"Ayo kita pergi ke kolam dan bersenang-senang," kata George.
"Bersenang-senang apa di kolam?" tanya Frank.
"Di kolam hanya ada lumpur. Kita tidak bisa berenang di dalam lumpur," kata Frank lagi.
Hari itu matahari sedang bersinar cerah. Ibu katak dan anak-anaknya sedang berjemur di atas sebatang pohon tumbang di dekat kolam. Sesekali, anak-anak katak melompat ke dalam air dan melompat ke pinggir kolam.
Saat asyik bermain, ibu katak mendengar suara yang membuatnya ketakutan. Itu adalah suara tertawa George dan Frank yang sedang berjalan menuju kolam.
"Ayo anak-anak, masuk ke dalam air! Ada raksasa datang," kata ibu katak memperingatkan. Serentak anak-anak katak melompat masuk ke dalarn air.
Para raksasa, George dan Frank, sampai di pinggir kolam. Mereka membawa kerikil sekantung penuh. "Ayo kita bersenang-senang," kata George.
Saat mereka melihat ibu katak, mereka Iangsung melemparnya dengan kerikil. Lemparan George mengenai kaki ibu katak.
Setelah itu, setiap kali ibu katak dan anak- anaknya memunculkan kepalanya ke permukaan kolam untuk mengirup udara, George dan Frank melemparnya. Lama-lama, ibu katak kesal dan marah. la mengangkat kepalanya dan berteriak, "Cowards (pengecut). Jika kami bisa menyengat, kalian pasti tidak berani. Jika kami bisa menggigit, kalian pasti takut. Tega sekali kalian bersenang-senang dengan menyiksa kami," kata ibu katak.
Lalu, anak-anak katak meniru ibunya dan berteriak, "Cowards, cowards!" Sejak saat itu, cobalah kalian perhatikan, katak selalu berbunyi, "Cowards , yang artinya pengecut."
Kakak beradik Berebut Kue
Seorang anak bernama Juan bertengkar dengan adiknya, Raul. Mereka memperebutkan kue pemberian nenek.
"Ini kueku!" kata Juan.
"Bukan, kue ini punyaku!" kata Raul.
"Kau tidak boleh mengambilnya!" teriak Juan.
"Cepat berikan padaku!" kata Juan lagi.
Juan menindih adiknya dan memukulinya. Melihat itu, seorang peri datang menemui kedua anak yang sedang berkelahi. Peri itu bertugas mengawasi kelakuan anak-anak.
"Siapa yang engkau pukuli itu, Juan?" tanya peri.
"Dia adikku. Namanya Raul," jawab Juan.
"Ah yang benar, jangan bohong ya," kata peri tidak percaya. "Ayo jawab yang benar, siapa dia?"
"Sungguh, dia adikku. Dia saudara kandungku," kata Juan meyakinkan.
"Ah, tidak mungkin. Tidak mungkin dia adikmu. Engkau tahu kan bohong itu dosa. Jika benar dia adikmu, tidak mungkin engkau memukulinya," kata peri.
"Tapi, dia merebut kueku," kata Juan membantah.
"Oh, sekarang aku tahu. Jangan-jangan kue itulah sebenarnya adikmu. Buktinya engkau rela memukulinya untuk sebuah kue. Lagipula lihat itu! Kuenya sudah hancur karena kalian perebutkan," kata peri.
Juan dan Raul melihat kue kering yang mereka perebutkan sudah hancur. Mereka merasa bersalah karena telah berkelahi hanya karena sebuah kue. Akhirnya, Juan dan Raul saling peluk dan saling meminta maaf.
Saudi Arabia
Suatu malam, seekor unta mengintip ke dalam tenda saat tuannya sedang tidur. "Pasti hangat sekali di dalam sana," pikir unta.
"Aku ingin juga tenda yang hangat untuk tidur," kata unta sambil memasukkan kepalanya ke dalam tenda.
"Kau tidak keberatan aku masukkan kepalaku dalam tenda, kan?" kata unta pada tuannya. "Anginnya dingin sekali malam ini," ujar unta.
"Sama sekali aku tidak keberatan, masih banyak ruang di dalam tenda," jawab tuannya.
Tidak lama kemudian, unta bertanya, "Tuanku yang baik, leherku kedinginan, kau tidak keberatan aku memasukkan leherku ke dalam tenda?"
"Tidak, aku tidak keberatan," kata tuannya.
Unta memasukkan Iehernya. Tapi, sesaat kemudian ia membangunkan tuannya yang sudah tidur dan berkata, "Dua kaki depanku kedinginan. Boleh kan aku memasukkannya?"
Tuannya bergeser sedikit dan berkata, "Boleh. Aku tahu ini malam yang dingin." Unta pun memasukkan kedua kaki depannya.
Tapi, ia kembali membangunkan tuannya dan berkata, "Pintu tenda terbuka karena ada badanku menghalangi. Angin masuk dan membuat kita berdua kedinginan. Bukankah sebaiknya aku masuk sekalian?" kata unta.
"Ya, masuklah. Tendanya memang sempit. Tapi, aku tidak mau kau kedinginan," kata tuannya.
Setelah unta memasukkan seluruh badannya, ia berkata, "Ya, tendanya memang tidak cukup untuk kita berdua. Jika kau keluar, aku pasti bisa berbaring. Jadi, pergilah!" Unta pun mendorong tuannya keluar. Kini, unta ingin menguasai tenda untuk dirinya sendiri. Sungguh unta yang serakah.
"Ayo kita pergi ke kolam dan bersenang-senang," kata George.
"Bersenang-senang apa di kolam?" tanya Frank.
"Di kolam hanya ada lumpur. Kita tidak bisa berenang di dalam lumpur," kata Frank lagi.
Hari itu matahari sedang bersinar cerah. Ibu katak dan anak-anaknya sedang berjemur di atas sebatang pohon tumbang di dekat kolam. Sesekali, anak-anak katak melompat ke dalam air dan melompat ke pinggir kolam.
Saat asyik bermain, ibu katak mendengar suara yang membuatnya ketakutan. Itu adalah suara tertawa George dan Frank yang sedang berjalan menuju kolam.
"Ayo anak-anak, masuk ke dalam air! Ada raksasa datang," kata ibu katak memperingatkan. Serentak anak-anak katak melompat masuk ke dalarn air.
Para raksasa, George dan Frank, sampai di pinggir kolam. Mereka membawa kerikil sekantung penuh. "Ayo kita bersenang-senang," kata George.
Saat mereka melihat ibu katak, mereka Iangsung melemparnya dengan kerikil. Lemparan George mengenai kaki ibu katak.
Setelah itu, setiap kali ibu katak dan anak- anaknya memunculkan kepalanya ke permukaan kolam untuk mengirup udara, George dan Frank melemparnya. Lama-lama, ibu katak kesal dan marah. la mengangkat kepalanya dan berteriak, "Cowards (pengecut). Jika kami bisa menyengat, kalian pasti tidak berani. Jika kami bisa menggigit, kalian pasti takut. Tega sekali kalian bersenang-senang dengan menyiksa kami," kata ibu katak.
Lalu, anak-anak katak meniru ibunya dan berteriak, "Cowards, cowards!" Sejak saat itu, cobalah kalian perhatikan, katak selalu berbunyi, "Cowards , yang artinya pengecut."
Kakak beradik Berebut KueSeorang anak bernama Juan bertengkar dengan adiknya, Raul. Mereka memperebutkan kue pemberian nenek.
"Ini kueku!" kata Juan.
"Bukan, kue ini punyaku!" kata Raul.
"Kau tidak boleh mengambilnya!" teriak Juan.
"Cepat berikan padaku!" kata Juan lagi.
Juan menindih adiknya dan memukulinya. Melihat itu, seorang peri datang menemui kedua anak yang sedang berkelahi. Peri itu bertugas mengawasi kelakuan anak-anak.
"Siapa yang engkau pukuli itu, Juan?" tanya peri.
"Dia adikku. Namanya Raul," jawab Juan.
"Ah yang benar, jangan bohong ya," kata peri tidak percaya. "Ayo jawab yang benar, siapa dia?"
"Sungguh, dia adikku. Dia saudara kandungku," kata Juan meyakinkan.
"Ah, tidak mungkin. Tidak mungkin dia adikmu. Engkau tahu kan bohong itu dosa. Jika benar dia adikmu, tidak mungkin engkau memukulinya," kata peri.
"Tapi, dia merebut kueku," kata Juan membantah.
"Oh, sekarang aku tahu. Jangan-jangan kue itulah sebenarnya adikmu. Buktinya engkau rela memukulinya untuk sebuah kue. Lagipula lihat itu! Kuenya sudah hancur karena kalian perebutkan," kata peri.
Juan dan Raul melihat kue kering yang mereka perebutkan sudah hancur. Mereka merasa bersalah karena telah berkelahi hanya karena sebuah kue. Akhirnya, Juan dan Raul saling peluk dan saling meminta maaf.
Saudi ArabiaSuatu malam, seekor unta mengintip ke dalam tenda saat tuannya sedang tidur. "Pasti hangat sekali di dalam sana," pikir unta.
"Aku ingin juga tenda yang hangat untuk tidur," kata unta sambil memasukkan kepalanya ke dalam tenda.
"Kau tidak keberatan aku masukkan kepalaku dalam tenda, kan?" kata unta pada tuannya. "Anginnya dingin sekali malam ini," ujar unta.
"Sama sekali aku tidak keberatan, masih banyak ruang di dalam tenda," jawab tuannya.
Tidak lama kemudian, unta bertanya, "Tuanku yang baik, leherku kedinginan, kau tidak keberatan aku memasukkan leherku ke dalam tenda?"
"Tidak, aku tidak keberatan," kata tuannya.
Unta memasukkan Iehernya. Tapi, sesaat kemudian ia membangunkan tuannya yang sudah tidur dan berkata, "Dua kaki depanku kedinginan. Boleh kan aku memasukkannya?"
Tuannya bergeser sedikit dan berkata, "Boleh. Aku tahu ini malam yang dingin." Unta pun memasukkan kedua kaki depannya.
Tapi, ia kembali membangunkan tuannya dan berkata, "Pintu tenda terbuka karena ada badanku menghalangi. Angin masuk dan membuat kita berdua kedinginan. Bukankah sebaiknya aku masuk sekalian?" kata unta.
"Ya, masuklah. Tendanya memang sempit. Tapi, aku tidak mau kau kedinginan," kata tuannya.
Setelah unta memasukkan seluruh badannya, ia berkata, "Ya, tendanya memang tidak cukup untuk kita berdua. Jika kau keluar, aku pasti bisa berbaring. Jadi, pergilah!" Unta pun mendorong tuannya keluar. Kini, unta ingin menguasai tenda untuk dirinya sendiri. Sungguh unta yang serakah.