Bagaimana keadaan dan pemanfaatan sumber daya hutan pinus?
fazahezel
Dari Pohon pinus sebenernya yang di ambil adalah getahnya,dan getah pinus itulah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di banding bagian pohon lainnya.Pohon Pinus di anggap produktif kalau sudah berumur sekitar 10 sampe 15 tahun namun itu masih belum maksimal tapi sudah bisa di hasilkan getah yang bagus walaupun hasilnya tidak begitu banyak.
Karena untuk mendapatkan getah itu pohon pinus harus di sadap (di coak bagian pohonnya pake alat khusus ), maka pihak Perhutani mempersilahkan kepada warga desa untuk menyadap pohon pinus dengan luas area masing masing penyadap yang berbeda beda, dan masyarakatpun tidak mensia siakan kesempatan ini, bahkan hampir dari semua warga yang jadi penyadap pekerjaan ini di jadikan pekerjaan utama mereka dan di jadikan tumpuan ekonomi keluarga mereka.
tentu saja tidak ,penyadap hanya mengumpulkan getah dan menjualnya ke Tempat Penimbanga( TP ). Perhutani menetapkan harga perkilogram getah yang di hasilkan oleh penyadap, dan harganya pun berbeda beda ditentukan dari jarak jauh dekatnya lokasi area sadapan mereka ke Tempat Penimbangan Getah ( TP ) yang telah di sediakan oleh pihak perhutani, dan dilihat dari kualitas getah itu sendiri ( apakah kualitas A atau B) yang jelas harganya berbeda antara kualitas A dan B. Untuk harganya sekarang ini mulai dari Rp 1000/Kg s/d Rp 2000 an / kg, cukup lumayan bukan?. Dari setiap area lahan sadap mereka para penyadap biasanya bisa menjual getahnya ke TP 4 kali dalam sebulan atau seminggu sekali (setiap hari Legi ) karena pasaran di desa kami di adakan di hari Pahing, biasanya penyadap leginya menjual getah pahingnya para ibunya pergi ke pasar,dan tiap sekali menjual biasanya mereka menjual minimal 200 s/d 300 kg, berarti dari masing masing penyadap bisa menghasilkan uang kurang lebih Rp 200.000 s/d Rp 300.000 perminggu, dan dalam satu bulan penyadap bisa menghasilkan uang sebesar Rp 800.000 s/d Rp 1,200,000. Hasil yang cukup lumayan buat orang desa bisa menutupi kebutuhan sehari hari
Karena untuk mendapatkan getah itu pohon pinus harus di sadap (di coak bagian pohonnya pake alat khusus ), maka pihak Perhutani mempersilahkan kepada warga desa untuk menyadap pohon pinus dengan luas area masing masing penyadap yang berbeda beda, dan masyarakatpun tidak mensia siakan kesempatan ini, bahkan hampir dari semua warga yang jadi penyadap pekerjaan ini di jadikan pekerjaan utama mereka dan di jadikan tumpuan ekonomi keluarga mereka.
tentu saja tidak ,penyadap hanya mengumpulkan getah dan menjualnya ke Tempat Penimbanga( TP ). Perhutani menetapkan harga perkilogram getah yang di hasilkan oleh penyadap, dan harganya pun berbeda beda ditentukan dari jarak jauh dekatnya lokasi area sadapan mereka ke Tempat Penimbangan Getah ( TP ) yang telah di sediakan oleh pihak perhutani, dan dilihat dari kualitas getah itu sendiri ( apakah kualitas A atau B) yang jelas harganya berbeda antara kualitas A dan B. Untuk harganya sekarang ini mulai dari Rp 1000/Kg s/d Rp 2000 an / kg, cukup lumayan bukan?.
Dari setiap area lahan sadap mereka para penyadap biasanya bisa menjual getahnya ke TP 4 kali dalam sebulan atau seminggu sekali (setiap hari Legi ) karena pasaran di desa kami di adakan di hari Pahing, biasanya penyadap leginya menjual getah pahingnya para ibunya pergi ke pasar,dan tiap sekali menjual biasanya mereka menjual minimal 200 s/d 300 kg, berarti dari masing masing penyadap bisa menghasilkan uang kurang lebih Rp 200.000 s/d Rp 300.000 perminggu, dan dalam satu bulan penyadap bisa menghasilkan uang sebesar Rp 800.000 s/d Rp 1,200,000. Hasil yang cukup lumayan buat orang desa bisa menutupi kebutuhan sehari hari