Berilah 3 contoh perlawanan bangsa indonesia terhadap jepang yang bergerak secara diam-diam (dibawah tanah)
Raihanzoro
Gerakan perlawanan di Indonesia yang pada zaman perjuangan kemerdekaan dilakukan para pemimpin nasionalis Indonesia yang menolak bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang. Gerakan mereka tidak menjurus perlawanan bersenjata, tetapi lebih bertujuan menggalang solidaritas dan memperteguh cita-cita perjuangan. Mereka membentuk kelompok-kelompok yang saling berkomunikasi dan bekerjasama, yang dipelopori antara lain Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin. Pemimpin-pemimpin nasionalis Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir mulanya bersikap menolak bekerja sarna dengan pemerintah pendudukan, tetapi sikap ini kemudian berubah. Mereka bertiga memutuskan melanjutkan perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui dua cara, "gerakan atas tanah ", yakni berjuang dalarn kerangka pemerintahan pendudukan Jepang, dan "gerakan bawah tanah", yakni gerakan secara rahasia di luar kerangka pemerintahan. Karena itu, sejak tahun 1942, sejumlah pemimpin nasionalis di bawah pimpinan Soekarno-Hatta menyatakan diri bekerja sama dengan pemerintahan pendudukan Jepang. Sedang Sjahrir dengan beberapa tokoh lainnya bergerak secara tersembunyi meneruskan perjuangan ke arah kemerdekaan. Kedua kelompok ini senantiasa mengadakan hubungan secara rahasia, antara lain lewat tokoh Johan Sjaluwal dan A. Halim. Gerakan bawah tanah Sutan Sjahrir terbatas pada kontak-kontak pribadi dengan sejumlah tokoh nasionalis lainnya dan golongan pemuda. Salah satu kegiatannya adalah mendengarkan Radio Sekutu secara diam-diam dan menyebarluaskan informasi di antara mereka, serta melakukan diskusi. Kelompok Sjalirir ini menyebar sampai di luar Jakarta, seperti di Cirebon, Garut, dan Semarang. Tokoh lain dalam jaringan bawah tanah ini adalah dr. Sudarsono dari Cirebon. Amir Sjarifuddin sebagai bekas tokoh organisasi Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) yang condong ke faham kiri, bergerak lebih radikal. Dia membangun jaringan kelompok di kalangan pemuda, akan tetapi gerakannya segera dicium pemerintah pendudukan Jepang dan ia ditangkap. Hanya karena campur tangan Sukarno-Hatta, ia terhindar dari hukuman mati. Tempat strategis untuk gerakan ini adalah asrama-asrama, di antaranya yang terpenting adalah Asrama Angkatan Baru Indonesia, Asrama Indonesia Merdeka, dan Asrama Fakultas Kedokteran, dimana dilakukan penempaan ideologi politik terhadap angkatan muda Indonesia.