Sunan Ngampel: Kalian berdua adalah keturunan Penguasa Palembang. Jauh-jauh dari seberang sana kalian ke sini untuk menuntut ilmu. Sudah lama kalian menimba ilmu di sini. Saat ini kalian sudah cukup bekal untuk melanjutkan perjalanan menggapai cita-cita kalian.
Raden Fatah: Beribu terima kasih kami ucapkan kepada Kanjeng Sunan atas bimbingan selama ini. Saya sendiri ingin selalu menyertai Kanjeng Sunan, untuk ngabekti, untuk belajar agama kepada Kanjeng Sunan dan membantu sebisa saya.
Sunan Ngampel: Hmmm... Niatmu sungguh mulia, Anakmas Fatah. Saya senang mendengarnya. Tapi, apa yang menjadi cita-citamu sendiri, Anakmas?
Raden Fatah: Saya bercita-cita menyebarkan agama Islam ke seluruh Pulau Jawa. Pulau Jawa ini hendaknya menjadi pusat penyebaran ajaran Islam. Hingga nanti wilayah-wilayah di seberang lautan juga ikut menikmati indahnya ajaran Islam, Kanjeng Sunan.
Sunan Ngampel: Masya Allah. Sungguh teramat tinggi cita-citamu. Saya sangat mendukungmu, Anakmas Fatah. Anakmas Husein, bagaimana denganmu?
Raden Husein: Saya senang tinggal di sini, Kanjeng Sunan. Saya ikut dengan Kakangmas Fatah.
Sunan Ngampel: Bagus. Tapi, saya mendengar kamu ingin nyuwita, ingin sowan kepada Raja Kertabumi, penguasa Majapahit.
Raden Husein: Inggih, Kanjeng Sunan. Bagaimanapun juga, di dalam darah saya mengalir darah Majapahit, Kanjeng Sunan.
Sunan Ngampel: Baiklah. Kalian sudah waktunya untuk melangkah. Anakmas Fatah, kamu saya tugaskan untuk membuka pesantren baru agar cita-citamu untuk menyebarkan ajaran Islam di seluruh Pulau Jawa tercapai. Tapi, sebelum itu kamu harus sowan kepada rama-mu, Prabu Kertabumi.
Raden Fatah: Sami’na wa atho’na, Kanjeng Sunan.
Sunan Ngampel: Anakmas Husein, kamu berbakat dalam tata keprajuritan dan tatanegara. Kamu sowan-lah kepada Prabu Kertabumi. Sampaikanlah ajaran Islam kepada segenap rakyat Majapahit.
Anakmas Fatah, Anakmas Husein.
Raden Fatah:
Kula, Kanjeng Sunan.
Raden Husein:
Kula, Kanjeng Sunan.
Sunan Ngampel:
Kalian berdua adalah keturunan Penguasa Palembang. Jauh-jauh dari seberang sana kalian ke sini untuk menuntut ilmu. Sudah lama kalian menimba ilmu di sini. Saat ini kalian sudah cukup bekal untuk melanjutkan perjalanan menggapai cita-cita kalian.
Raden Fatah:
Beribu terima kasih kami ucapkan kepada Kanjeng Sunan atas bimbingan selama ini. Saya sendiri ingin selalu menyertai Kanjeng Sunan, untuk ngabekti, untuk belajar agama kepada Kanjeng Sunan dan membantu sebisa saya.
Sunan Ngampel:
Hmmm... Niatmu sungguh mulia, Anakmas Fatah. Saya senang mendengarnya. Tapi, apa yang menjadi cita-citamu sendiri, Anakmas?
Raden Fatah:
Saya bercita-cita menyebarkan agama Islam ke seluruh Pulau Jawa. Pulau Jawa ini hendaknya menjadi pusat penyebaran ajaran Islam. Hingga nanti wilayah-wilayah di seberang lautan juga ikut menikmati indahnya ajaran Islam, Kanjeng Sunan.
Sunan Ngampel:
Masya Allah. Sungguh teramat tinggi cita-citamu. Saya sangat mendukungmu, Anakmas Fatah. Anakmas Husein, bagaimana denganmu?
Raden Husein:
Saya senang tinggal di sini, Kanjeng Sunan. Saya ikut dengan Kakangmas Fatah.
Sunan Ngampel:
Bagus. Tapi, saya mendengar kamu ingin nyuwita, ingin sowan kepada Raja Kertabumi, penguasa Majapahit.
Raden Husein:
Inggih, Kanjeng Sunan. Bagaimanapun juga, di dalam darah saya mengalir darah Majapahit, Kanjeng Sunan.
Sunan Ngampel:
Baiklah. Kalian sudah waktunya untuk melangkah. Anakmas Fatah, kamu saya tugaskan untuk membuka pesantren baru agar cita-citamu untuk menyebarkan ajaran Islam di seluruh Pulau Jawa tercapai. Tapi, sebelum itu kamu harus sowan kepada rama-mu, Prabu Kertabumi.
Raden Fatah:
Sami’na wa atho’na, Kanjeng Sunan.
Sunan Ngampel:
Anakmas Husein, kamu berbakat dalam tata keprajuritan dan tatanegara. Kamu sowan-lah kepada Prabu Kertabumi. Sampaikanlah ajaran Islam kepada segenap rakyat Majapahit.
Raden Husein:
Sami’na wa atho’na, Kanjeng Sunan.