Siapakah Raden Mas Said? Beliau adalah putera Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara dan Raden Ayu Wulan. RM Said dilahirkan di Kartasura pada tanggal 7 April 1725.
Siapakah Raden Mas Said? Beliau adalah putera Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara dan Raden Ayu Wulan. RM Said dilahirkan di Kartasura pada tanggal 7 April 1725.Perjuangan Raden Mas Said dilakukan selama 16 tahun (1749-1757). Tahun 1741-1742, RM Said memimpin pasukan Tionghoa melawan Belanda. Kemudian tahun 1743-1752 bergabung dengan Pangeran Mangkubumi melawan Mataram dan Belanda. Melalui Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 Belanda berhasil membelah bumi Mataram menjadi dua, yakni Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian itu sangat ditentang oleh RM Said karena telah memecah belah rakyat Mataram. Selanjutnya, tahun 1752-1757 RM Said bersama pasukannya berjuang melawan Pakubuwana III (Surakarta) dan Hamengkubuwana I (Yogyakarta) serta pasukan kompeni.
Siapakah Raden Mas Said? Beliau adalah putera Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara dan Raden Ayu Wulan. RM Said dilahirkan di Kartasura pada tanggal 7 April 1725.Perjuangan Raden Mas Said dilakukan selama 16 tahun (1749-1757). Tahun 1741-1742, RM Said memimpin pasukan Tionghoa melawan Belanda. Kemudian tahun 1743-1752 bergabung dengan Pangeran Mangkubumi melawan Mataram dan Belanda. Melalui Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 Belanda berhasil membelah bumi Mataram menjadi dua, yakni Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian itu sangat ditentang oleh RM Said karena telah memecah belah rakyat Mataram. Selanjutnya, tahun 1752-1757 RM Said bersama pasukannya berjuang melawan Pakubuwana III (Surakarta) dan Hamengkubuwana I (Yogyakarta) serta pasukan kompeni.Kehebatan strategi perang Raden Mas Said bukan hanya dipuji pengikutnya tetapi juga disegani lawan. Pujian datang dari Gubernur Jawa, Baron van Hohendorff. Selain itu, pemimpin VOC di Semarang, Nicolaas Hartingh juga memuji strategi perang RM Said. Ia menjuluki RM Said Pangeran Sambernyawa. Itu karena di mata musuh-musuhnya, RM Said adalah penyebar kematian. Sambernyawa sendiri adalah nama pedang pusaka Mangkunegaran yang sakti dan tajam.
Siapakah Raden Mas Said? Beliau adalah putera Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara dan Raden Ayu Wulan. RM Said dilahirkan di Kartasura pada tanggal 7 April 1725.Perjuangan Raden Mas Said dilakukan selama 16 tahun (1749-1757). Tahun 1741-1742, RM Said memimpin pasukan Tionghoa melawan Belanda. Kemudian tahun 1743-1752 bergabung dengan Pangeran Mangkubumi melawan Mataram dan Belanda. Melalui Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 Belanda berhasil membelah bumi Mataram menjadi dua, yakni Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian itu sangat ditentang oleh RM Said karena telah memecah belah rakyat Mataram. Selanjutnya, tahun 1752-1757 RM Said bersama pasukannya berjuang melawan Pakubuwana III (Surakarta) dan Hamengkubuwana I (Yogyakarta) serta pasukan kompeni.Kehebatan strategi perang Raden Mas Said bukan hanya dipuji pengikutnya tetapi juga disegani lawan. Pujian datang dari Gubernur Jawa, Baron van Hohendorff. Selain itu, pemimpin VOC di Semarang, Nicolaas Hartingh juga memuji strategi perang RM Said. Ia menjuluki RM Said Pangeran Sambernyawa. Itu karena di mata musuh-musuhnya, RM Said adalah penyebar kematian. Sambernyawa sendiri adalah nama pedang pusaka Mangkunegaran yang sakti dan tajam.Pada saat itu tidak ada yang berhasil menyentuh bahkan menangkap Raden Mas Said. Melihat kenyataan itu, Nicholas Hartingh mendesak Sunan Pakubuwana III untuk meminta RM Said ke meja perundingan. Akhirnya, terjadilah perdamaian dengan Sunan Paku Buwono III yang dikenal dengan Perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757.
JAWABAN/PENJELASAN:
Siapakah Raden Mas Said? Beliau adalah putera Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara dan Raden Ayu Wulan. RM Said dilahirkan di Kartasura pada tanggal 7 April 1725.
Siapakah Raden Mas Said? Beliau adalah putera Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara dan Raden Ayu Wulan. RM Said dilahirkan di Kartasura pada tanggal 7 April 1725.Perjuangan Raden Mas Said dilakukan selama 16 tahun (1749-1757). Tahun 1741-1742, RM Said memimpin pasukan Tionghoa melawan Belanda. Kemudian tahun 1743-1752 bergabung dengan Pangeran Mangkubumi melawan Mataram dan Belanda. Melalui Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 Belanda berhasil membelah bumi Mataram menjadi dua, yakni Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian itu sangat ditentang oleh RM Said karena telah memecah belah rakyat Mataram. Selanjutnya, tahun 1752-1757 RM Said bersama pasukannya berjuang melawan Pakubuwana III (Surakarta) dan Hamengkubuwana I (Yogyakarta) serta pasukan kompeni.
Siapakah Raden Mas Said? Beliau adalah putera Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara dan Raden Ayu Wulan. RM Said dilahirkan di Kartasura pada tanggal 7 April 1725.Perjuangan Raden Mas Said dilakukan selama 16 tahun (1749-1757). Tahun 1741-1742, RM Said memimpin pasukan Tionghoa melawan Belanda. Kemudian tahun 1743-1752 bergabung dengan Pangeran Mangkubumi melawan Mataram dan Belanda. Melalui Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 Belanda berhasil membelah bumi Mataram menjadi dua, yakni Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian itu sangat ditentang oleh RM Said karena telah memecah belah rakyat Mataram. Selanjutnya, tahun 1752-1757 RM Said bersama pasukannya berjuang melawan Pakubuwana III (Surakarta) dan Hamengkubuwana I (Yogyakarta) serta pasukan kompeni.Kehebatan strategi perang Raden Mas Said bukan hanya dipuji pengikutnya tetapi juga disegani lawan. Pujian datang dari Gubernur Jawa, Baron van Hohendorff. Selain itu, pemimpin VOC di Semarang, Nicolaas Hartingh juga memuji strategi perang RM Said. Ia menjuluki RM Said Pangeran Sambernyawa. Itu karena di mata musuh-musuhnya, RM Said adalah penyebar kematian. Sambernyawa sendiri adalah nama pedang pusaka Mangkunegaran yang sakti dan tajam.
Siapakah Raden Mas Said? Beliau adalah putera Kanjeng Pangeran Arya Mangkunegara dan Raden Ayu Wulan. RM Said dilahirkan di Kartasura pada tanggal 7 April 1725.Perjuangan Raden Mas Said dilakukan selama 16 tahun (1749-1757). Tahun 1741-1742, RM Said memimpin pasukan Tionghoa melawan Belanda. Kemudian tahun 1743-1752 bergabung dengan Pangeran Mangkubumi melawan Mataram dan Belanda. Melalui Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 Belanda berhasil membelah bumi Mataram menjadi dua, yakni Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian itu sangat ditentang oleh RM Said karena telah memecah belah rakyat Mataram. Selanjutnya, tahun 1752-1757 RM Said bersama pasukannya berjuang melawan Pakubuwana III (Surakarta) dan Hamengkubuwana I (Yogyakarta) serta pasukan kompeni.Kehebatan strategi perang Raden Mas Said bukan hanya dipuji pengikutnya tetapi juga disegani lawan. Pujian datang dari Gubernur Jawa, Baron van Hohendorff. Selain itu, pemimpin VOC di Semarang, Nicolaas Hartingh juga memuji strategi perang RM Said. Ia menjuluki RM Said Pangeran Sambernyawa. Itu karena di mata musuh-musuhnya, RM Said adalah penyebar kematian. Sambernyawa sendiri adalah nama pedang pusaka Mangkunegaran yang sakti dan tajam.Pada saat itu tidak ada yang berhasil menyentuh bahkan menangkap Raden Mas Said. Melihat kenyataan itu, Nicholas Hartingh mendesak Sunan Pakubuwana III untuk meminta RM Said ke meja perundingan. Akhirnya, terjadilah perdamaian dengan Sunan Paku Buwono III yang dikenal dengan Perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757.