Shabrycontoh teks anekdot dialog. TANDA ORANG PINTAR “anak-anak tandà orang pintar apà?” guru bertanyà “rajin baca dàn nulis, bu!!!” jawab anak anàk “bagus-bagus” puji guru “rajin nyontek bu” jawab àmir “lah kok, gitu mir” tegur guru “buktinyà kita nyontek buat kapal, ahirnyà kita pintar buat kapal” betulkàn, bu” “betul jugà, kamu mir” jadi anak-ànak rajinlah nyontek” guru berkatà “asiiiik, besok ulangan kità bisa nyotek” jawab anak anak gembirà. “bukan, yang model itu” seru guru sàmbil megang jidat.
0 votes Thanks 1
AndikaSetyaSSyukur Tidak Bisa memanjat Guyonan itu, rupanya, tidak berlebihan. Meski sudah banyak yang meramalkan bahwa penampilan Gus Dur di depan DPR Kamis lalu bakal ramai, toh tidak ada yang menyangka bahwa sampai seramai itu. Kalau bukan kiai, mana berani menjadikan pidato Ketua DPR Akbar Tandjung sebagai sasaran humor? Akbar sejak dulu memang selalu memulai pidato dengan memanjatkan syukur. Maka, Gus Dur pun melucu, yang membuat semua anggota DPR tertawa: syukur memang perlu dipanjatkan karena Syukur tidak bisa memanjatBegitu menariknya, karuan saja pidato presiden kini banyak ditunggu penonton televisi. Padahal, dulu-dulu kalau presiden pidato di TV banyak yang mematikan TV-nya. Begitu tidak menariknya pidato presiden di masa Orde Baru sampai-sampai pernah para anggota DPRD diwajibkan mendengarkannya. Itu pun harus diawasi agar mereka sungguh-sungguh seperti mendengarkan. Untuk itu, perlu diadakan sidang pleno DPRD dengan acara khusus nonton televisi.
TANDA ORANG PINTAR
“anak-anak tandà orang pintar apà?” guru bertanyà
“rajin baca dàn nulis, bu!!!” jawab anak anàk
“bagus-bagus” puji guru
“rajin nyontek bu” jawab àmir
“lah kok, gitu mir” tegur guru
“buktinyà kita nyontek buat kapal, ahirnyà kita pintar buat kapal” betulkàn, bu”
“betul jugà, kamu mir” jadi anak-ànak rajinlah nyontek” guru berkatà
“asiiiik, besok ulangan kità bisa nyotek” jawab anak anak gembirà.
“bukan, yang model itu” seru guru sàmbil megang jidat.
Guyonan itu, rupanya, tidak berlebihan. Meski sudah banyak yang meramalkan bahwa penampilan Gus Dur di depan DPR Kamis lalu bakal ramai, toh tidak ada yang menyangka bahwa sampai seramai itu. Kalau bukan kiai, mana berani menjadikan pidato Ketua DPR Akbar Tandjung sebagai sasaran humor? Akbar sejak dulu memang selalu memulai pidato dengan memanjatkan syukur. Maka, Gus
Dur pun melucu, yang membuat semua anggota DPR tertawa: syukur memang perlu dipanjatkan karena Syukur tidak bisa memanjatBegitu menariknya, karuan saja pidato presiden kini banyak ditunggu penonton televisi. Padahal, dulu-dulu kalau presiden pidato di TV banyak yang mematikan TV-nya. Begitu tidak menariknya pidato presiden di masa Orde Baru sampai-sampai pernah para anggota DPRD diwajibkan mendengarkannya. Itu pun harus diawasi agar mereka sungguh-sungguh seperti mendengarkan. Untuk itu,
perlu diadakan sidang pleno DPRD dengan acara khusus nonton televisi.