Banyak nama daerah di Indonesia yang erat hubungannya dengan cerita rakyat yang dituturkan secara turun-temurun. Kota Salatiga juga mempunyai cerita rakyat yang berhubungan dengan asal usul namanya. Kota kecil yang berada di Jawa Tengah (Jateng) ini ternyata mempunyai cerita yang berhubungan dengan salah satu wali sanga atau wali sembilan yang kerap pula dieja sebagai wali songo, yakni Sunan Kalijaga.
Pada suatu ketika, Ki Ageng Pandanaran bertemu seorang pencari rumput yang sudah tua. Ia pun membeli rumput dari orang tua itu dengan harga murah. Namun, tanpa disadari sang adipati, si pencari rumput itu menyelipkan uang yang dibayarkan ke dalam keranjang rumput yang dibawa ke kediaman Ki Ageng Pandanaran.
Sesampainya di kediamannya, sang adipati menerima laporan bahwa terdapat uang di dalam keranjang rumput tersebut. Sang adipati yang menyadari bahwa uang itu adalah miliknya yang dibayarkan ke pencari rumput pun geram dan memanggil pencari rumput untuk datang ke kediamannya.
Ki Ageng Pandanaran yang sedang marah besar lantas meluapkan emosinya ke pencari rumput tersebut. “Dasar pencari rumput miskin sombong! Kau menolak pemberianku sama saja kau menghinaku,” bentak sang adipati.
Tak lama kemudian, si pencari rumput itu meminta maaf dan mengungkapkan jati diri aslinya kepada sang adipati. Tak disangka, pencari rumput tua itu ialah Sunan Kalijaga yang sedang menyamar. Ki Ageng Pandanaran pun lantas memohon ampun kepada sang sunan atas perbuatannya.
Sang sunan bersedia memaafkan dengan syarat Ki Ageng Pandanaran harus mengembara dan meninggalkan semua harta yang dimiliki. Sang adipati pun bersedia dan akan mengembara mengikuti Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga pun berangkat terlebih dahului sebelum disusul sang adipati. Ketika Ki Ageng Pandanaran hendak berangkat, istrinya, Nyi Ageng Pandanaran, ingin ikut mengembara. Namun lstrinya menyatakan bahwa ia tak rela meninggalkan harta bendanya. la meminta suaminya berangkat Iebih dulu. Lalu, Nyi Ageng Pandanaran menyimpan emas dan permata di dalam tongkatnya yg terbuat dari bambu.
Nyi Ageng Pandanaran pun akhirnya menyusul suaminya. Dalam perjalanan, Sunan Kalijaga diadang oleh tiga orang penyamun. “Jika kau ingin barang berharga, tunggulah! Sebentar lagi, akan lewat seorang perempuan tua. Cegat dia. Kau akan mendapatkan emas permata dalam tongkat bambunya,” kata Sunan Kalijaga kepada tiga penyamun itu.
Muncullah Nyi Ageng Pandanaran yang berjalan tertatih dengan tongkat bambu. Ketiga penyamun tersebut menghadang dan merampas tongkat bambu yang ia pegang. Nyi Ageng Pandanaran tidak dapat berbuat apa-apa selain merelakan hartanya yang dirampas. Ketika berhasil bertemu dengan suaminya dan Sunan Kalijaga, ia menceritakan kejadian perampokan yang dialaminya sambil menangis.
Untuk mengingat kejadian tersebut, Sunan Kalijaga menamakan daerah yang dilewati Nyi Ageng Pandanaran saat dirampok itu dengan nama Salah Tiga karena perampokan itu terjadi karena ada tiga pihak yang melakukan kesalahan, yakni Ki Ageng Pandanaran, istrinya, dan para penyamun. Seiring perkembangan zaman, nama Salah Tiga bergeser ucapannya menjadi Salatiga.
Kini Salatiga yang sejarah asal usul namanya menurut cerita rakyat terkait Nyi Ageng Pandanaran itu menjadi kota yang ramai seperti yang pernah diprediksi oleh Sunan
Verified answer
Jawaban:
Banyak nama daerah di Indonesia yang erat hubungannya dengan cerita rakyat yang dituturkan secara turun-temurun. Kota Salatiga juga mempunyai cerita rakyat yang berhubungan dengan asal usul namanya. Kota kecil yang berada di Jawa Tengah (Jateng) ini ternyata mempunyai cerita yang berhubungan dengan salah satu wali sanga atau wali sembilan yang kerap pula dieja sebagai wali songo, yakni Sunan Kalijaga.
Pada suatu ketika, Ki Ageng Pandanaran bertemu seorang pencari rumput yang sudah tua. Ia pun membeli rumput dari orang tua itu dengan harga murah. Namun, tanpa disadari sang adipati, si pencari rumput itu menyelipkan uang yang dibayarkan ke dalam keranjang rumput yang dibawa ke kediaman Ki Ageng Pandanaran.
Sesampainya di kediamannya, sang adipati menerima laporan bahwa terdapat uang di dalam keranjang rumput tersebut. Sang adipati yang menyadari bahwa uang itu adalah miliknya yang dibayarkan ke pencari rumput pun geram dan memanggil pencari rumput untuk datang ke kediamannya.
Ki Ageng Pandanaran yang sedang marah besar lantas meluapkan emosinya ke pencari rumput tersebut. “Dasar pencari rumput miskin sombong! Kau menolak pemberianku sama saja kau menghinaku,” bentak sang adipati.
Tak lama kemudian, si pencari rumput itu meminta maaf dan mengungkapkan jati diri aslinya kepada sang adipati. Tak disangka, pencari rumput tua itu ialah Sunan Kalijaga yang sedang menyamar. Ki Ageng Pandanaran pun lantas memohon ampun kepada sang sunan atas perbuatannya.
Sang sunan bersedia memaafkan dengan syarat Ki Ageng Pandanaran harus mengembara dan meninggalkan semua harta yang dimiliki. Sang adipati pun bersedia dan akan mengembara mengikuti Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga pun berangkat terlebih dahului sebelum disusul sang adipati. Ketika Ki Ageng Pandanaran hendak berangkat, istrinya, Nyi Ageng Pandanaran, ingin ikut mengembara. Namun lstrinya menyatakan bahwa ia tak rela meninggalkan harta bendanya. la meminta suaminya berangkat Iebih dulu. Lalu, Nyi Ageng Pandanaran menyimpan emas dan permata di dalam tongkatnya yg terbuat dari bambu.
Nyi Ageng Pandanaran pun akhirnya menyusul suaminya. Dalam perjalanan, Sunan Kalijaga diadang oleh tiga orang penyamun. “Jika kau ingin barang berharga, tunggulah! Sebentar lagi, akan lewat seorang perempuan tua. Cegat dia. Kau akan mendapatkan emas permata dalam tongkat bambunya,” kata Sunan Kalijaga kepada tiga penyamun itu.
Muncullah Nyi Ageng Pandanaran yang berjalan tertatih dengan tongkat bambu. Ketiga penyamun tersebut menghadang dan merampas tongkat bambu yang ia pegang. Nyi Ageng Pandanaran tidak dapat berbuat apa-apa selain merelakan hartanya yang dirampas. Ketika berhasil bertemu dengan suaminya dan Sunan Kalijaga, ia menceritakan kejadian perampokan yang dialaminya sambil menangis.
Untuk mengingat kejadian tersebut, Sunan Kalijaga menamakan daerah yang dilewati Nyi Ageng Pandanaran saat dirampok itu dengan nama Salah Tiga karena perampokan itu terjadi karena ada tiga pihak yang melakukan kesalahan, yakni Ki Ageng Pandanaran, istrinya, dan para penyamun. Seiring perkembangan zaman, nama Salah Tiga bergeser ucapannya menjadi Salatiga.
Kini Salatiga yang sejarah asal usul namanya menurut cerita rakyat terkait Nyi Ageng Pandanaran itu menjadi kota yang ramai seperti yang pernah diprediksi oleh Sunan
Penjelasan:
jadikan jawaban tercerdas ya...