Angkie Yudhistira, Mengubah Keterbatasan Menjadi Kesuksesan
Angkie Yudhistira adalah seorang perempuan yang menderita kekurangan
pendengaran saat masih kecil, usia 10 tahun. Namun, justru dengan kekurangan
tersebut membuat ia semakin percaya diri, hingga mengubahnya menjadi
sebuah kelebihan.
Saat keterbatasan tidak menjadikan sebuah belenggu.
Angkie, sapaan akrab dari Angkie Yudhistira, karena terlalu sering
mengonsumsi obat-obatan sejak kecil untuk mengatasi gangguan penyakit
seperti flu, batuk dan demam. Lalu untuk mengobatinya oleh dokter di
pedalaman sering diberikan obat antibiotik secara rutin hingga penyakitnya
hilang. Jika kambuh, antibiotik menjadi obat yang ampuh dan mujarab untuk
dirinya.
Hingga akhirnya, obat-
obatan tersebut sangat ber-
pengaruh negatif untuk
dirinya. Terutama pada ba-
gian telinga, yang membuat
Angkie divonis oleh dokter
tidak dapat mendengar…
Jalan hidup Angkie
yang getir sedari kecil, tidak
menghalangi niatnya untuk
terus berusaha, berusaha
dan berusaha. Malahan,
ejekan seperti “Alien”
dari kawan-kawan dan
sebagainya hanya dibalas
dengan senyum manis
walau terkadang geregetan.
Lambat laun, Angkie mulai
bisa menerima kehidupan
dirinya yang mempunyai
kekurangan. Akhirnya
kekurangan itu membuat
Angkie semakin termotivasi
untuk berhasil dan menjadi
seorang yang sukses, walau
memiliki keterbatasan.
Lulus dari kuliahnya di
London School of Public
Relations, dengan ipk yang tinggi 3,5 semakin membuat Angkie termotivasi
untuk terus maju dan tidak minder dengan kawan-kawan lainnya.
Pengalaman jatuh ba-ngun saat mulai mencari pekerjaan hingga sekarang
memegang peranan penting dalam perusahaan, dijadikan Angkie sebagai ujian
hidup yang memang harus dijalani. Angkie sendiri berujar, bahwa ia sendiri
tidak malu mengakui bahwa dirinya adalah tuna rungu di dalam setiap mela-
mar pekerjaan.
“Kenapa mesti malu? Kalau mereka tidak mau menerima saya, pasti ada
kesempatan lainnya.”
Begitu pula saat ia menerima panggilan interview, Angkie selalu memper-
hatikan penampilannya. Sebab baginya penampilan adalah yang utama, mau
sepintar dan secantik apapun kalau penampilan tidak menunjang justru akan
terkesan tidak baik bagi sang pewawancara.
Sampai ia berhasil, dan mimpi masa kecil mulai menghampirinya. Kini,
di usianya yang masih muda, 25 tahun. Angkie telah menjabat sebagai Chief
Executive Officer(CEO) Thisable Enterprise. Sebuah perusahaan yang didirikan
bersama kawan-kawannya untuk melakukan misi sosial dengan membantu
orang yang memiliki keterbatasan fisik agar tetap memandang cerah masa
depan mereka.
Selain itu, Angkie juga pernah menjadi finalis Abang None yang mewakili
Jakarta Barat pada tahun 2008. Ia juga terpilih sebagai Miss Congeniality dari
sebuah program di Natur-e, dan The Most Fearless Female Cosmopolitan di
tahun yang sama.
Usai mendapatkan gelar S2, Angkie mewakili Indonesia dalam ajang Asia-
Pacific Development Center of Disability di Bangkok, Thailand. Angkie pun
turut untuk terjun langsung ke lapangan, dengan aktif di berbagai kegiatan
sosial untuk memberikan motivasi terutama dari kalangan yang memiliki
kekurangan fisik.
Seiring waktu, ia pun mengeluarkan buku perdananya yang berjudul
“Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas“. Angkie mendedikasikan kepada
orang yang memiliki keterbatasan seperti dirinya. Agar mereka juga bangkit,
dan tidak hanya pasrah menerima keadaan yang ada.
“Ingat! Ini hidup kita.
Meski memiliki keterbatasan,
kita itu punya kesempatan yang sama besar dalam meraih mimpi…”
- Angkie Yudhistira, 5 Juni 1987
1. Menurut kamu mengapa angkie bisa sukses/berhasil?
2. apa tanggapanmu tentang angkie yudhistira?
Jawaban:
1.karena semangat dan pantang menyerah
2.saya suka sih ya karena memiliki sikap pantang menyerah