Kebangkitan nasional adalah bangkitnya rasa semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Masa ini ditandai dengan peristiwa penting, yaitu adanya gerakan Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908.
Setiap tahun di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 20 Mei, selalu diperingati hari Kebangkitan Nasional. Namun, hal ini membuat Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung, Bulgan Alamin merasa prihatin melihat kondisi Bangsa dan Negara saat ini.
"Seyogyanya semua elemen yang ada di Indonesia harus selalu mengingat akan sejarah. Karena, sejarah pasti akan terulang," kata Bulgan, di kantornya, Selasa (30/4).
Bulgan menjelaskan, pada abad ke 7 di bumi pertiwi, kerajaan Sriwijaya berkibar. Wilayah kekuasaannya hampir seantero dunia. Tetapi dipenghujung hayatnya kerajaan Sriwijaya pun runtuh. Begitu juga dengan kerajaan Majapahit Pada abad ke-14.
Yang menarik tentang dua kerajaan tersebut, lanjut Bulgan, tentang keruntuhannya. Bulgan pun merinci faktor-faktor penyebab keruntuhan kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara.
"Jika dilihat dari abad ke 7 dan 14 dua kerajaan besar tersebut dari segi ekonomi mapan. Namun kebiasaan perebutan kekuasaan, tidak lagi adanya toleransi, membenarkan kebiasaan tidak terpuji, dan friksi, yang membuat kerajaan itu runtuh secara perlahan-lahan,"katanya.
Saat ini abad ke-21, namun tanda-tanda kehancuran dua kerajaan besar di atas mulai tercermin di NKRI.
"Politik, ekonomi, budaya, Sumber Daya Alam (SDA), dewasa ini banyak dikuasai oleh negara asing. Apabila dibiarkan kondisi tersebut, akan membahayakan dan mengancam kedaulatan NKRI,"katanya.
Bulgan pun berfilosofi untuk Hari Kebangkitan Nasional yang akan berlangsung 20 Mei mendatang.
"Tinta tidak menyebabkan titik, tetapi titik menyebabkan tinta, cantik tidak menyebabkan cinta, tetapi cintalah yang menyebabkan cantik. Seberapa besar cinta kita terhadap Bangsa dan Negara ini?" tutup Bulgan.
Kebangkitan nasional adalah bangkitnya rasa semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Masa ini ditandai dengan peristiwa penting, yaitu adanya gerakan Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908.
Setiap tahun di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 20 Mei, selalu diperingati hari Kebangkitan Nasional. Namun, hal ini membuat Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung, Bulgan Alamin merasa prihatin melihat kondisi Bangsa dan Negara saat ini.
"Seyogyanya semua elemen yang ada di Indonesia harus selalu mengingat akan sejarah. Karena, sejarah pasti akan terulang," kata Bulgan, di kantornya, Selasa (30/4).
Bulgan menjelaskan, pada abad ke 7 di bumi pertiwi, kerajaan Sriwijaya berkibar. Wilayah kekuasaannya hampir seantero dunia. Tetapi dipenghujung hayatnya kerajaan Sriwijaya pun runtuh. Begitu juga dengan kerajaan Majapahit Pada abad ke-14.
Yang menarik tentang dua kerajaan tersebut, lanjut Bulgan, tentang keruntuhannya. Bulgan pun merinci faktor-faktor penyebab keruntuhan kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara.
"Jika dilihat dari abad ke 7 dan 14 dua kerajaan besar tersebut dari segi ekonomi mapan. Namun kebiasaan perebutan kekuasaan, tidak lagi adanya toleransi, membenarkan kebiasaan tidak terpuji, dan friksi, yang membuat kerajaan itu runtuh secara perlahan-lahan,"katanya.
Saat ini abad ke-21, namun tanda-tanda kehancuran dua kerajaan besar di atas mulai tercermin di NKRI.
"Politik, ekonomi, budaya, Sumber Daya Alam (SDA), dewasa ini banyak dikuasai oleh negara asing. Apabila dibiarkan kondisi tersebut, akan membahayakan dan mengancam kedaulatan NKRI,"katanya.
Bulgan pun berfilosofi untuk Hari Kebangkitan Nasional yang akan berlangsung 20 Mei mendatang.
"Tinta tidak menyebabkan titik, tetapi titik menyebabkan tinta, cantik tidak menyebabkan cinta, tetapi cintalah yang menyebabkan cantik. Seberapa besar cinta kita terhadap Bangsa dan Negara ini?" tutup Bulgan.