Drama “Tanah yang Hilang” karya Rifton Suba menceritakan tentang seorang ayah yang tidak mau menjual tanah sawahnya kepada pengusaha yang bekerja sama dengan kepala desa walaupun diberi iming-iming uang dan kehidupan yang baik.Berbagai halangan dan rintangan harus di hadapi oleh tokoh ayah demi mempertahankan sawah yang dimilikinya. Bahkan istrinya yang semula sangat setia dan selalu mendukung setiap hal yang dilakukannya,kini berbalik arah dengan memberikan surat tanah yang dimilikinya.Padahal sang istri melakukan hal itu karena ia tidak mau sang ayah mengalami hal-hal buruk yang dapat mengancam keselamatan hidupnya.Bahkan warga pun ikut melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh sang istri dengan menyerahkan tanah yang mereka miliki kepada Kepala Desa dengan imbalan mereka diberikan sejumlah uang dan kehidupan yang layak nantinya. Melihat hal yang telah dilakukan oleh Kepala Desa membut ayah menjadi marah. Ayah mengajak sebagian masyarakat yang sependapat dengan dia yaitu mempertahankan tanah yang mereka miliki untuk mendatang Kepala Desa dengan maksud agar dia mau menyerahkan kembali surat tanah yang telah mereka serahkan kepadanya. Namun Kepala Desa tidak mau menyerahkan surat tanah tersebut, ia tetap mempertahankan keinginannya untuk menyerahkan tanah warganya kepada pengusaha karena ia juga telah diberikan sejumlah uang yang cukup besar jika tanah itu berhasil diberikan kepada pengusaha tersebut. Kepala Desa sangat serakah.Hanya karena uang yang dijanjikan oleh pengusaha, ia rela mengorbankan kepentingan masyarakatnya yang telah mempercayainya untuk dapat melindungi mereka dan mempertahankan kepentingan masyarakatnya. Akhirnya,akibat keserakahan yang dimiliki oleh Kepala Desa ia harus pula mengorbankan nyawanya kepada masyarakat. Hal ini disebabkan oleh akibat sikapnya itu warga masyarakat menjadi marah, mereka mengeroyok Kepala Desa sampai sampai membuat nyawanya hilang.
jackharry
Ibu terkulai di kursi seperti orang mati. Pintu, jendela, televisi, telepon, perabotan, buku, cangkir teh, dan lain-lain masih seperti dulutetapi waktu telah berlalu sepuluh tahun. Tinggal Ibu kini di ruang keluarga itu, masih terkulai seperti sepuluh tahun yang lalu. Rambut, wajah, dan busananya bagai menunjuk keberadaan waktu.
Telepon berdering. Ibu tersentak bangun dan langsung menyambar telepon. Diangkatnya ke telinga. Ternyata yang berbunyi telepon genggam. Ketika disambarnya pula, deringnya sudah berhenti. Ibu bergumam.
Nah, sekarang ayo kita analisis unsur intrinsic setting atau latarnya.
Latar tempat: ruang keluarga Latar waktu: masa kini Latar suasana: sedih (terkulai di kursi seperti orang mati.
Nah, itulah cara membaca latar dengan sederhana. Kadang-kadang latar bisa langsung terlihat dari kata-kata yang dipakai, dan bisa juga tersirat. Kamu juga bisa, kan?
Drama “Tanah yang Hilang” karya Rifton Suba menceritakan tentang seorang ayah yang tidak mau menjual tanah sawahnya kepada pengusaha yang bekerja sama dengan kepala desa walaupun diberi iming-iming uang dan kehidupan yang baik.Berbagai halangan dan rintangan harus di hadapi oleh tokoh ayah demi mempertahankan sawah yang dimilikinya. Bahkan istrinya yang semula sangat setia dan selalu mendukung setiap hal yang dilakukannya,kini berbalik arah dengan memberikan surat tanah yang dimilikinya.Padahal sang istri melakukan hal itu karena ia tidak mau sang ayah mengalami hal-hal buruk yang dapat mengancam keselamatan hidupnya.Bahkan warga pun ikut melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh sang istri dengan menyerahkan tanah yang mereka miliki kepada Kepala Desa dengan imbalan mereka diberikan sejumlah uang dan kehidupan yang layak nantinya. Melihat hal yang telah dilakukan oleh Kepala Desa membut ayah menjadi marah. Ayah mengajak sebagian masyarakat yang sependapat dengan dia yaitu mempertahankan tanah yang mereka miliki untuk mendatang Kepala Desa dengan maksud agar dia mau menyerahkan kembali surat tanah yang telah mereka serahkan kepadanya. Namun Kepala Desa tidak mau menyerahkan surat tanah tersebut, ia tetap mempertahankan keinginannya untuk menyerahkan tanah warganya kepada pengusaha karena ia juga telah diberikan sejumlah uang yang cukup besar jika tanah itu berhasil diberikan kepada pengusaha tersebut. Kepala Desa sangat serakah.Hanya karena uang yang dijanjikan oleh pengusaha, ia rela mengorbankan kepentingan masyarakatnya yang telah mempercayainya untuk dapat melindungi mereka dan mempertahankan kepentingan masyarakatnya. Akhirnya,akibat keserakahan yang dimiliki oleh Kepala Desa ia harus pula mengorbankan nyawanya kepada masyarakat. Hal ini disebabkan oleh akibat sikapnya itu warga masyarakat menjadi marah, mereka mengeroyok Kepala Desa sampai sampai membuat nyawanya hilang.
tuh maaf kalau salah...
Telepon berdering. Ibu tersentak bangun dan langsung menyambar telepon. Diangkatnya ke telinga. Ternyata yang berbunyi telepon genggam. Ketika disambarnya pula, deringnya sudah berhenti. Ibu bergumam.
Nah, sekarang ayo kita analisis unsur intrinsic setting atau latarnya.
Latar tempat: ruang keluarga
Latar waktu: masa kini
Latar suasana: sedih (terkulai di kursi seperti orang mati.
Nah, itulah cara membaca latar dengan sederhana. Kadang-kadang latar bisa langsung terlihat dari kata-kata yang dipakai, dan bisa juga tersirat. Kamu juga bisa, kan?