BAB 6 Banteng Pasirmalang Banteng Pasirmalang (Esai: Nanang Supriatna) Bersama negara Belanda dalam perayaan pernikahan Rotu Wilhelmina dengan Pangéron Hendrik, tahun 1901, perkebunan Pasirmalang, Pangalengan, Kabupaten Bandung, indah sekali. Warga perkebunan senang, namun gudang perkebunan inilah yang terbakar menjadi abu. Tuan Besar tentunya juga orang Belanda yang dipanggil von Téel tidak marah, amarahnya hampir tak terkendali. Gancong meminta bantuan tentara Belanda untuk menyelidiki siapa saja yang berani membakar gudang perkebunan. Tuan Besar menilai orang asing tersebut bukanlah orang luar, melainkan pekerja perkebunan. Dugaan Tuan Besar tidak bisa disalahkan. Tak butuh waktu lama, tentara Belanda berhasil membunuh empat orang pekerja muda perkebunan. Keempatnya mengaku membakar gudang tersebut dengan alasan Belanda mencari pekerja perkebunan yang kaya raya. Pekerjaannya sedikit di luar proporsi pekerjaannya, dan dia selalu dipenuhi rasa takut. Lawannya adalah Éméd, Tasmin, Jamhari, Rasna, ketiganya dari Pasirmalang, dan Endut atau Kardi, dari Majalaya. Keempatnya dijatuhi hukuman mati dan dikirim ke bulan bawah tanah. Luhuma dilapisi dengan kayu jati yang keras dan tebal. Hampir tidak ada cara untuk melarikan diri. Kebanyakan juga bisa menggali terowongan, tapi itu salah. Meski sudah diputuskan hukuman mati, ia sudah tiga kali gagal mengeksekusi lagipula, nanti lagi nanti lagi. Selain itu, ibu Eméd adalah seorang juru masak di rumah Tuan Besar, Tuan Besar merasa kasihan pada ibu Emed jika Anda harus melihat anak Anda dijatuhi hukuman mati. 8saat parkir di basement, Emed dan teman-temannya setiap hari Dia diajak minum bersama Cal mudah. Dari yang selalu mendengarkan, mereka berempat merasa senang meski eksekusi sudah dilakukan selama tiga tahun ditangguhkan, hukuman poti mool akan dibatalkan. Mereka berempat sudah bergerak, tidak lagi bogo doyo dan akol untuk melarikan diri. Hanya mereka yang selalu mengantarkan saja yang memberi jalon songkan pintu kayu yang menutup rahang bawah tanah rusak Bagaimana? Matanya diberi sabun. Katanya papan joti dicuci dengan sabun, lalu cornwot dengan tangan. Saat disabun, papan jati itu keras sekali hingga jari Eméd terasa basah. Setelah beberapa hari, ahima fméd bisa membuat lubang yang bisa masuk ke dalam tubuh. Tidak ada yang mengetahuinya, kecuali mereka yang selalu menyampaikannya, tetapi itu tidak cukup Emed tidak langsung pergi, ia melepas topinya terlebih dahulu, saat ingin melarikan diri, di tengah malam korek api pun dilempar. Yang pertama naik adalah Eméd dengan cara digendong terlebih dahulu, setelah berada di atas sarung ia diikatkan pada kayu dengan kuat sekali. Dengan hati-hati, mereka bertiga mengenakan sarung tangan. Mereka berempat berpencar. Emed kemudian berlari menuju kawasan Ciséwu, dan bersembunyi di dalam gua di belakang Air Terjun Cikowung yang kini masuk kawasan Desa Girimukti, Kecamatan Cisewu. Lama-lama karena merasa tidak ada yang mengikuti, Eméd memberanikan diri masuk ke dalam gua tersebut, karena tidak ada tanda-tanda mata-mata Belanda mencari teman-teman Éméd, setelah beberapa bulan tinggal di dalam gua, Eméd membangun sebuah rumah di Pasiripis yang sekarang aku bersamamu Ciséwu. Di Pasiripis ia membuka padepokan karena yang ingin belajar penca tidak iri pada merul, kepada masyarakat disana Emed tidak menyusahkan siapapun. Pada suatu ketika, ada seseorang yang mengajak berkelahi, namanya Aditoma: Keduanya sopomodegon, penca adalah membuat pertarungan saudara dan saudari diadakan di dalam game pulang, tidak ada seorangpun yang menyaksikan kekalahan Aditama. Eméd kembali ke Pasirmalang, bekerja lagi.
Buatlah ringkasan cerita dengan menggunakan bahasa Anda sendiri.
Buatlah presentasi di depan kelas
Tolong yaaaa
Jawaban:
Teks tersebut menceritakan tentang peristiwa kebakaran gudang perkebunan di Pasirmalang, Pangalengan, Kabupaten Bandung pada tahun 1901, yang terjadi selama perayaan pernikahan antara Rotu Wilhelmina dan Pangéron Hendrik. Meskipun warga perkebunan senang dengan pernikahan tersebut, kebakaran gudang perkebunan mengakibatkan Tuan Besar, yang merupakan orang Belanda bernama Von Téel, marah dan meminta bantuan tentara Belanda untuk menyelidiki pembakaran tersebut.
Tuan Besar menduga bahwa pelaku pembakaran bukanlah orang asing, melainkan pekerja perkebunan sendiri. Dugaannya terbukti benar ketika tentara Belanda berhasil menangkap dan membunuh empat orang pekerja muda perkebunan. Keempat pelaku mengaku telah membakar gudang dengan alasan bahwa Belanda mencari pekerja perkebunan yang kaya.
Cerita ini juga menyebutkan bahwa pekerja tersebut sering merasa takut dan pekerjaannya tampak sedikit berlebihan. Namun, tidak ada informasi lebih lanjut tentang karakter Éméd, Tasmin, dan Jamh yang disebutkan di akhir teks.
Ringkasan teks: Kebakaran terjadi di gudang perkebunan Pasirmalang selama perayaan pernikahan. Tuan Besar menduga pelaku adalah pekerja perkebunan dan tentara Belanda berhasil menangkap dan membunuh empat pelaku. Keempatnya mengaku membakar gudang karena motif mencari pekerja perkebunan kaya raya.
Penjelasan:
maaf kalo salah