fannyrawan
FABEL SI monk_ey YANG RAKUS Ada seekor kera rakus di suatu hutan. Karena kerakusannya ia dijuluki si monk_ey oleh teman-temannya. Ketika itu ia ingin maka pisang, tetapi ia takut mencuri di kebun pak tani. Ia berpikir beberapa saat dan dia teringat pada temannya katak. Si monk_ey kemudian pergi ketepi sungai menemui katak. Si monk_ey : “Tak, katak, ayo timbul !” Setelah memanggil-manggil beberapa kali katak muncul di tepi sungai. Katak : “Ada apa n_yet !” kamu memanggil-manggil aku ? Tanya katak. Si monk_ey : “Begini ! aku punya ide, bagaimana kalau kita menanam pisang.” Katak : “Ah, kamu n_yet, makananku kan nyamuk bukannya pisang.” Si monk_ey : “Makan pisang sekali-sekali kan nggak salah kan, tak !” Si monk_ey terus memaksa katak untuk menanam pisang. Karena dipaksa terus oleh si monk_ey, akhirnya katak mau menanam pisang. Katak : “Baiklah ! karena kamu terus menerus memaksa aku setuju.” Si monk_ey : “Nah ! begitu dong, itu baru namanya teman, dan dimana kita mencari bibitnya ?” Tanya monk_ey. Katak : “Di sungai ini, biasanya banyak pohon pisang yang hanyut terbawa arus.” Setelah menunggu cukup lama, akhirnya ada satu batang pisang yang hanyut. Si monk_ey : “Tak, tak, ada pohon pisang yang hanyut, ayo cepat seret ke tepi.” Katak : “Baiklah nye,t akan segera ku ambil.” Katak pun terjun ke sungai untuk mengambil pohon pisang. Mereka terus saja menunggu, tetapi tidak ada pohon pisang yang hanyut. Katak : “Bagaimana ini n_yet, pohon pisangnya Cuma satu ?” Tanya katak Si monk_ey : “Bagaimana kalau kita potong menjadi dua, aku ambil bagian atas, kamu ambil bagian yang bawah. Katak : “Ah, itu namanya curang.” Si monk_ey : “Tetapi makanan utamamu kan bukan pisang.” Karena terus dipaksa si monk_ey, akhirnya katak mau mengalah. Katak : “Dimana kita menanam pisang ini ?” Tanya katak Si monk_ey : “Kita tanam di kebun masing-masing.” Akhirnya keduanya berpisah untuk menanam pisang di kebunnya masing-masing. Setelah dua bulan, si monk_ey datang mengunjungi katak. Si monk_ey : “Tak, bagaimana tanaman pisangmu ?” Tanya si monk_ey Katak : “Tumbuh dengan subur dan sudah berbuah, tetapi belum masak.” Bagaimana tanaman pisangmu n_yet.” Tanya katak Si monk_ey : “Sama tak !” Setelah berbicara cukup lama monk_ey pulang dan satu bulan kemudian si monk_ey mengunjungi katak lagi. Si monk_ey : “Bagaimana tanaman pisangmu ?” Tanya si monk_ey Katak : “Buahnya sudah masak semua !” Si monk_ey : “Kalau begitu, bagaimana kalau kita memetiknya ?” Katak : “Kebetulan, aku tidak bisa memanjat.” Keduanya akhirnya pergi ke kebun katak. Katak : “N_yet, cepat n_yet, aku sudah tidak sabar lagi !” Si monk_ey : “Baiklah tak !” Si monk_ey akhirnya memanjat pohon pisang. Katak : “Nyet, bagi aku pisangnya !” Si monk_ey : “Kamu kan tidak bisa memanjat tak !” “Kamu makan kulitnya saja !” Katak terus memaksa monk_ey untuk memberikan buah pisangnya, tetapi si monk_ey tidak memperdulikan, dan terus saja makan pisang. Sehingga katak menjadi marah. Katak : “N_yet, cepat habiskan buah pisangnya, pohon ini sebentar lagi akan kutebang, lagi pula makanan utama ku nyamuk bukannya pisang.” Tetapi si monk_ey tidak memperdulikan katak, sehingga membuat katak semakin marah. Karena si monk_ey tidak memperdulikannya, akhirnya katak menebang pohon pisangnya. “Crott ! terdengar batang pisang putus si monk_ey terlempar kesemak. Perutnya robek tertusuk ranting. Pisang yang dimakannya terkeluar bersamaan dengan darah. Akhirnya si monk_ey mati karena kerakusannya.
Ada seekor kera rakus di suatu hutan. Karena kerakusannya ia dijuluki si monk_ey oleh teman-temannya. Ketika itu ia ingin maka pisang, tetapi ia takut mencuri di kebun pak tani. Ia berpikir beberapa saat dan dia teringat pada temannya katak. Si monk_ey kemudian pergi ketepi sungai menemui katak. Si monk_ey : “Tak, katak, ayo timbul !” Setelah memanggil-manggil beberapa kali katak muncul di tepi sungai. Katak : “Ada apa n_yet !” kamu memanggil-manggil aku ? Tanya katak.
Si monk_ey : “Begini ! aku punya ide, bagaimana kalau kita menanam pisang.”
Katak : “Ah, kamu n_yet, makananku kan nyamuk bukannya pisang.”
Si monk_ey : “Makan pisang sekali-sekali kan nggak salah kan, tak !” Si monk_ey terus memaksa katak untuk menanam pisang. Karena dipaksa terus oleh si monk_ey, akhirnya katak mau menanam pisang. Katak : “Baiklah ! karena kamu terus menerus memaksa aku setuju.”
Si monk_ey : “Nah ! begitu dong, itu baru namanya teman, dan dimana kita mencari bibitnya ?” Tanya monk_ey.
Katak : “Di sungai ini, biasanya banyak pohon pisang yang hanyut terbawa arus.” Setelah menunggu cukup lama, akhirnya ada satu batang pisang yang hanyut. Si monk_ey : “Tak, tak, ada pohon pisang yang hanyut, ayo cepat seret ke tepi.”
Katak : “Baiklah nye,t akan segera ku ambil.” Katak pun terjun ke sungai untuk mengambil pohon pisang. Mereka terus saja menunggu, tetapi tidak ada pohon pisang yang hanyut. Katak : “Bagaimana ini n_yet, pohon pisangnya Cuma satu ?” Tanya katak
Si monk_ey : “Bagaimana kalau kita potong menjadi dua, aku ambil bagian atas, kamu ambil bagian yang bawah.
Katak : “Ah, itu namanya curang.”
Si monk_ey : “Tetapi makanan utamamu kan bukan pisang.” Karena terus dipaksa si monk_ey, akhirnya katak mau mengalah. Katak : “Dimana kita menanam pisang ini ?” Tanya katak
Si monk_ey : “Kita tanam di kebun masing-masing.” Akhirnya keduanya berpisah untuk menanam pisang di kebunnya masing-masing. Setelah dua bulan, si monk_ey datang mengunjungi katak. Si monk_ey : “Tak, bagaimana tanaman pisangmu ?” Tanya si monk_ey
Katak : “Tumbuh dengan subur dan sudah berbuah, tetapi belum masak.” Bagaimana tanaman pisangmu n_yet.” Tanya katak
Si monk_ey : “Sama tak !” Setelah berbicara cukup lama monk_ey pulang dan satu bulan kemudian si monk_ey mengunjungi katak lagi. Si monk_ey : “Bagaimana tanaman pisangmu ?” Tanya si monk_ey
Katak : “Buahnya sudah masak semua !”
Si monk_ey : “Kalau begitu, bagaimana kalau kita memetiknya ?”
Katak : “Kebetulan, aku tidak bisa memanjat.” Keduanya akhirnya pergi ke kebun katak. Katak : “N_yet, cepat n_yet, aku sudah tidak sabar lagi !”
Si monk_ey : “Baiklah tak !” Si monk_ey akhirnya memanjat pohon pisang. Katak : “Nyet, bagi aku pisangnya !”
Si monk_ey : “Kamu kan tidak bisa memanjat tak !” “Kamu makan kulitnya saja !” Katak terus memaksa monk_ey untuk memberikan buah pisangnya, tetapi si monk_ey tidak memperdulikan, dan terus saja makan pisang. Sehingga katak menjadi marah. Katak : “N_yet, cepat habiskan buah pisangnya, pohon ini sebentar lagi akan kutebang, lagi pula makanan utama ku nyamuk bukannya pisang.” Tetapi si monk_ey tidak memperdulikan katak, sehingga membuat katak semakin marah. Karena si monk_ey tidak memperdulikannya, akhirnya katak menebang pohon pisangnya.
“Crott ! terdengar batang pisang putus si monk_ey terlempar kesemak. Perutnya robek tertusuk ranting. Pisang yang dimakannya terkeluar bersamaan dengan darah. Akhirnya si monk_ey mati karena kerakusannya.