vinanoviaSunan Muria Sebagai Muballigh dan SenimanTelah dijelaskan di muka bahwa para Wali Sembilan tidak dapat dipisahkan dengan dakwah Islamiyah, karena memang beliau-beliaulah peletak dasar batu pertama dari penyiaran agama Islam di tanah Jawa. Demikian pula Sunan Muria, beliau juga sebagai muballigh yang menyiarkan agama Islam di sekitar gunung Muria. Di dalam rangka menyiarkan agama Islam itu beliau juga menggunakan berbagai kepandaian dan ketrampilan di bidang kesenian, maka kecuali sebagai muballigh, beliau juga sebagai seniman yang menggunakan kesempatan di dalam dakwahnya itu dengan alat kesenian. Hal itu akan dijelaskan dalam pasal-pasal berikut di bawah ini. 1. Sebagai Muballigh. Setiap wali dari Wali Sembilan mempunyai daerah sendiri-sendiri di dalam menjalankan operasinya dalam rangka dakwah Islamiyyah atau penyiaran agama Islam. Umpamanya Sunan Ampel di daerah sekitar Surabaya dan Gresik Sunan Giri di sekitar Gresik, Sunan Gunung Jati di sekitar Cirebon, Sunan Bonang di sekitar Tuban hingga Lasem Rembang,Sunan Kudus di sekitar Kudus, Sunan Kalijaga di sekitar Demak, dan sebagainya. Meskipun demi-kian tidak ada batas daerah penyiaran agama Islam dengan di monopoli oleh seseorang wali, tetapi bebas menyiarkan agama Islam sesuai dengan kemampuan masing-masing. Seperti Sunan Kalijaga tidak hanya di daerah Demak saja, tetapi bahkan hampir di pesisir Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur pernah didatangi oleh Sunan Kalijaga dalam rangka dakwah, bahkan sampai ke daerah-daerah Jawa Tengah Selatan juga.Sunan Muria, dalam hal ini beliau memilih daerah sekitar gunung. Muria, yakni pantai Utara daerah Jepara, Tayu, Pati, Juana, Kudus dan dilereng-lereng gunung Muria. Hal-hal yang dapat meyakinkan hypotesa ini hanyalah terbukti di daerah-daerah tersebut hingga sekarang terdapat banyak tempat-tempat yang ada hubungannya dengan dunia dongeng dan legenda yang ada sang-kut-pautnya dengan Sunan Muria, meskipun dalam dunia dongeng. Banyak terdapat pula tempat-tempat dan makam-makam yang konon dahulu mempunyai cerita maupun "dongeng" yang ada sangkut-pautnya dengan Sunan Muria. Memang beliau suka ber dakwah di tempat-tempat atau desa-desa yang jauh terpencil dari pusat keramaian kota. Beliau suka menyendiri dan menjadikan tempat yang tenang itu sebagai tempat berdomisili. Di atas telah dijelaskan bahwa di antara para Wali Sembilan terdapat dua golongan pendapat yang mencerminkan falsafah hidup mereka di dalam menghadapi rakyat yang menjadi obyek dakwah. Dua golongan itu masing-masing dipimpin oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Giri. Sunan Kalijaga dkk. (yakni Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati) cara dakwahnya lebih moderat, dengan cara yang lunak. Tetapi golong annya Sunan Giri dkk. (yakni Sunan Ampel dan Sunan Drajat) ingin meluruskan agama Islam sesuai dengan aslinya menurut dalil dari Al Qur'an dan Sunnah Rasul tanpa mau berkompromi dengan ajaran Bid'ah, khurafat, tahayyul, adat istiadat Hindu-Budha Animisme dan Dinamisme. Golongan pertama disebut aliran Tuban atau aliran Abangan, golongan kedua disebut aliran Putihan. Selanjutnya dalam prakteknya, golongan kedua (golongan Sunan Giri) lebih suka mendekati kaum ningrat dan kaum harta wan. Tetapi golongan aliran Tuban (Sunan Kalijaga cs) lebih suka mendekati rakyat jelata yang pada masa itu masih dianggap kaum Sudra oleh kaum ningrat. Demikianlah, Sunan Muria yang menjadi penyokong aliran Tuban itu memang lebih suka bergaul dengan rakyat biasa, rakyat kecil, yang tempatnya di desa-desa. Rakyat kecil atau rakyat biasaadalah sebagai pendukung dakwah yang besar dakwah Islamiyah itu berhasil. Rakyat kebanyakan adalah obyek dakwah yang tidak boleh ditinggalkan dan diabaikan begitu saja. Mereka perlu di bimbing dan dituntun ke jalan yang benar. Maka beliau, Sunan Muria senang hidup di tengah-tengah rakyat banyak, karena rakyat banyak itulah yang menjadi sendi untuk memperkuat dan sebagai kunci atas berhasilnya perjuangan menanamkan keyakinan Islam. Sunan Muria di dalam menyiarkan Islam menggunakan ber bagai cara dan methode. Antara lain beliau melaksanakan kursus-kursus Agama Islam kepada seluruh kelompok masyarakat yang ada, seperti kaum tani, pedagang, pelaut atau nelayan, dan berbagai kelompok masyarakat yang lainnya lagi. Dengan demikian maka beliau benar-benar orang yang merakyat, hidup di tengah-tengah rakyat banyak, maka tempat domisili beliau ada di tempat yang jauh dari kota, yakni di atas bukit Muria, yang dari sana dapat terjangkau daerah-daerah di sekeliling gunung Muria, baik di sebelah Utara, Selatan, dan Timur Gunung Muria.
14 votes Thanks 33
lilymursidah
Mengadakan kursus kursus pada kaum dagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata