Ayah Carlo pembuat dasi yang hebat. Berbagai corak dan motif dasi telah dibuatnya. Polos, bergaris, polkadot, batik, dan lainnya. Banyak pula dasi yang dilukisnya sendiri. Carlo anak yang rajin dan cerdas. Selain membantu ayahnya melayani pembeli di toko, Carlo pun belajar melukis dasi. Sore ini, toko sedang sepi saat seorang laki-laki berwajah ramah muncul. Carlo terkejut. Orang itu adalah Doktor Agam, seorang peneliti lingkungan yang terkenal di kota Carlo. Hasil penelitiannya sangat bermanfaat bagi masyarakat.
“Ada yang bisa saya bantu,pak?” Carlo gugup. “Tolong carikan dasi yang cocok buatku, nak…” kata Doktor Agam lembut. “Aku ada acara besok malam.” “Nama saya Carlo. Apa warna baju yang akan anda pakai besok?” tanya Carlo bersemangat. “ehmmmm…putih polos.”
Aha! Carlo tersenyum. Tidak sulit! Semua warna dan motif dasi akan cocok dengan baju warna putih. Carlo teringat pada dasi buatanya. Alangkah bangganya jika dasi buatannya dipakai oleh orang sehebat Doktor Agam. Dasi itu berwarna biru. Di dasi itu, Carlo melukis gelombang laut, rumput laut, dan dua ekor ikan yang sedang berenang.
“Kehidupan di laut harus selalu dijaga. Itulah makna lukisan dasi buatan saya ini, pak,” jelas Carlo sambil menunjukkan dasi buatannya. “Oh, luar biasa! Aku akan membelinya.” Carlo senang sekali. Ia segera membungkus dasi itu, lalu menyerahkannya kepada Doktor Agam.
“Carlo, kau anak yang mengagumkan. Datanglah besok malam ke rumahku,” undang Doktor Agam. Wow! Carlo terperangah. Kejutan yang hebat. Esoknya, Carlo datang ke undangan Doktor Agam bersama ayahnya. Betapa bangganya Carlo melihat dasi buatannya dipakai oleh peneliti yang ramah itu.
“Selamat datang,”sambut Doktor Agam. “Ssst, apa dasi ini benar-benar cocok untukku?” “Tentu, pak,” bisik Carlo. Rumah Doktor Agam ramai. Ternyata, malam ini ada acara penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam. Terlihat beberapa polisi yang berjaga. Menurut ayah Carlo, Doktor Agam akhir-akhir ini sering mendapat ancaman penculikan.
Ayah Carlo asyik mengobrol dengan tamu lain. Sementara itu, Carlo berkeliling di rumah Doktor Agam yang luas. Tak sengaja, Carlo bertemu dengan empat penari topeng yang akan memberi hiburan. Sayang, mereka sangat tidak ramah.
Acara dimulai. Para tamu berkumpul di ruang tengah yang luas. Doktor Agam tersenyum pada semua tamu. Penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam diserahkan oleh wakil dari pemerintah kota. Para tamu bertepuk tangan. Lalu, para penari topeng muncul. Mereka menari dengan gagap gempita. Tiba-tiba lampu padam. Ruangan gelap gulita. Suasana kacau balau. Carlo ketakutan. Ia memegang erat ayahnya.
Untunglah lampu segera menyala. Acara kembali berlanjut. Tetapi, Carlo melihat sikap Doktor Agam yang tampak berbeda. Ia tak banyak senyum dan sering menunduk.
Setelah acara usai, para tamu berpamitan kepada Doktor Agam. “Terima kasih telah mengundang kamu!” pamit Carlo. Doktor Agam tampak tak peduli.
suatu hari, Naylah sedang berjalan jalan menuju rumah neneknya. rumah nenek sangatlah jauh. karena kelelahan, Naylah pergi berteduh dibawah pohon rindang yang selalu digunakannya buat berteduh. lalu, melanjutkan perjalanannya. keesokan harinya, Naylah mendapatan kabar bahwa pohon rindang yang selalu ditempatinya akan ditebang karena usianya sudah sangat tua. lalu dia cepat cepat pergi kebawah pohon ridang tua itu sambil menangis. ditengah menangisnya dia bahwa pohon itu berbicara padanya. pohon itu berkata "tak perlu sedih anak kecil, aku memang sudah sangat tua" dan lalu Naylah sadar, tiada makhluk hidup yang terus melindungi kita hingga mati. lalu Naylah pergi sambila melempar senyum yang lebar dan menceritakan pengalamannya pada Ibunda nya
---------TAMAT------------------------------------------------------------------------------------ maaf kalau jelek atau pendek
0 votes Thanks 1
PutriSilvi1
makasih banyak ya, kamu udah bantu aku
Ayah Carlo pembuat dasi yang hebat. Berbagai corak dan motif dasi telah dibuatnya. Polos, bergaris, polkadot, batik, dan lainnya. Banyak pula dasi yang dilukisnya sendiri. Carlo anak yang rajin dan cerdas. Selain membantu ayahnya melayani pembeli di toko, Carlo pun belajar melukis dasi. Sore ini, toko sedang sepi saat seorang laki-laki berwajah ramah muncul. Carlo terkejut. Orang itu adalah Doktor Agam, seorang peneliti lingkungan yang terkenal di kota Carlo. Hasil penelitiannya sangat bermanfaat bagi masyarakat.
“Ada yang bisa saya bantu,pak?” Carlo gugup.
“Tolong carikan dasi yang cocok buatku, nak…” kata Doktor Agam lembut. “Aku ada acara besok malam.”
“Nama saya Carlo. Apa warna baju yang akan anda pakai besok?” tanya Carlo bersemangat.
“ehmmmm…putih polos.”
Aha! Carlo tersenyum. Tidak sulit! Semua warna dan motif dasi akan cocok dengan baju warna putih. Carlo teringat pada dasi buatanya. Alangkah bangganya jika dasi buatannya dipakai oleh orang sehebat Doktor Agam. Dasi itu berwarna biru. Di dasi itu, Carlo melukis gelombang laut, rumput laut, dan dua ekor ikan yang sedang berenang.
“Kehidupan di laut harus selalu dijaga. Itulah makna lukisan dasi buatan saya ini, pak,” jelas Carlo sambil menunjukkan dasi buatannya.
“Oh, luar biasa! Aku akan membelinya.”
Carlo senang sekali. Ia segera membungkus dasi itu, lalu menyerahkannya kepada Doktor Agam.
“Carlo, kau anak yang mengagumkan. Datanglah besok malam ke rumahku,” undang Doktor Agam.
Wow! Carlo terperangah. Kejutan yang hebat.
Esoknya, Carlo datang ke undangan Doktor Agam bersama ayahnya. Betapa bangganya Carlo melihat dasi buatannya dipakai oleh peneliti yang ramah itu.
“Selamat datang,”sambut Doktor Agam. “Ssst, apa dasi ini benar-benar cocok untukku?”
“Tentu, pak,” bisik Carlo.
Rumah Doktor Agam ramai. Ternyata, malam ini ada acara penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam. Terlihat beberapa polisi yang berjaga. Menurut ayah Carlo, Doktor Agam akhir-akhir ini sering mendapat ancaman penculikan.
Ayah Carlo asyik mengobrol dengan tamu lain. Sementara itu, Carlo berkeliling di rumah Doktor Agam yang luas. Tak sengaja, Carlo bertemu dengan empat penari topeng yang akan memberi hiburan. Sayang, mereka sangat tidak ramah.
Acara dimulai. Para tamu berkumpul di ruang tengah yang luas. Doktor Agam tersenyum pada semua tamu. Penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam diserahkan oleh wakil dari pemerintah kota. Para tamu bertepuk tangan.
Lalu, para penari topeng muncul. Mereka menari dengan gagap gempita. Tiba-tiba lampu padam. Ruangan gelap gulita. Suasana kacau balau. Carlo ketakutan. Ia memegang erat ayahnya.
Untunglah lampu segera menyala. Acara kembali berlanjut. Tetapi, Carlo melihat sikap Doktor Agam yang tampak berbeda. Ia tak banyak senyum dan sering menunduk.
Setelah acara usai, para tamu berpamitan kepada Doktor Agam.
“Terima kasih telah mengundang kamu!” pamit Carlo. Doktor Agam tampak tak peduli.
suatu hari, Naylah sedang berjalan jalan menuju rumah neneknya. rumah nenek sangatlah jauh. karena kelelahan, Naylah pergi berteduh dibawah pohon rindang yang selalu digunakannya buat berteduh. lalu, melanjutkan perjalanannya. keesokan harinya, Naylah mendapatan kabar bahwa pohon rindang yang selalu ditempatinya akan ditebang karena usianya sudah sangat tua. lalu dia cepat cepat pergi kebawah pohon ridang tua itu sambil menangis. ditengah menangisnya dia bahwa pohon itu berbicara padanya. pohon itu berkata "tak perlu sedih anak kecil, aku memang sudah sangat tua" dan lalu Naylah sadar, tiada makhluk hidup yang terus melindungi kita hingga mati. lalu Naylah pergi sambila melempar senyum yang lebar dan menceritakan pengalamannya pada Ibunda nya
---------TAMAT------------------------------------------------------------------------------------
maaf kalau jelek atau pendek