1. Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung
Sebagai bangsa yang pernah dijajah, bangsa Indonesia memprakarsai diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika.
Saat itu Indonesia juga dibantu oleh negara lain yakni ada negara India, Pakistan, Birma, dan juga Sri Lanka.
Persiapan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika itu dilakukan di Colombo (Sri Lanka) dan di Bogor (Indonesia) pada 1954.
Baca Juga: Demokrasi Liberal: Pengertian, Ciri, Kelebihan dan Kekurangan, serta Daftar Negara yang Menganutnya
Dalam persiapan itu disepakati bahwa Konferensi Asia Afrika (KAA) akan dilaksanakan di Bandung pada 18-24 April 1955.
Konferensi yang diselenggarakan di Bandung itu menghasilkan 10 prinsip yang dikenal dengan nama Dasa Sila Bandung.
Sebagai informasi, Konferensi Asia Afrika di Bandung saat itu dihadiri oleh total 29 negara dari Asia dan Afrika, lo.
Kini, daerah tempat diadakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung populer disebut dengan Jalan Asia Afrika.
2. Mendirikan gerakan Non Blok
Seusai Perang Dunia II, negara di dunia terbagi ke dalam dua blok, yaitu Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet.
Adanya dua kekuatan ini menyebabkan terjadinya Perang Dingin (Cold War) di antara kedua blok itu.
Akibatnya, suhu politik dunia menjadi memanas dan penuh dengan ketegangan-ketegangan.
Untuk mengatasi ketegangan Blok Barat dan Blok Timur, bangsa Indonesia pun memprakarsai didirikannya Gerakan Non-Blok.
Selain Indonesia, negara pemrakarsa gerakan Non-Blok ada Afghanistan, India, Republik Arab Persatuan (Mesir), dan Yugoslavia.
Gerakan Non Blok ini dibentuk atas dasar Dasa Sila Bandung atau hasil konferensi Asia Afrika di Bandung.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama Non Blok diadakan di Yugoslavia pada 1-6 September 1961. KTT ini dihadiri oleh total 25 negara.
Konferensi ini bertujuan untuk meredakan ketegangan dunia dan menunjukkan bahwa ada pihak ketiga yang berada di luar kedua blok itu.
3. Mengirimkan Misi Garuda
Politik luar negeri Indonesia menyatakan bahwa bangsa Indoesia akan senantiasa aktif dalam upaya menciptakan perdamian dunia.
Untuk mewujudkan misi ini, maka Indonesia mengirimkan misi perdamaian dunia dengan nama Pasukan Garuda.
Pasukan ini diperbantukan untuk PBB dalam usaha turut mendamaikan daerah-daerah yang sedang bersengketa.
Pada bulan Januari 1957 dikirimlah Pasukan Garuda I ke Timur Tengah di bawah Komando Kolonel Hartoyo.
Pasukan Garuda II kembali dikirimkan untuk mendamaikan situasi perang saudara di Kongo di bawah pimpinan Kolonel Prijatna.
Tak hanya sampai situ saja, Pasukan Garuda III pun dikirim ke Kongo yang dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris.
Dalam setiap sengketa internasional yang menerjunkan PBB, Indonesia selalu siap sedia menjadi petugas misi perdamaian PBB melalui Pasukan Garuda.
Keikutsertaan Indonesia dalam Misi Perdamaian ini tergabung dalam Pasukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB).
4. Menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia, bangsa Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1950.
Pada masa Orde Lama, Indonesia pernah menyatakan keluar dari keanggotaan PBB, yakni pada tanggal 7 Januari 1965.
Ini karena pada saat itu, politik luar negeri Indonesia sedang condong ke Uni Soviet, teman-teman.
Akan tetapi setelah zaman orde baru, Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada tahun 1966.
Jawaban:
Penjelasan:
1. Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung
Sebagai bangsa yang pernah dijajah, bangsa Indonesia memprakarsai diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika.
Saat itu Indonesia juga dibantu oleh negara lain yakni ada negara India, Pakistan, Birma, dan juga Sri Lanka.
Persiapan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika itu dilakukan di Colombo (Sri Lanka) dan di Bogor (Indonesia) pada 1954.
Baca Juga: Demokrasi Liberal: Pengertian, Ciri, Kelebihan dan Kekurangan, serta Daftar Negara yang Menganutnya
Dalam persiapan itu disepakati bahwa Konferensi Asia Afrika (KAA) akan dilaksanakan di Bandung pada 18-24 April 1955.
Konferensi yang diselenggarakan di Bandung itu menghasilkan 10 prinsip yang dikenal dengan nama Dasa Sila Bandung.
Sebagai informasi, Konferensi Asia Afrika di Bandung saat itu dihadiri oleh total 29 negara dari Asia dan Afrika, lo.
Kini, daerah tempat diadakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung populer disebut dengan Jalan Asia Afrika.
2. Mendirikan gerakan Non Blok
Seusai Perang Dunia II, negara di dunia terbagi ke dalam dua blok, yaitu Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet.
Adanya dua kekuatan ini menyebabkan terjadinya Perang Dingin (Cold War) di antara kedua blok itu.
Akibatnya, suhu politik dunia menjadi memanas dan penuh dengan ketegangan-ketegangan.
Untuk mengatasi ketegangan Blok Barat dan Blok Timur, bangsa Indonesia pun memprakarsai didirikannya Gerakan Non-Blok.
Selain Indonesia, negara pemrakarsa gerakan Non-Blok ada Afghanistan, India, Republik Arab Persatuan (Mesir), dan Yugoslavia.
Gerakan Non Blok ini dibentuk atas dasar Dasa Sila Bandung atau hasil konferensi Asia Afrika di Bandung.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pertama Non Blok diadakan di Yugoslavia pada 1-6 September 1961. KTT ini dihadiri oleh total 25 negara.
Konferensi ini bertujuan untuk meredakan ketegangan dunia dan menunjukkan bahwa ada pihak ketiga yang berada di luar kedua blok itu.
3. Mengirimkan Misi Garuda
Politik luar negeri Indonesia menyatakan bahwa bangsa Indoesia akan senantiasa aktif dalam upaya menciptakan perdamian dunia.
Untuk mewujudkan misi ini, maka Indonesia mengirimkan misi perdamaian dunia dengan nama Pasukan Garuda.
Pasukan ini diperbantukan untuk PBB dalam usaha turut mendamaikan daerah-daerah yang sedang bersengketa.
Pada bulan Januari 1957 dikirimlah Pasukan Garuda I ke Timur Tengah di bawah Komando Kolonel Hartoyo.
Pasukan Garuda II kembali dikirimkan untuk mendamaikan situasi perang saudara di Kongo di bawah pimpinan Kolonel Prijatna.
Tak hanya sampai situ saja, Pasukan Garuda III pun dikirim ke Kongo yang dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris.
Dalam setiap sengketa internasional yang menerjunkan PBB, Indonesia selalu siap sedia menjadi petugas misi perdamaian PBB melalui Pasukan Garuda.
Keikutsertaan Indonesia dalam Misi Perdamaian ini tergabung dalam Pasukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB).
4. Menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia, bangsa Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1950.
Pada masa Orde Lama, Indonesia pernah menyatakan keluar dari keanggotaan PBB, yakni pada tanggal 7 Januari 1965.
Ini karena pada saat itu, politik luar negeri Indonesia sedang condong ke Uni Soviet, teman-teman.
Akan tetapi setelah zaman orde baru, Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada tahun 1966.