Indonesia dengan jumlah penduduk hampir 250.000.000 orang ternyata masih belum mampu meyejahterakan penduduknya. Masih banyak orang-orang miskin yang butuh perhatian dari pemerintah, tetapi belum mendapatkannya. Akhirnya banyak yang menjadi pengemis, pemulung, bahkan menganggur.
Tetapi banyak juga yang memilih untuk tidak menyerah pada kemiskinan, seperti halnya para pedagang asongan, yang menggelar lapak di pinggir jalan, atau PKL yang mendorong roda berkilo-kilo meter jauhnya hanya demi sesuap nasi pada hari itu.
Puji syukur kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan hidayahNya kami dapat mempunyai kesempatan untuk melaksanakan kegiatan wawancara dengan pedagang buah di trotoar Jl. KHZ. Mustofa Tasikmalaya. Kegiatan wawancara ini merupakan satu dari sekian tugas yang diberikan dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk mengikuti Ujian Nasional 2016.
Adapun tujuan dari wawancara itu sendiri adalah untuk memperoleh informasi dari narasumber mengenai topik pembicaraan. Kami mengambil sebuah topik Berdagang Makanan untuk Makan, oleh karenanya kami mewawancarai seorang pedagang buah di trotoar.
Dengan terlaksananya kegiatan wawancara ini, harapan kami bisa memenuhi tugas Bahasa Indonesia dan mendapatkan nilai yang baik.
B. Tujuan Wawancara
Mengetahui lebih dalam tentang kehidupan pedagang buah trotoar
Memahami dan menguasai teknik-teknik dalam wawancara
Memperoleh informasi
Memenuhi tugas Bahasa Indonesia
C. Topik Wawancara
Topik kegiatan wawancara ini adalah Berdagang Makanan untuk Makan
D. Waktu dan Tempat Wawancara
Kegiatan wawancara ini dilaksanakan pada:
Hari / tanggal: Senin / 1 November 2016
Pukul: 13:00 WIB – selesai
Tempat: Jl. KHZ Mustofa
HASIL WAWANCARA
A. Narasumber
Nama: Bpk. Endang Sutarma
Tempat, tanggal lahir: Tasikmalaya, 5 Desember 1978
Alamat: Jl. Bebedahan
Pekerjaan: Pedagang Buah
B. Pewawancara
Wawancara ini dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari:
Pewawancara: Agus Munandar / 02301437
Pencatat: Arti Setiawati / 02301439
Dokumentasi: Yanto Andriansyah / 02301450
C. Transkrip Hasil Wawancara
Pewawancara (P): Assalaamu’alaykum. Selamat siang, pak, kami dari SMKN 2 Tasikmalaya mau izin meminta waktunya sebentar untuk diwawancarai.
Narasumber (N): Wa’alaykumussalaam. Wah duh, gak salah ini, jang?
P: Iya, pak, kami ada tugas dari sekolah untuk mewawancarai bapak.
N: Oh, tugas, ya. Baiklah, silakan.
P: Alhamdulillaah. Kami mulai pertanyaannya ya, pak. Boleh tau identitas bapak? Nama tempat tanggal lahir?
N: Nama bapak, Endang Sutarma, lahir di Tasikmalaya 5 Desember 1978.
P: Apa bapak sudah berkeluarga?
N: Alhamdulillah, sudah, jang. Anak bapak ada 3; satu masih SMP, yang dua lagi setelah lulus SMA langsung bekerja.
P: Kalau boleh tahu, anak bapak bekerja apa?
N: Anak bapak yang satu jadi kuli bangunan, yang satu lagi jadi pedagang asongan di terminal Indihiang.
P: Kalau bapak sendiri jualan buah sudah berapa lama?
N: Wah … sudah lama sekali, jang, kurang lebih sudah 15 tahun bapak berjualan buah.
P: Sudah lama sekali ya, pak. Apa pendapatan yang dihasilkan cukup untuk kehidupan sehari-hari keluarga bapak, terutama membiayai anak sekolah?
N: Yah, jang, dicukup-cukupkan saja, mau bagaimana lagi rezekinya sudah seperti ini, diterima saja.
P: Maksudnya, pak?
N: Begini, jang, kalau jadi orang itu harus merasa cukup dengan semua yang sudah diusahakan, jangan meminta lebih kalau usahanya gak seberat apa yang diinginkan. Alhamdulillah kami cukup dan selalu bersyukur.
P: Kalau boleh tahu, pak, berapa pendapatan bapak setiap hari?
N: Tidak banyak, jang, bersihnya bapak bisa dapat 20.000 saja. Itu pun jarang-jarang dan belum termasuk uang retribusi.
P: Uang retribusinya berapa, pak?
N: Tiga ribu rupiah, jang.
P: Kenapa bapak terpikirkan untuk berdagang? Khususnya menjadi pedagang buah?
N: Awalnya karena dulu, saat bapak nganggur, diajak tetangga yang sudah lebih dahulu jualan buah keliling. Ya, bapak ikut aja.
P: Jadi pada awalnya, sebelum bapak berjualan buah di trotoar seperti ini, bapak berjualan buah berkeliling?
N: Iya, jang. Sekarang juga masih keliling, tapi lebih lama di sini, di trotoar.
P: Pas pertama kali ikut jualan buah, apa bapak harus bayar dulu?
N: Alhamdulillah, tidak, jang. Bapak langsung diizinkan untuk membantu menjualkan buah.
P: Sehari bisa laku berapa buah, pak?
N: Tidak tentu. Kadang habis kadang sisa. Sekali berjualan, bapak biasa ambil 30 buah dengan macam-macam jenis.
P: Oh, gitu, pak. Buah yang dijual apa saja, pak?
N: Banyak, jang, ada semangka, melon, nanas, pepaya, dan jambu air.
P: Kalau berjualan, biasanya dimulai jam berapa, pak?
N: Kalau bapak sih biasa berjualan dari jam 8 pagi, pas toko-toko di sini buka, sampai jam 5 sore.
P: Terimakasih, pak, kami kira sudah cukup mengetahui. Maafkan kalau kami kurang sopan. Semoga bapak dan keluarga bapak selalu diberikan kesehatan dan usahanya lancar.
N: Aamiin. Terimakasih, jang.
6 votes Thanks 6
shinfin
PENUTUP
Simpulan
Setelah wawancara dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa di Indonesia masih banyak orang-orang seperti bapak Endang yang memilih untuk berjualan di pinggir jalan walaupun pendapatannya tidak seberapa banyak. Retribusi yang disebutkan bapak Endang menurut kami terlalu besar, belum lagi menurut informasi yang kami dapatkan ada juga uang untuk preman. Dari bapak Endang kami belajar tentang usaha yang sebenaranya dan selalu merasa cukup atas apa yang telah diusahakan saja.
2.nama reporter
3.kapan pelaksanaan(tgl wawancara, waktu, tempatdll)
3.laporan wawancara/isi wawancara
4.kesimpulan
5.tanda tangan reporter
Maaf jika salah
Laporan Wawancara Pedagang Buah di Trotoar
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Wawancara
Indonesia dengan jumlah penduduk hampir 250.000.000 orang ternyata masih belum mampu meyejahterakan penduduknya. Masih banyak orang-orang miskin yang butuh perhatian dari pemerintah, tetapi belum mendapatkannya. Akhirnya banyak yang menjadi pengemis, pemulung, bahkan menganggur.
Tetapi banyak juga yang memilih untuk tidak menyerah pada kemiskinan, seperti halnya para pedagang asongan, yang menggelar lapak di pinggir jalan, atau PKL yang mendorong roda berkilo-kilo meter jauhnya hanya demi sesuap nasi pada hari itu.
Puji syukur kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan hidayahNya kami dapat mempunyai kesempatan untuk melaksanakan kegiatan wawancara dengan pedagang buah di trotoar Jl. KHZ. Mustofa Tasikmalaya. Kegiatan wawancara ini merupakan satu dari sekian tugas yang diberikan dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk mengikuti Ujian Nasional 2016.
Adapun tujuan dari wawancara itu sendiri adalah untuk memperoleh informasi dari narasumber mengenai topik pembicaraan. Kami mengambil sebuah topik Berdagang Makanan untuk Makan, oleh karenanya kami mewawancarai seorang pedagang buah di trotoar.
Dengan terlaksananya kegiatan wawancara ini, harapan kami bisa memenuhi tugas Bahasa Indonesia dan mendapatkan nilai yang baik.
B. Tujuan Wawancara
Mengetahui lebih dalam tentang kehidupan pedagang buah trotoar
Memahami dan menguasai teknik-teknik dalam wawancara
Memperoleh informasi
Memenuhi tugas Bahasa Indonesia
C. Topik Wawancara
Topik kegiatan wawancara ini adalah Berdagang Makanan untuk Makan
D. Waktu dan Tempat Wawancara
Kegiatan wawancara ini dilaksanakan pada:
Hari / tanggal: Senin / 1 November 2016
Pukul: 13:00 WIB – selesai
Tempat: Jl. KHZ Mustofa
HASIL WAWANCARA
A. Narasumber
Nama: Bpk. Endang Sutarma
Tempat, tanggal lahir: Tasikmalaya, 5 Desember 1978
Alamat: Jl. Bebedahan
Pekerjaan: Pedagang Buah
B. Pewawancara
Wawancara ini dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari:
Pewawancara: Agus Munandar / 02301437
Pencatat: Arti Setiawati / 02301439
Dokumentasi: Yanto Andriansyah / 02301450
C. Transkrip Hasil Wawancara
Pewawancara (P): Assalaamu’alaykum. Selamat siang, pak, kami dari SMKN 2 Tasikmalaya mau izin meminta waktunya sebentar untuk diwawancarai.
Narasumber (N): Wa’alaykumussalaam. Wah duh, gak salah ini, jang?
P: Iya, pak, kami ada tugas dari sekolah untuk mewawancarai bapak.
N: Oh, tugas, ya. Baiklah, silakan.
P: Alhamdulillaah. Kami mulai pertanyaannya ya, pak. Boleh tau identitas bapak? Nama tempat tanggal lahir?
N: Nama bapak, Endang Sutarma, lahir di Tasikmalaya 5 Desember 1978.
P: Apa bapak sudah berkeluarga?
N: Alhamdulillah, sudah, jang. Anak bapak ada 3; satu masih SMP, yang dua lagi setelah lulus SMA langsung bekerja.
P: Kalau boleh tahu, anak bapak bekerja apa?
N: Anak bapak yang satu jadi kuli bangunan, yang satu lagi jadi pedagang asongan di terminal Indihiang.
P: Kalau bapak sendiri jualan buah sudah berapa lama?
N: Wah … sudah lama sekali, jang, kurang lebih sudah 15 tahun bapak berjualan buah.
P: Sudah lama sekali ya, pak. Apa pendapatan yang dihasilkan cukup untuk kehidupan sehari-hari keluarga bapak, terutama membiayai anak sekolah?
N: Yah, jang, dicukup-cukupkan saja, mau bagaimana lagi rezekinya sudah seperti ini, diterima saja.
P: Maksudnya, pak?
N: Begini, jang, kalau jadi orang itu harus merasa cukup dengan semua yang sudah diusahakan, jangan meminta lebih kalau usahanya gak seberat apa yang diinginkan. Alhamdulillah kami cukup dan selalu bersyukur.
P: Kalau boleh tahu, pak, berapa pendapatan bapak setiap hari?
N: Tidak banyak, jang, bersihnya bapak bisa dapat 20.000 saja. Itu pun jarang-jarang dan belum termasuk uang retribusi.
P: Uang retribusinya berapa, pak?
N: Tiga ribu rupiah, jang.
P: Kenapa bapak terpikirkan untuk berdagang? Khususnya menjadi pedagang buah?
N: Awalnya karena dulu, saat bapak nganggur, diajak tetangga yang sudah lebih dahulu jualan buah keliling. Ya, bapak ikut aja.
P: Jadi pada awalnya, sebelum bapak berjualan buah di trotoar seperti ini, bapak berjualan buah berkeliling?
N: Iya, jang. Sekarang juga masih keliling, tapi lebih lama di sini, di trotoar.
P: Pas pertama kali ikut jualan buah, apa bapak harus bayar dulu?
N: Alhamdulillah, tidak, jang. Bapak langsung diizinkan untuk membantu menjualkan buah.
P: Sehari bisa laku berapa buah, pak?
N: Tidak tentu. Kadang habis kadang sisa. Sekali berjualan, bapak biasa ambil 30 buah dengan macam-macam jenis.
P: Oh, gitu, pak. Buah yang dijual apa saja, pak?
N: Banyak, jang, ada semangka, melon, nanas, pepaya, dan jambu air.
P: Kalau berjualan, biasanya dimulai jam berapa, pak?
N: Kalau bapak sih biasa berjualan dari jam 8 pagi, pas toko-toko di sini buka, sampai jam 5 sore.
P: Terimakasih, pak, kami kira sudah cukup mengetahui. Maafkan kalau kami kurang sopan. Semoga bapak dan keluarga bapak selalu diberikan kesehatan dan usahanya lancar.
N: Aamiin. Terimakasih, jang.