Mamanosz
Kelas: xi pelajaran: sejarah kategori: opti kata kunci: Mataram Islam, Pakubuwana, Hamengkubuwana, Mangkunegaran, Pakualaman
Seperti halnya geneologi kerajaan Islam Demak, kerajaan Mataram Islam juga mengklaim dirinya sebagai keturunan dari Majapahit. Kerajaan ini diprakarsai oleh Ki Ageng Pemanahan yang kala itu berada di bawah kerajaan Pajang. Ketika Ki Ageng Pemanahan mangkat pada 1575, Sutawijaya tampil sebagai pengganti dan melakukan perlawanan terhadap kerajaan Pajang yang kala itu dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya.
Pasca kemenangan atas Pajang, Kerajaan Mataram resmi berdiri. Dan Sutawijaya mengangkat dirinya sebagai penguasa baru di Jawa bagian tengah dengan gelar Panembahan Senopati. Lambat laun wilayah kekuasaan Mataram makin meluas, hingga pada masa Sultan Agung (Raden Mas Rangsang) Mataram telah berhasil menundukan Madura. Ekspansi Mataram sendiri mengarah ke Timur, sebab di Barat sudah adah kerajaan kuat yang juga Islam, yakni Kasultanan Cirebon.
Pada masa Sultan Agung, pusat kerajaan di pindah ke Karta. Dan pusat kerajaan kembali dipindah ke Pleret pada masa Amangkurat I. Pada masa Amangkurat I, pemberontakan muncul dikarenakan kebijakan dari keraton. Pemberontakan paling terkenal adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Trunajaya.
Jika pada masa Sultan Agung, Mataram bersikap memusuhi VOC. Namun pada masa Amangkuat II, Mataram justru merangkul VOC. Hal ini dilakukan untuk memadamkan pemberontakan yang dilakukan oleh Trunajaya.
Situasi Mataram menjadi tidak stabil manakala Amangkurat III naik tahta. Penguasa ini bersikap tidak serupa pendahulunya, justru memusuhi VOC. Oleh sebab itu VOC mengangkat Pakubuwono I sebagai raja. Maka, yang tdak dapat dihindari adalah terdapatnya dua penguasa dalam kerajaan Mataram. Hingga akhirnya pada 13 Februari 1755 terjadi perjanjian Giyanti yang memecah Mataram menjadi dua bagian, antara Pakubuwana (tetap berkedudukan di Surakarta) dan Mangkubumi (pindah ke tempat asal di Yogyakarta).
Sejak peristiwa Giyanti tersebut, kerajaan Mataram Islam dapat dikatakan sudah tidak independent. Dan perpecahan internal itu makin parah manakala Mataram Surakarta muncul penguasa saingan Pakubuwana, yakni Mangkunegaran sedangkan di Yogyakarta muncul Pakualaman sebagai pesaing dari Hamengkubuwana.
pelajaran: sejarah
kategori: opti
kata kunci: Mataram Islam, Pakubuwana, Hamengkubuwana, Mangkunegaran, Pakualaman
Seperti halnya geneologi kerajaan Islam Demak, kerajaan Mataram Islam juga mengklaim dirinya sebagai keturunan dari Majapahit. Kerajaan ini diprakarsai oleh Ki Ageng Pemanahan yang kala itu berada di bawah kerajaan Pajang. Ketika Ki Ageng Pemanahan mangkat pada 1575, Sutawijaya tampil sebagai pengganti dan melakukan perlawanan terhadap kerajaan Pajang yang kala itu dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya.
Pasca kemenangan atas Pajang, Kerajaan Mataram resmi berdiri. Dan Sutawijaya mengangkat dirinya sebagai penguasa baru di Jawa bagian tengah dengan gelar Panembahan Senopati. Lambat laun wilayah kekuasaan Mataram makin meluas, hingga pada masa Sultan Agung (Raden Mas Rangsang) Mataram telah berhasil menundukan Madura. Ekspansi Mataram sendiri mengarah ke Timur, sebab di Barat sudah adah kerajaan kuat yang juga Islam, yakni Kasultanan Cirebon.
Pada masa Sultan Agung, pusat kerajaan di pindah ke Karta. Dan pusat kerajaan kembali dipindah ke Pleret pada masa Amangkurat I. Pada masa Amangkurat I, pemberontakan muncul dikarenakan kebijakan dari keraton. Pemberontakan paling terkenal adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Trunajaya.
Jika pada masa Sultan Agung, Mataram bersikap memusuhi VOC. Namun pada masa Amangkuat II, Mataram justru merangkul VOC. Hal ini dilakukan untuk memadamkan pemberontakan yang dilakukan oleh Trunajaya.
Situasi Mataram menjadi tidak stabil manakala Amangkurat III naik tahta. Penguasa ini bersikap tidak serupa pendahulunya, justru memusuhi VOC. Oleh sebab itu VOC mengangkat Pakubuwono I sebagai raja. Maka, yang tdak dapat dihindari adalah terdapatnya dua penguasa dalam kerajaan Mataram. Hingga akhirnya pada 13 Februari 1755 terjadi perjanjian Giyanti yang memecah Mataram menjadi dua bagian, antara Pakubuwana (tetap berkedudukan di Surakarta) dan Mangkubumi (pindah ke tempat asal di Yogyakarta).
Sejak peristiwa Giyanti tersebut, kerajaan Mataram Islam dapat dikatakan sudah tidak independent. Dan perpecahan internal itu makin parah manakala Mataram Surakarta muncul penguasa saingan Pakubuwana, yakni Mangkunegaran sedangkan di Yogyakarta muncul Pakualaman sebagai pesaing dari Hamengkubuwana.