Pada bagian ini protagonis ditampilkan dalam kesehariannya. Ketika membicarakan kesehariannya, tidak kemudian diartikan bahwa kita hanya menampilkan kejadian rutinitas yang tampak membosankan seperti bangun pagi, sarapan, berangkat kerja, dan seterusnya. Kita bisa memilih bagian yang menarik dan dramatik dari keseharian karakter kita untuk memulai cerita.
2. Inciting Incident (point of attack)
Pada bagian ini, untuk pertama kalinya karakter mendapat “serangan”, baik secara fisik, emosional, ataupun gabungan keduanya. Serangan fisik bisa berbentuk gangguan dari karakter lain atau situasi alam, sedangkan serangan emosional bisa berupa kebosanan, kerinduan, kecemasan, dan lain sebagainya.
3. Protagonis bertemu konflik utama
Pada saat mendapat “serangan” dalam inciting incident yang memaksanya bereaksi, karakter pun dihadapkan pada ancaman atau hambatan yang bertubrukan dengan tujuan yang ingin dicapai. Halangan ini bisa sudah ada sejak awal lalu menyusul keinginan (sebagai reaksi atas hambatan tersebut), atau sebaliknya, bisa juga keinginan hadir sejak awal dan dalam proses mewujudkannya, muncul halangan. Halangan bisa berbagai bentuk dan tak jarang lebih dari satu jenis. Berikut adalah kemungkinannya:
Karakter lain (antagonis)
Setting (ruang dan waktu)
Sistem
Nasib/Takdir
Diri sendiri
4. Nuansa film (genre)
Nuansa dalam film sangat menentukan emosi seperti apa yang muncul dalam diri penonton selama menonton film ini. Rasa yang mampu diidentifikasi dengan jelas pada awal film membuat penonton secara sadar ataupun tidak bisa menentukan genre dari film ini, apakah drama, horror, komedi, atau genre yang lain. Dengan genre yang lebih jelas, selanjutnya penonton bisa membuat ekspektasi akan dibawa kemana rasa dan cerita film ini kemudian.
Plot Point 1 atau Key Turning Point 1
Babak 1 dan Babak 2 biasanya dipisahkan oleh Plot Point 1 atau disebut juga Turning Point 1. Ini adalah titik di mana karakter, setelah menyadari tujuan yang ingin diwujudkan dan problem yang dihadapi, akhirnya memutuskan untuk berusaha untuk mendapatkan apa yang dinginkan dalam cerita ini. Let’s do this! Ini menjadi titik awal di mana karakter menjalani “petualangan baru” dalam hidupnya, dimulai dari babak 2.
→ Babak 2
Begitu karakter memutuskan untuk mewujudkan apa yang diinginkan dalam cerita ini, dia masuk ke babak 2. Babak yang dalam porsi dramatiknya punya porsi paling besar dibandingkan dengan babak 1 ataupun babak 2. Ini adalah babak yang paling ditunggu-tunggu oleh penonton karena pertama kali karakter kita harus menghadapi petualangan baru di “dunia baru”, sehingga di samping dia harus berhadapan dengan ancaman yang sering datang dari luar, dirinya pun harus dengan cepat beradaptasi dengan dunia baru ini. Proses jatuh bangun karakter yang seolah menjadi “fish out of the water” ini yang menarik diikuti oleh penonton. Untuk itu, dibutuhkan kejelian pencerita untuk menjaga daya tarik cerita di sepanjang babak ini.
Plot Point 2 atau Key Turning Point 2
Babak 2 dan Babak 3 biasanya dipisahkan oleh Plotpoint 2 atau Key Turning Point 2.Titik ini sering disebut juga “the lowest point” karena menggambarkan secara dramatik titik terendah bagi karakter kita dalam mewujudkan tujuannya. The lowest point ditulis dalam tanda kutip karena biasanya, plot point 2 atau Key Turning Point 2 merupakan kebalikan dari ending.
→ Babak 3
Setelah karakter “babak belur” ataupun terlena pada babak dua hingga sampai titik terendah (atau tertinggi) pada plot point 2, kita tiba pada pertarungan terakhir. Dalam video game, ini adalah momen di mana karakter bertemu dengan sang raja iblis karena seluruh halangan berhasil ditaklukkan. Ini bisa dianggap seperti putaran final yang paling menentukan berhasil atau gagalnya karakter mewujudkan tujuannya.
Di babak 3 ini, semua problem yang diperkenalkan dan berkembang pada babak-babak sebelumnya harus terselesaikan. Penyelesaiannya ini bisa berbagai macam bentunya, tapi pada prinsipnya menjawab apakah tujuan yang yang sejak awal berusaha diwujudkan karakter, pada akhirnya berhasil atau gagal tercapai. Wujud berhasil kegagalan dan keberhasilannya pun bisa bermacam-macam. Bisa sesederhana karakter berhasil atau gagal dalam pertarungan terakhirnya di klikmaks. Momen setelah klimaks ini secara dramatik cerita biasanya cenderung menurun drastis karena sudah tidak ada lagi konflik. Momen ini berisi bagaimana karakter menyikapi keberhasilan dan kegagalannya dalam mendapatkan apa yang diinginkan. Oleh karena itu, mestinya bagian ini tidak terlalu lama untuk mengindari kebosanan penonton.
Jawaban:
→ Babak 1
1. Karakter dalam Eksposisi Awal (Status Quo)
Pada bagian ini protagonis ditampilkan dalam kesehariannya. Ketika membicarakan kesehariannya, tidak kemudian diartikan bahwa kita hanya menampilkan kejadian rutinitas yang tampak membosankan seperti bangun pagi, sarapan, berangkat kerja, dan seterusnya. Kita bisa memilih bagian yang menarik dan dramatik dari keseharian karakter kita untuk memulai cerita.
2. Inciting Incident (point of attack)
Pada bagian ini, untuk pertama kalinya karakter mendapat “serangan”, baik secara fisik, emosional, ataupun gabungan keduanya. Serangan fisik bisa berbentuk gangguan dari karakter lain atau situasi alam, sedangkan serangan emosional bisa berupa kebosanan, kerinduan, kecemasan, dan lain sebagainya.
3. Protagonis bertemu konflik utama
Pada saat mendapat “serangan” dalam inciting incident yang memaksanya bereaksi, karakter pun dihadapkan pada ancaman atau hambatan yang bertubrukan dengan tujuan yang ingin dicapai. Halangan ini bisa sudah ada sejak awal lalu menyusul keinginan (sebagai reaksi atas hambatan tersebut), atau sebaliknya, bisa juga keinginan hadir sejak awal dan dalam proses mewujudkannya, muncul halangan. Halangan bisa berbagai bentuk dan tak jarang lebih dari satu jenis. Berikut adalah kemungkinannya:
4. Nuansa film (genre)
Nuansa dalam film sangat menentukan emosi seperti apa yang muncul dalam diri penonton selama menonton film ini. Rasa yang mampu diidentifikasi dengan jelas pada awal film membuat penonton secara sadar ataupun tidak bisa menentukan genre dari film ini, apakah drama, horror, komedi, atau genre yang lain. Dengan genre yang lebih jelas, selanjutnya penonton bisa membuat ekspektasi akan dibawa kemana rasa dan cerita film ini kemudian.
Plot Point 1 atau Key Turning Point 1
Babak 1 dan Babak 2 biasanya dipisahkan oleh Plot Point 1 atau disebut juga Turning Point 1. Ini adalah titik di mana karakter, setelah menyadari tujuan yang ingin diwujudkan dan problem yang dihadapi, akhirnya memutuskan untuk berusaha untuk mendapatkan apa yang dinginkan dalam cerita ini. Let’s do this! Ini menjadi titik awal di mana karakter menjalani “petualangan baru” dalam hidupnya, dimulai dari babak 2.
→ Babak 2
Begitu karakter memutuskan untuk mewujudkan apa yang diinginkan dalam cerita ini, dia masuk ke babak 2. Babak yang dalam porsi dramatiknya punya porsi paling besar dibandingkan dengan babak 1 ataupun babak 2. Ini adalah babak yang paling ditunggu-tunggu oleh penonton karena pertama kali karakter kita harus menghadapi petualangan baru di “dunia baru”, sehingga di samping dia harus berhadapan dengan ancaman yang sering datang dari luar, dirinya pun harus dengan cepat beradaptasi dengan dunia baru ini. Proses jatuh bangun karakter yang seolah menjadi “fish out of the water” ini yang menarik diikuti oleh penonton. Untuk itu, dibutuhkan kejelian pencerita untuk menjaga daya tarik cerita di sepanjang babak ini.
Plot Point 2 atau Key Turning Point 2
Babak 2 dan Babak 3 biasanya dipisahkan oleh Plotpoint 2 atau Key Turning Point 2.Titik ini sering disebut juga “the lowest point” karena menggambarkan secara dramatik titik terendah bagi karakter kita dalam mewujudkan tujuannya. The lowest point ditulis dalam tanda kutip karena biasanya, plot point 2 atau Key Turning Point 2 merupakan kebalikan dari ending.
→ Babak 3
Setelah karakter “babak belur” ataupun terlena pada babak dua hingga sampai titik terendah (atau tertinggi) pada plot point 2, kita tiba pada pertarungan terakhir. Dalam video game, ini adalah momen di mana karakter bertemu dengan sang raja iblis karena seluruh halangan berhasil ditaklukkan. Ini bisa dianggap seperti putaran final yang paling menentukan berhasil atau gagalnya karakter mewujudkan tujuannya.
Di babak 3 ini, semua problem yang diperkenalkan dan berkembang pada babak-babak sebelumnya harus terselesaikan. Penyelesaiannya ini bisa berbagai macam bentunya, tapi pada prinsipnya menjawab apakah tujuan yang yang sejak awal berusaha diwujudkan karakter, pada akhirnya berhasil atau gagal tercapai. Wujud berhasil kegagalan dan keberhasilannya pun bisa bermacam-macam. Bisa sesederhana karakter berhasil atau gagal dalam pertarungan terakhirnya di klikmaks. Momen setelah klimaks ini secara dramatik cerita biasanya cenderung menurun drastis karena sudah tidak ada lagi konflik. Momen ini berisi bagaimana karakter menyikapi keberhasilan dan kegagalannya dalam mendapatkan apa yang diinginkan. Oleh karena itu, mestinya bagian ini tidak terlalu lama untuk mengindari kebosanan penonton.
━━━━━━━━━━━━━━━━
Aples Nih Bos!!