sambil menundukkan kepala, “keluargaku dalam keadaan lapar, dan saya tidak memiliki apa-apa untuk memberi mereka makan. Tolonglah kami, wahai Rasulullah.”
Melihat kondisi Abdullah, Rasulullah SAW yang penuh belas kasihan tidak bisa menyaksikan sahabatnya menderita. Beliau segera berpaling ke para sahabat yang hadir dan berkata, “Siapa di antara kalian yang bersedia membantu Abdullah dan keluarganya?”
Ali bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah dan sahabat yang setia, segera bangkit. “Ya Rasulullah, saya akan membantu mereka,” ucap Ali dengan tulus.
Rasulullah tersenyum melihat kebaikan hati Ali. Beliau memberikan beberapa kantung gandum kepada Ali dan berkata, “Bawa ini kepada Abdullah, dan pastikan keluarganya mendapatkan makanan yang cukup.”
Ali pun segera pergi membawa gandum kepada Abdullah. Pada saat itu, Rasulullah memandang sekelilingnya dan melihat seorang laki-laki tua yang duduk dengan wajah muram. Laki-laki itu adalah Zaid, seorang janda tua yang kehilangan suaminya dalam pertempuran. Kehidupannya menjadi semakin sulit tanpa pendamping.
Tanpa ragu, Rasulullah mendekati Zaid dan bertanya, “Bagaimana keadaanmu, wahai Zaid?”
Dengan penuh kesedihan, Zaid menceritakan betapa sulitnya hidupnya setelah kepergian suaminya. Rasulullah, yang selalu peka terhadap penderitaan sesama, berkata, “Allah tidak akan meninggalkanmu sendirian, wahai Zaid. Kami, umat Islam, adalah satu keluarga.”
Rasulullah kemudian memanggil Ali dan memberikan bagian dari gandum tersebut ke Zaid. Beliau menegaskan, “Ini adalah bagianmu, wahai Zaid. Jangan merasa sendirian; kita adalah satu umat.”
Kedermawanan Rasulullah tidak hanya terbatas pada memberi makanan. Pernah suatu ketika, seorang wanita buta datang menemui Rasulullah. Dengan suara lembut, wanita itu berkata, “Ya Rasulullah, aku buta dan hidup dalam kegelapan. Tolonglah aku, wahai pemimpin kami.”
Rasulullah SAW merasakan penderitaan wanita itu dan berkata, “Tuhan kita Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bersabarlah, wahai saudara kami. Namun, jika engkau mau, aku bisa membantumu.”
Wanita itu menjawab dengan penuh harap, “Ya Rasulullah, aku bersedia menerima bantuan apapun.”
Rasulullah menyentuh bahu wanita itu dengan lembut dan berdoa, “Ya Allah, bukakanlah mata ini agar ia dapat melihat keindahan ciptaan-Mu.”
Maka, dengan keajaiban yang hanya Allah mampu lakukan, wanita itu merasakan cahaya pertama kali dalam hidupnya. Air mata kebahagiaan mengalir di wajahnya yang dipenuhi rasa syukur.
Kedermawanan Rasulullah tidak pernah kenal lelah. Meskipun beliau merupakan pemimpin besar, beliau selalu terbuka untuk mendengarkan keluhan dan memenuhi kebutuhan sahabat-sahabatnya yang membutuhkan. Kisah-kisah ini menggambarkan kehangatan dan kepedulian yang menjadi ciri khas Rasulullah dalam menjalin hubungan dengan umatnya. Kedermawanan beliau tidak hanya menciptakan kesejahteraan materi, tetapi juga memberikan sinar kebahagiaan dan harapan kepada hati yang terpukul.
Verified answer
Jawaban:
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. Saba': 28)
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya': 107)
MUHAMMAD itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki yang ada di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" QS: Al-Ahzab ayat 40 (33:40)
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi akhir zaman penutup para nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk mengajak dan membimbing manusia ke jalan yang diridai oleh Allah SWT. Segala kebaikan dan kemulyaan telah dilimpahkan Allah SWT kedalam diri pribadi Rasulullah SAW,`sehingga akhlak beliau menjadi panutan manusia sampai akhir zaman. Berikut adalah kisah-kisah tentang kedermawanan dan kesabaran Nabi semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Kisah 1
Abu Hurairah RA bertutur: Suatu hari kami duduk bersama Rasulullah SAW di masjid. Apabila beliau berdiri, kamipun berdiri. Suatu hari, beliau berdiri, lalu kamipun bediri. Katika beliau sampai ke pertengahan masjid, tiba-tiba seorang laki-laki menarik mantel Rasulullah dengan keras, padahal mantelnya itu terbuat dari bahan yang kasar. Saking kerasnya, leher Rasulullah pun tampak memerah.
Laki-laki berkata,"Wahai Muhammad, isikan kedua untaku dengan apa saja, karena kau tidak pernah membawa harta, baik dengan hartamu sendiri maupun dari harta bapakmu." Rasulullah SAW menjawab,"Tidak, dan aku memohon ampun kepada Allah. Aku tidak akan memenuhi kedua untamu sehingga kau terlebih dahulu melepaskan tarikanmu dari leherku." Laki-laki dusun itu berkata kembali: "Tidak, demi Allah, aku tidak akan melepaskannya sebelum kau memenuhi permintaanku." Rasulullah SAW lalu mengulang perkataannya tadi tiga kali. Namun, laki-laki itu tetap tidak mau melepaskan tarikannya.
Begitu mendengar jawaban laki-laki dusun tadi, kami para sahabat segera bermaksud menghampiri laki-laki tersebut, namun Rasulullah segera berpaling kepada kami dan berkata: "Tolong semuanya, jangan mengubah posisi dan tempat laki-laki tersebut sampai aku memberikan izin." Rasulullah SAW lalu berkata kepada laki-laki saat itu: "Wahai fulan, penuhi unta laki-laki tadi dengan gandum, dan untanya yang satu lagi dengan kurma." Setelah dipenuhi, Rasulullah bersabda: "Ayo bubarlah kalian." (HR. Abu Daud)
Kisah 2
Anas bin Malik bertutur: Suatu hari aku berjalan bersama Rasulullah SAW. Saat itu beliau memakai selimut dari daerah Najran yang ujungnya sangat kasar. Tiba-tiba ia ditemui seorang Arab dusun. Tanpa basa basi, laki-laki dusun itu langsung menarik selimut kasar Rasulullah itu keras-keras sehingga aku melihat bekas merah di pundak Rasulullah.
Laki-laki dusun tersebut berkata, "Suruh orang-orangmu untuk memberikan harta Allah kepadaku yang kau miliki sekarang." Rasulullah SAW lalu berpaling kepada laki-laki tadi. Sambil tersenyum, beliau bersabda, "Berilah laki-laki ini makanan apa saja, (HR Bukhari).
Kisah 3
Jubair bin Muthim bertutur, ketika ia bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba orang-orang mencegat beliau dan meminta dengan setengah memaksa sampai-sampai beliau disudutkan ke sebuah pohon berduri.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka mengambil mantelnya. Rasulullah SAW berhenti sejenak dan berseru,"Berilah mantelku ini! Itu untuk menutup auratku. Seandainya aku mempunyai mantel banyak (lebih dari satu), tentu akan kubagikan pada kalian (HR. Bukhari)
Kisah 4
Umar bin Khattab bercerita: Suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang lagi, Rasulullah juga memberinya. Keesokan harinya, datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah pun memberinya Keesokan harinya, ia datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah lalu bersabda, "Aku tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambillah yang kau mau dan jadikan sebagai utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang akan membayarnya."
Umar lalu berkata, "Wahai Rasulullah janganlah memberi diluar batas kemampuanmu." Rasulullah SAW tidak menyukai perkataan Umar tadi. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari Anshar sambil berkata, "Ya Rasulullah, jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan." Mendengar ucapan laki-laki tadi, Rasulullah tersenyum, lalu beliau berkata kepada Umar, "Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku." (HR Turmudzi).
Kisah 5
Ummu Salamah, istri Rasulullah SAW bercerita: Suatu hari Rasulullah SAW masuk ke rumahku dengan muka pucat. Aku khawatir beliau sedang sakit. "Ya Rasulullah, mengapa wajahmu pucat begini?" tanyaku.
Rasulullah menjawab,"Aku pucat begini bukan karena sakit, melainkan karena aku ingat uang tujuh dinar yang kita dapat kemarin sampai sore ini masih berada di bawah kasur dan kita belum menginfakkannya." (HR Al-Haitsami dan hadistnya shahih.
Semoga membantu kak
Kasih jawaban terbaik dong :)
Salah satu kisah yang menggambarkan kedermawanan luar biasa Rasulullah terjadi pada suatu hari di Kota Madinah. Seorang sahabat miskin, Abdullah, datang kepada Rasulullah dengan wajah penuh kekhawatiran. Mata Abdullah yang lelah mencerminkan beban berat yang dipikulnya.
“Ya Rasulullah,” seru Abdullah sambil menundukkan kepala, “keluargaku dalam keadaan lapar, dan saya tidak memiliki apa-apa untuk memberi mereka makan. Tolonglah kami, wahai Rasulullah.”
Melihat kondisi Abdullah, Rasulullah SAW yang penuh belas kasihan tidak bisa menyaksikan sahabatnya menderita. Beliau segera berpaling ke para sahabat yang hadir dan berkata, “Siapa di antara kalian yang bersedia membantu Abdullah dan keluarganya?”
Ali bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah dan sahabat yang setia, segera bangkit. “Ya Rasulullah, saya akan membantu mereka,” ucap Ali dengan tulus.
Rasulullah tersenyum melihat kebaikan hati Ali. Beliau memberikan beberapa kantung gandum kepada Ali dan berkata, “Bawa ini kepada Abdullah, dan pastikan keluarganya mendapatkan makanan yang cukup.”
Ali pun segera pergi membawa gandum kepada Abdullah. Pada saat itu, Rasulullah memandang sekelilingnya dan melihat seorang laki-laki tua yang duduk dengan wajah muram. Laki-laki itu adalah Zaid, seorang janda tua yang kehilangan suaminya dalam pertempuran. Kehidupannya menjadi semakin sulit tanpa pendamping.
Tanpa ragu, Rasulullah mendekati Zaid dan bertanya, “Bagaimana keadaanmu, wahai Zaid?”
Dengan penuh kesedihan, Zaid menceritakan betapa sulitnya hidupnya setelah kepergian suaminya. Rasulullah, yang selalu peka terhadap penderitaan sesama, berkata, “Allah tidak akan meninggalkanmu sendirian, wahai Zaid. Kami, umat Islam, adalah satu keluarga.”
Rasulullah kemudian memanggil Ali dan memberikan bagian dari gandum tersebut ke Zaid. Beliau menegaskan, “Ini adalah bagianmu, wahai Zaid. Jangan merasa sendirian; kita adalah satu umat.”
Kedermawanan Rasulullah tidak hanya terbatas pada memberi makanan. Pernah suatu ketika, seorang wanita buta datang menemui Rasulullah. Dengan suara lembut, wanita itu berkata, “Ya Rasulullah, aku buta dan hidup dalam kegelapan. Tolonglah aku, wahai pemimpin kami.”
Rasulullah SAW merasakan penderitaan wanita itu dan berkata, “Tuhan kita Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bersabarlah, wahai saudara kami. Namun, jika engkau mau, aku bisa membantumu.”
Wanita itu menjawab dengan penuh harap, “Ya Rasulullah, aku bersedia menerima bantuan apapun.”
Rasulullah menyentuh bahu wanita itu dengan lembut dan berdoa, “Ya Allah, bukakanlah mata ini agar ia dapat melihat keindahan ciptaan-Mu.”
Maka, dengan keajaiban yang hanya Allah mampu lakukan, wanita itu merasakan cahaya pertama kali dalam hidupnya. Air mata kebahagiaan mengalir di wajahnya yang dipenuhi rasa syukur.
Kedermawanan Rasulullah tidak pernah kenal lelah. Meskipun beliau merupakan pemimpin besar, beliau selalu terbuka untuk mendengarkan keluhan dan memenuhi kebutuhan sahabat-sahabatnya yang membutuhkan. Kisah-kisah ini menggambarkan kehangatan dan kepedulian yang menjadi ciri khas Rasulullah dalam menjalin hubungan dengan umatnya. Kedermawanan beliau tidak hanya menciptakan kesejahteraan materi, tetapi juga memberikan sinar kebahagiaan dan harapan kepada hati yang terpukul.
Semoga membantu^^