a. Siwa sebagai Mahadewa, laksananya: Ardhacandrakapala, yaitu bulan sabit di bawah tengkorak, yang terdapat pada mahkota, mata ketiga di dahi, upawita ular naga, cawat kulit harimau yang dinyatakan dengan lukisan kepala serta ekor harimau pada kedua pahanya, tangannya 4 masing-masing memagang camara (penghalau lalat), aksamala (tasbih), kamandalu (kendi yang bersisi air penghidupan), dan trisula (tombak yang ujungnya bercabang tiga). Siwa mempunyai kendaraan sendiri yaitu Lembu Nandi;
b. Siwa sebagai Mahaguru atau Mahayogi, laksananya: kamandalu dan trisula, perutnya gendut, berkumis panjang, dan berjenggot runcing;
c. Siwa sebagai Mahakala, rupanya menakutkan seperti raksasa, ia bersenjatakan gada;
d. Siwa sebagai Bhairawa lebih menakutkan lagi. Ia berhiaskan rangkaian tengkorak, tangan satunya memegang mangkuk dari tengkorak dan tangan lainnya sebuah pisau. Kendaraannya bukan Nandi seperti biasa melainkan serigala. Sering pula ia dilukiskan berdiri di atas bangkai dan lapik dari tengkorak-tengkorak;
e. Durga, isteri Siwa, biasanya dilukiskan sebagai Mahisasuramardini. Ia berdiri di atas seekor lembu yang ia taklukkan. Lembu ini adalah raksasa (asura) yang menyerang kayangan dan dibasmi oleh Durga. Durga bertangan 8, 10, atau 12, masing-masing tangannya memegang senajata. Sebagai isteri Mahakala, Durga bernama Kali, dan sebagai isteri Bahirawa ia bernama Bhairawi. Dalam kedua bentuk ini ia sangat menakutkan. Sering sekali Durga diberi kendaraan sendiri, yaitu singa;
f. Ganesha, merupakan anak Siwa dewa yang berkepala gajah yang disembah sebagai dewa ilmu pengetahuan dan dewa penyingkir rintangan-rintangan. Patung Ganesha biasanya digambarkan duduk. Namun, di Karang Kates atau yang lebih dikenal dengan Ganesha Karang Kates, ia digambarkan berdiri.
g. Kartikeya (Skanda atau Kumara), juga merupakan anak Siwa, sebagai dewa yang selalu digambarkan sebagai kanak-kanak naik merak dan yang mempunyai kedudukan sebagai dewa perang.
h. Wisnu, laksananya adalah bertangan empat yang masing-masing memegang gada, cakra (cakram), sangkha (kerang bersayap), dan dua buah atau kuncup teratai. Kendaraanya adalah Garuda, sedangkan isterinya adalah Sri atau Laksmi (Dewi Bahagia);
a. Siwa sebagai Mahadewa, laksananya: Ardhacandrakapala, yaitu bulan sabit di bawah tengkorak, yang terdapat pada mahkota, mata ketiga di dahi, upawita ular naga, cawat kulit harimau yang dinyatakan dengan lukisan kepala serta ekor harimau pada kedua pahanya, tangannya 4 masing-masing memagang camara (penghalau lalat), aksamala (tasbih), kamandalu (kendi yang bersisi air penghidupan), dan trisula (tombak yang ujungnya bercabang tiga). Siwa mempunyai kendaraan sendiri yaitu Lembu Nandi;
b. Siwa sebagai Mahaguru atau Mahayogi, laksananya: kamandalu dan trisula, perutnya gendut, berkumis panjang, dan berjenggot runcing;
c. Siwa sebagai Mahakala, rupanya menakutkan seperti raksasa, ia bersenjatakan gada;
d. Siwa sebagai Bhairawa lebih menakutkan lagi. Ia berhiaskan rangkaian tengkorak, tangan satunya memegang mangkuk dari tengkorak dan tangan lainnya sebuah pisau. Kendaraannya bukan Nandi seperti biasa melainkan serigala. Sering pula ia dilukiskan berdiri di atas bangkai dan lapik dari tengkorak-tengkorak;
e. Durga, isteri Siwa, biasanya dilukiskan sebagai Mahisasuramardini. Ia berdiri di atas seekor lembu yang ia taklukkan. Lembu ini adalah raksasa (asura) yang menyerang kayangan dan dibasmi oleh Durga. Durga bertangan 8, 10, atau 12, masing-masing tangannya memegang senajata. Sebagai isteri Mahakala, Durga bernama Kali, dan sebagai isteri Bahirawa ia bernama Bhairawi. Dalam kedua bentuk ini ia sangat menakutkan. Sering sekali Durga diberi kendaraan sendiri, yaitu singa;
f. Ganesha, merupakan anak Siwa dewa yang berkepala gajah yang disembah sebagai dewa ilmu pengetahuan dan dewa penyingkir rintangan-rintangan. Patung Ganesha biasanya digambarkan duduk. Namun, di Karang Kates atau yang lebih dikenal dengan Ganesha Karang Kates, ia digambarkan berdiri.
g. Kartikeya (Skanda atau Kumara), juga merupakan anak Siwa, sebagai dewa yang selalu digambarkan sebagai kanak-kanak naik merak dan yang mempunyai kedudukan sebagai dewa perang.
h. Wisnu, laksananya adalah bertangan empat yang masing-masing memegang gada, cakra (cakram), sangkha (kerang bersayap), dan dua buah atau kuncup teratai. Kendaraanya adalah Garuda, sedangkan isterinya adalah Sri atau Laksmi (Dewi Bahagia);