Kategori: Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah
Kode Kategori berdasarkan kurikulum KTSP: 11.3.4
Kata kunci: Belanda, culturstelsel
Jawaban:
Belanda menetapkan aturan culturstelsel atau TANAM PAKSA.
Pembahasan:
Tahun 1816 Indonesia dikembalikan ke Belanda oleh Inggris. Pemerintah Belanda menunjuk Van Der Cappellen sebagai gubernur jenderal. Van Der Capellen mempertahankan monopoli perdagangan yang telah dimulai oleh VOC (kongsi dagang Belanda di Indonesia) dan tetap memberlakukan kerja paksa.
VOC akhirnya dibubarkan pada tahun 1799 akibat kerugian besar yang dideritanya. Segala hak dan kewajibannya diambil alih oleh pemerintah Republik Bataafsche yang berkuasa atas wilayah Indonesia sampai tahun 1807.
Pada tahun 1830, Van Der Capellen diganti dengan Van den Bosch. sebagai gubernur. Van Den Bosch menerapkan politik TANAM PAKSA.Tujuan Van den Bosch menerapkan politik tanam paksa di Indonesia ialah untuk mengisi kas Belanda yang kosong.
Tanam paksa menyengsarakan rakyat, selain rakyat dipaksa menanam 1/5 tanahnya dengan ketentuan Belanda, mereka juga dipaksa membayar pajak dan ganti rugi tanaman.
Van den Bocsh membuat aturan-aturan untuk tanam paksa yakni:
1.Rakyat Indonesia diharuskan untuk menyediakan 1/5 dari tanah mereka untuk dapat ditanami tanaman yang laku di pasaran Eropa.
2. tanah yang dipakai untuk tanaman paksa bebas dari pajak.
3. hasil tanaman diserahkan kepada Belanda pekerjaaan untuk tanam paksa tidak melebihi pekerjaan yang diperlukan utnuk menanam padi.
5. Kerusakan-kerusakan yang tidak dapat diatasi oleh petani menjadi tanggungan pemerintah colonial belanda.
6. Rakyat Indonesia yang tidak berprofesi sebagai petani, wajib bekerja 66 hari tiap setahun kepada pemerintah Hindia Belanda.
Namun dalam realitanya, ada banyak penyelewengan dari ketentuan itu.
a.tanah yang harus disediakan oleh petani malah melebihi luas tanah yang telah ditentukan seblumnya.
b.Rakyat harus menanggung kerusakan hasil panen.
c.rakyat harus bekerja lebih dari 66 hari dan sebagainya.
Akhirnya ketentuan-ketentuan yang diatur dalam tanam paksa atau cultuurstelsel tidak berlaku sama sekali. Pemerintah Hindia Belanda semakin bertindak sewenang-wenang.
Akibat sistem tanam paksa yang memakmurkan dan menyejahterakan negeri Belanda maka Van Den Bosch selaku penggagas dianugerahi gelar Graaf oleh raja Belanda pada 25 Desember 1839.
Tanam paksa mengakibatkan penderitaan yang berkepanjangan bagi rakyat Indonesia. Hasil pertanian para petani menurun dibandingkan dengan panen sebelumnya. Rakyat mengalami kelaparan. Akibat kelaparan banyak rakyat yang meninggal dunia. Tanam paksa malah memberikan manfaat yang sangat luar biasa bagi Belanda. Walaupun memberikan manfaat yang banyak, ttapi ada juga warga Negara Belanda yang peduloi terhadap nasib rakyat Indonesia. Diantaranya yaitu DOUWES DEKKER. Douwes Dekker mengecam tanam paksa melalui buku karangannya yang berjudul “MAX HAVELAAR. Douwes Dekker menggunakan nama samara yakni MULTATULI. Max Havelaar menceritakan penderitaan bangsa Indonesia sewaktu dilaksanakan tanam paksa. Max havelaar menggegerkan seluruh warga Belanda. Timbul perdebatan hebat tentang tanam paksa di negeri Belanda. Akhirnya parlemen Belanda memutuskan untuk menghapus tanam paksa secepatnya. (Lt)
Mata pelajaran: IPS Sejarah
Kelas: V SD
Kategori: Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah
Kode Kategori berdasarkan kurikulum KTSP: 11.3.4
Kata kunci: Belanda, culturstelselJawaban:
Belanda menetapkan aturan culturstelsel atau TANAM PAKSA.Pembahasan:
Tahun 1816 Indonesia dikembalikan ke Belanda oleh Inggris. Pemerintah Belanda menunjuk Van Der Cappellen sebagai gubernur jenderal. Van Der Capellen mempertahankan monopoli perdagangan yang telah dimulai oleh VOC (kongsi dagang Belanda di Indonesia) dan tetap memberlakukan kerja paksa.
VOC akhirnya dibubarkan pada tahun 1799 akibat kerugian besar yang dideritanya. Segala hak dan kewajibannya diambil alih oleh pemerintah Republik Bataafsche yang berkuasa atas wilayah Indonesia sampai tahun 1807.
Pada tahun 1830, Van Der Capellen diganti dengan Van den Bosch. sebagai gubernur. Van Den Bosch menerapkan politik TANAM PAKSA.Tujuan Van den Bosch menerapkan politik tanam paksa di Indonesia ialah untuk mengisi kas Belanda yang kosong.
Tanam paksa menyengsarakan rakyat, selain rakyat dipaksa menanam 1/5 tanahnya dengan ketentuan Belanda, mereka juga dipaksa membayar pajak dan ganti rugi tanaman.
Van den Bocsh membuat aturan-aturan untuk tanam paksa yakni:
1.Rakyat Indonesia diharuskan untuk menyediakan 1/5 dari tanah mereka untuk dapat ditanami tanaman yang laku di pasaran Eropa.
2. tanah yang dipakai untuk tanaman paksa bebas dari pajak.
3. hasil tanaman diserahkan kepada Belanda pekerjaaan untuk tanam paksa tidak melebihi pekerjaan yang diperlukan utnuk menanam padi.
5. Kerusakan-kerusakan yang tidak dapat diatasi oleh petani menjadi tanggungan pemerintah colonial belanda.
6. Rakyat Indonesia yang tidak berprofesi sebagai petani, wajib bekerja 66 hari tiap setahun kepada pemerintah Hindia Belanda.
Namun dalam realitanya, ada banyak penyelewengan dari ketentuan itu.
a.tanah yang harus disediakan oleh petani malah melebihi luas tanah yang telah ditentukan seblumnya.
b.Rakyat harus menanggung kerusakan hasil panen.
c.rakyat harus bekerja lebih dari 66 hari dan sebagainya.
Akhirnya ketentuan-ketentuan yang diatur dalam tanam paksa atau cultuurstelsel tidak berlaku sama sekali. Pemerintah Hindia Belanda semakin bertindak sewenang-wenang.
Akibat sistem tanam paksa yang memakmurkan dan menyejahterakan negeri Belanda maka Van Den Bosch selaku penggagas dianugerahi gelar Graaf oleh raja Belanda pada 25 Desember 1839.
Tanam paksa mengakibatkan penderitaan yang berkepanjangan bagi rakyat Indonesia. Hasil pertanian para petani menurun dibandingkan dengan panen sebelumnya. Rakyat mengalami kelaparan. Akibat kelaparan banyak rakyat yang meninggal dunia. Tanam paksa malah memberikan manfaat yang sangat luar biasa bagi Belanda. Walaupun memberikan manfaat yang banyak, ttapi ada juga warga Negara Belanda yang peduloi terhadap nasib rakyat Indonesia. Diantaranya yaitu DOUWES DEKKER. Douwes Dekker mengecam tanam paksa melalui buku karangannya yang berjudul “MAX HAVELAAR. Douwes Dekker menggunakan nama samara yakni MULTATULI. Max Havelaar menceritakan penderitaan bangsa Indonesia sewaktu dilaksanakan tanam paksa. Max havelaar menggegerkan seluruh warga Belanda. Timbul perdebatan hebat tentang tanam paksa di negeri Belanda. Akhirnya parlemen Belanda memutuskan untuk menghapus tanam paksa secepatnya. (Lt)