Rasulullah Muhammad SAW juga menyatakan dirinya dan kaumnya "ummiy" dengan penegasan maksudnya "tidak menulis dan tidak menghisab" terdapat dalam hadits riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Umar "Nahnu ummatun ummiyyatun laa naktubu walaa nahsubu" (Kami ummat yang ummiy, tidak menulis dan tidak menghitung).
Hadits ini bisa menjelaskan makna "ummiy" pada QS. 7:157 ("... orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummiy...") memang berarti buta huruf. Sejarah hidup Rasulullah juga mengisyaratkan Rasulullah SAW tidak belajar membaca dan menulis, karena hidup bersama kakek dan pamannya bukan hidup yang berkecukupan sehingga waktunya habis untuk bekerja. Ahli sastra yang ada pada masa itu, saya kira, hanya kaum elit yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Sastra lisan mungkin sangat maju, tetapi sastra tulis belum tentu. Setahu saya, bangsa Cina salah satu (atau satu-satunya) bangsa yang punya kebudayaan tulis sejak dahulu yang dikenal maju sehingga ada hadits "Tuntutlah ilmu walau di negeri Cina". i sini)
Rasulullah Muhammad SAW juga menyatakan dirinya dan kaumnya "ummiy" dengan penegasan maksudnya "tidak menulis dan tidak menghisab" terdapat dalam hadits riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Umar "Nahnu ummatun ummiyyatun laa naktubu walaa nahsubu" (Kami ummat yang ummiy, tidak menulis dan tidak menghitung).
Hadits ini bisa menjelaskan makna "ummiy" pada QS. 7:157 ("... orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummiy...") memang berarti buta huruf. Sejarah hidup Rasulullah juga mengisyaratkan Rasulullah SAW tidak belajar membaca dan menulis, karena hidup bersama kakek dan pamannya bukan hidup yang berkecukupan sehingga waktunya habis untuk bekerja. Ahli sastra yang ada pada masa itu, saya kira, hanya kaum elit yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Sastra lisan mungkin sangat maju, tetapi sastra tulis belum tentu. Setahu saya, bangsa Cina salah satu (atau satu-satunya) bangsa yang punya kebudayaan tulis sejak dahulu yang dikenal maju sehingga ada hadits "Tuntutlah ilmu walau di negeri Cina". i sini)